Mohon tunggu...
Alif Al-Fattah
Alif Al-Fattah Mohon Tunggu... Mitra PayTren; English Trainer; University Student -

Author, Bookish, Traveller, Businessman, and English Trainer. Instagram: @alif_alfattah | WA: 087850099453

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Happy Birthday

9 Juni 2017   00:30 Diperbarui: 9 Juni 2017   00:39 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mereka berkumpul di suatu kamar pada sore hari karena memenuhi undanganku. Mereka sedang memperbincangkan sebuah topik. Dengan musyawarah yang agak kaku karena aku sebagai pemimpin rapat masih dibungkam perasaan malu, mereka (peserta rapat) bertanya-tanya. "Sebenarnya, ini rapat apa? Kalau nggak serius, apalagi main petak umpet, mending hentikan aja." Peserta rapat kelihatan kesel hampir naik pitam. Aku malu harus blak-blakan. Ruangan menjadi semakin riuh dan gaduh dengan suara yang muntah tak dapat dibendung. Sampai seorang peserta rapat yang mulai tadi diam saja dan hanya ikut arus berusaha menjelaskan inti dari rapat ini. Dia bilang, "Sebenarnya inti dari apa yang disampaikan panjang lebar oleh pemimpin rapat barusan, tak lebih hanya rencana perayaan hari ulang tahun kekasihnya, Kayla."

"Hem-hem-hem... Nah gitu. Baru aku ngerti," celetuk sebagian peserta rapat yang lain.

Di atas kebingungan yang memudar, saatnya memperbincangkan bentuk perayaan yang dimaksud. Pelbagai usulan disampaikan dengan nada yang berbeda, rendah-pelan atau cepat-tergesa-gesa. "Gimana kalau begini?" usul sebagian peserta rapat. Kukoleksi pendapat-pendapat mereka. Akhirnya, disepakati bahwa perayaan itu dibentuk dengan beberapa komponen; roti yang bundar serta ditulis nama "Happy Birthday, Kayla", lilin yang berbentuk angka 1plus 8 (18) untuk menunjukkan angka usia dia sekarang, beberapa batang lilin untuk dibuat tulisan I love you(I, "love" berbentuk waru, dan "you" disimbolkan dengan huruf 'U'), dan satu kamera untuk dokumentasi baik dengan foto-foto dan video.

Beberapa detik kemudian, salah satu dari peserta rapat berucap dengan nada terbata-bata. "Trus, untuk... konsumsinya?" Mendengar celetukan itu, aku tidak menampik. Bahkan dengan nada pelan aku menjelaskan, "Jangankan hanya konsumsi, apa pun yang dibutuhkan untuk perayaan ini, insya Allah aku siap membiayai. Pokoknya berikan yang terbaik sehingga acara ini berjalan sukses."

Pada Malam Selasa tanggal 9 September 2013 M. semua kebutuhan dipersiapkan. Aku dan temanku pergi ke pasar Ganding untuk shopping. Segala kebutuhan dibeli, mulai roti sampai lilin dan topi yang dipakai pada saat perayaan ulang tahun ini berlangsung. Kurasa menarik plus capek dikit. Tapi, ada yang terkesan sampai sekarang pada saat berada di pasar,yaitu beli lilin dengan angka 8. Sungguh sulit ditemukan angka tersebut, sampai segala lilin yang berbentuk angka diseleksi tapi kecele. Alternatif, angka sembilan, menurutku, dimodif sedemikian rupa sehingga membentuk angka delapan. Sudah hampir diputuskan, tapi karena masih dipertimbangkan lebih untuk memperluas tempat shoppingke toko-toko yang lain, penetapan alternatif ini masih ditangguhkan sementara. Kalau di beberapa toko yang berada di sekitar pasar Ganding tak ditemukan angka 8, angka sembilan adalah alternatif yang paling terakhir.

Kita berdua menuju toko tingkat di samping kanan pertigaan pasar itu. Di sana pertanyaan disodorkan. "Jual lilin untuk ulang tahun, pak?" tanyaku pada salah satu penjual yang sibuk melayani pembeli. "Kalo, di sini tidak ada. Tapi, coba tanya di atas sana. Insya Allah tersedia," ucapnya sembari mengarahkan telunjuknya ke toko yang dituju. Dengan ucapan terima kasih kita meninggalkan toko dengan pelan dan menuju ke toko yang ditunjuk penjual tadi. Perasaan optimis masih tetap mendekap di dalam hati. Sungguh perjuangan. Kalau bukan karena cinta yang momotivasi, perasaan capek akan mengekang kaki untuk melangkah. Belajar di pondok, mungkin, pilihan yang terbaik.

"Buk, jual lilin untuk ulang tahun?" tanya temanku tiba-tiba.

"Ada," jawabnya, "bisa pilih ini atau itu." Si penjual perempuan itu menunjukkan macam lilin yang masih tertata rapi di dusnya.

"Butuhnya hanya lilin yang berangka 1 dan 8," ucap temanku kelihatan jadi beli. Dia semakin semangat mencari angka itu. Agak sedikit lama acak sana-sini, mulutku nyeletuk, "Ada ya, buk?" Dia tak menghiraukan pertanyaan yang muntah dari mulutku. Dia tetap mengacak tatanan lilin.

"Kelihatannya...." Dia kelihatan pening dikit untuk menjawab "ia" atau "tidak."

"Nih, ada. Tapi, hanya satu lilin untuk angka delapan." Dia berujar kemudian dengan muka riang.

"Alhamdulillah, ternyata engkau temukan di sini."

* * *

Malam semakin larut. Para santri berbondong-bondong dari Madrasah Aliyah (MA) 1 Annuqayah dan MTs 1 Annuqayah ke pondok mereka masing-masing. Mereka baru saja pulang usai mengikuti rutinitas Organisasi Daerah (ORDA). Aksesoris yang dibutuhkan sudah dipersiapkan dalam bungkusan plastik hitam besar, tapi masih belum dibentuk sedemikian rupa. Soalnya, aku sendiri tidak tahu dan tidak berpengalaman mengenai perayaan semacam ini. Malam ini baru pertama kali aku akan menjalani perayaan. Maka, aku pasrah saja kepada teman-teman BPBA English yang ditunjuk pada rapat kemarin; Subahri, Muhlis dan Moh. Syaiful Anwar. Inginnya penataan kue diselesaikan di asrama BPBA English, tapi melihat situasi kurang mendukung, terutama dari respons pengurus pesantren, kita selesaikan saja di tempat perayaan itu yaitu di sekitar INSTIKA. Kita berangkat ke sana dengan sembunyi-sembunyi seperti kisah Nabi Muhammad awal kali menyebarkan agama Islam. Aku beserta teman-teman berangkat dengan tidak bersamaan. Ada yang berangkat duluan sambil membawa bungkusan roti dan susu. Ada yang nyusul sejenak setelah mereka berangkat dan membawa talam. Dan yang terakhir mereka berangkat dengan membawa segala kebutuhan yang masih tersisa. Sungguh ide cemerlang. Aku salut pada mereka. Aku optimis acara ini akan berjalan dengan mulus (tanpa rintangan) melihat langkah mereka yang cerdas.

Di jalan depan aula INSTIKA yang disinari dengan cahaya lampu merkori, mereka berhenti sembari menghilangkan capek dan lelah. "Di sini tempatnya, kawan?" tanya salah seorang dari mereka. Mereka mengangguk. Sambil menunggu teman-teman yang belum datang, mereka menata irisan roti di atas talam yang berwarna ungu itu. Dengan deretan yang menghiasai bundarnya talam, dituliskan sebuah "HY'DAY KAYLA" dan diletakkan roti besar yang di atasnya ditempati lilin dengan angka 1 dan 8. "Waw, menarik banget nih!" Saya terkejut melihat hidangan perayaan itu sudah siap.

"Siapa yang tidak akan tersentuh kalau melihat momen seperti ini?" ucap sebagian mereka dengan nada serius.

"Bisa jadi dan pasti. Semoga...," sahut benakku.

Terus, penataan lilin dengan membentuk simbol 'I', waru, dan 'U' masih belum selesai. Teman-teman masih kelihatan semangat. Dengan kebersamaan, lilin itu sudah selesai ditata rapi. Sungguh romantis.

Semua lilin dihidupkan kecuali lilin yang berbentuk angka 1 dan 8, masih belum terbakar api. Menghidupkan masing-masing lilin itu amat sulit. Karena, hembusan angin dari segala arah tak dapat ditepis. Tapi, dengan rasa cinta dan sabar yang menyatu di tengah persahabatan, api itu berkobar dan menerangi alam sekitar. "Foto, foto, foto," perintah mereka serentak. Diambil beberapa objek dari depan, samping dan belakang, lilin itu beserta talam yang dihiasi dengan tatanan roti terlihat indah dan sejuk mata memandangnya. Mereka kelihatan tidak sempurna kalau mereka tidak foto bareng di belakang lilin tersebut.

Sebelum acara perayaan itu dimulai, masih gladi kotor (percobaan) sebentar agar nanti tidak kaku dan terjadi cutsaat pem-video-an berlangsung. Aku disuruh melangkah untuk mengawali perayaan ini dengan petikan nyanyian "Innocence" oleh Avril Lavigne. Karena aku tidak bakat nyanyi lagu yang berbahasa Inggris, tapi sekedar suka doang,dengan suara serak-serak dan kaku lagu itu dilantunkan. "This innocence is brilliant//I hope that it will stay//This moment is perfect//Please don't go away//I need you now//And I'll hold on to it//Don't you let it pass you by". Sungguh, aku malu pada teman-teman. Mereka kelihatan tersenyum mendengar aku nyanyi. Karena, yang mereka tahu tentang kepribadianku. Aku orangnya hanya senang baca kitab-kitab kuning (kitab turats), buku, dan diskusi. Itu saja.

Jam hampir pukul 24.00 mereka langsung memulai perayaan ini. Sebutan nama "Happy Birthday Kayla" mengalir dari lisan mereka. Kelihatannya mereka mendoakan akan lahirnya seorang perempuan di Situbondo yang sekarang sudah berusia delapan belas tahun. Doa mereka menyibak tirai langit sehingga sampai di hadapan-Nya. Segalanya, pohon-pohon, rumput, batu dan lain sebagainya, mendoakan dan menyaksikannya. Aku bersyukur dapat merayakan momen itu dengan sempurna. Tapi, ada satu yang kurang sehingga perayaan itu menjadi lebih sempurna, yaitu ketidakhadiran dia, orang yang sedang dirayakan hari kelahirannya. "Andaikan Mbak ada di sini, pasti ...," sahut Abastianly (nama Facebook Basit).

Terus, karena dia sendiri tidak bisa hadir pada momen spesial ini, alternatifnya dia cukup menyaksikan videonya saja di PP. Salafiah Syafi'iah atau di mana saja. Lewat post itu sudah dapat sampai padanya. Pada hari Jum'at tanggal 13 September 2013 M. berkas itu yang terdiri dari kaset dan beberapa lembar foto dikirim. Pada waktu liburan pondok hari raya Idul Adha kemarin, dia bilang kalau kirimannya sudah nyampek. Dan yang paling menarik, tidak hanya aku, melainkan teman-teman BPBA English kesan positif yang ditulis dan kirim ke inbox Facebookku. Isinya, "... sumpah, sederhana, tapi menggugah ..."

Kisah itu bikin aku sadar. Sadar kalau kelalaian mensyukuri serta mengenang anugerah-Nya adalah sangat penting untuk direnungkan. Karena usai dari perayaan itu aku dapat merayakan hari ulang tahunku sendiri yang ke dua puluh tahun. Pada hari Ahad tepat pada tanggal 15 September 2013 M. kutelepon Umi untuk memberi kabar kalau sekarang waktu aku dilahirkan. "Oia... aku masih ingat. My pray always comes in your heart!" ucap Umi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun