Mohon tunggu...
Alif Alif
Alif Alif Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya siswa SMP negeri 44

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya di Ujung Jalan

21 November 2024   07:13 Diperbarui: 21 November 2024   07:16 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di sebuah desa kecil yang terletak di kaki gunung, hidup seorang pemuda bernama Ardi. Ia dikenal sebagai sosok yang pendiam, namun penuh tekad. Setiap hari, ia bekerja sebagai pengrajin kayu, menciptakan perabotan rumah tangga dari kayu yang ia temui di hutan sekitar. Namun, di balik pekerjaannya, Ardi menyimpan sebuah impian besar: ia ingin mengubah nasib keluarganya yang hidup dalam kesederhanaan.

Suatu malam, setelah seharian bekerja keras, Ardi duduk di teras rumahnya, menatap langit yang dihiasi ribuan bintang. Tiba-tiba, matanya tertumbuk pada satu cahaya yang bersinar terang di kejauhan, di ujung jalan desa. Ia teringat cerita-cerita yang sering didengarnya dari orang-orang tua di desa, tentang cahaya yang membawa harapan bagi siapa saja yang cukup berani mendekatinya.

Tanpa berpikir panjang, Ardi memutuskan untuk mengikuti cahaya itu. Ia menapaki jalan setapak yang terjal dan gelap, hanya diterangi oleh kilatan cahaya bulan. Semakin jauh ia berjalan, semakin terang cahaya itu terlihat. Setelah beberapa lama, ia tiba di sebuah lembah yang penuh dengan bunga-bunga berwarna-warni. Di tengah lembah itu, terdapat sebuah batu besar yang bersinar terang, seolah-olah memanggilnya.

Ardi mendekati batu itu dengan hati berdebar. Begitu ia menyentuh batu tersebut, tiba-tiba sebuah suara lembut terdengar di telinganya, "Apa yang kau cari, Ardi?"

Ia terkejut, namun segera menjawab, "Aku mencari cara untuk mengubah hidupku, untuk memberikan yang terbaik bagi keluargaku."

Suara itu terdiam sejenak, kemudian berkata, "Tidak ada yang lebih berharga dari usaha dan ketekunan. Cahaya ini bukanlah jalan pintas, tetapi simbol dari kerja kerasmu. Teruskan perjalananmu dengan hati yang tulus, dan kau akan menemukan apa yang kau cari."

Ardi merasa tenang. Ia tahu bahwa jawaban yang ia terima bukanlah sesuatu yang dapat langsung diwujudkan, namun ia merasakan semangat baru dalam dirinya. Keesokan harinya, ia kembali bekerja dengan lebih tekun dan hati yang lebih ringan, dengan keyakinan bahwa setiap langkah yang ia ambil, meskipun kecil, akan membawa dirinya lebih dekat kepada impian yang ia genggam.

Cahaya di ujung jalan itu tetap menjadi misteri, namun Ardi menyadari satu hal penting: terkadang, cahaya itu tidak selalu datang dari luar, tetapi dari dalam diri kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun