Mohon tunggu...
Alif Akhtar_
Alif Akhtar_ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alif Akhtar Hasan-Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalinaga-20107030150

Alif Akhtar Hasan-Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalinaga-20107030150

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Salah Satu Gerobak Bakwan Kawi yang Masih Bertahan di Tengah Badai Pandemi

30 Juni 2021   19:31 Diperbarui: 30 Juni 2021   19:51 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era pandemi 2021 yang kini malah semakin melunjak kasusnya, Terutama untuk para pengusaha UMKM sangat begitu terkena dampaknya. Apalagi bagi pedagang kaki lima yang mendapatkan omzet rendah di situasi seperti ini. Mereka harus berjuang-terombang ambing tanpa adanya kepastian untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Terkadang harus siap menerima hasil yang rendah tanpa adanya keluhan dari hati kecil mereka. Tidak memikirkan harus habis daganganya , Tetapi terjual satu saja daganganya mereka sudah sangat bersyukur. Tentu ada dampak positif dan negatifnya tentang situasi para pedagang kaki lima yang bertahan di tengan masa pandemic ini. Salah satu positifnya mereka mulai belajar tentang keadaan bagaimana caranya mereka harus bersyukur dalam kondisi apapun hasilnya mau laris ataupun sepi daganganya. Dan salah satu dampak negatifnya mereka sangat terpuruk kondisi keuangan maupun ekonominya dalam situasi seperti ini harus siap menerima kenyataan yang ada.

Contohnya Wahyu(29) seorang pedagang kaki lima yang berjualan dengan gerobak bakwan kawi asli malang, Ia contoh salah satu orang yang terdampak efek pandemi ini. Karena Ia Berjualan tidak jauh dari lokasi rumah saya hanya berjarak 200 meter dari rumah  saya, Karena pada malam hari banyak pedagang yang sudah tutup karena sudah larut malam dan perut saya lapar saya mendatangi gerobaknya karena masih buka kala itu di tengah sunyinya jalanan pada saat itu.

Saya juga berinisiatif untuk mewawancarainya karena rasa penasaran saya yang besar. Wahyu sudah mulai berjualan Bakwan kawi dengan gerobaknya sejak tahun 2015, Ya sudah hampir genap 6 tahun ia berjualan bakwan kawi. Tentunya ada banyak suka dukanya ia berjualan bakwan kawi, Contohnya ia sebelum pandemi sudah memiliki banyak pelanggan dan daganganya selalu habis sebelum pukul 8 malam, Tetapi kini daganganya habispun jarang dan jika habis pasti sangat bersyukur karena saat saya kesana pada pukul 12 dini hari daganganya belum habis sepenuhnya. Tidak luput juga dengan kondisi gerobaknya kadang sering ada masalah entah banya bocor, Raknya macet, Dan lain sebagainya. Tetapi mas Wahyu ini hampir tidak pernah mengeluh dalam menghadapi cobaan ini saat ia berdagang.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Saya pun menanyai bagaimana solusi apabila dagangan belum habis?, Dan mas Wahyu pun menjawab “Ya, Kadang kalau gak habis ya mubazir, Saya berinisiatif mencoba keliling walau itu sudah larut malam. Ya, Alhamdulillah kadang ada ya beli walaupun cuma satu dua orang tetep saya syukuri. Jadi saya gabisa tinggal diam aja berpangkal di daerah sini, Tetapi saya harus bergerak terus karena prinsipnya kita yang mencari uang, Bukan uang yang mencari kita. Karena kan ya saya sadar diri cuma pedangang UMKM kaki lima gini mau bisa apa. Mau mengandalkan siapa?. Lah, Dana bantuan social aja di korupsi sama pemerintah, Masa kita mau mengandalkan pemerintah terus?. Ya semestinya kita pun harus bergerak. Kalo masalah dana bantuan sosial saya gamau pikirin apalagi ikut campur dan gak mah berharap banyak sama pemerintah karena dimana ada amanah apabila tidak disampaikan ya, Biar pada tanggung sendiri dosanya mereka. Saya mah gak berani ikut campur Cuma bisa gini berdagang seadanya, Semampunya, Dan dengan modal sendiri saya syukuri walaupun penghasilan ga seberapa, Tetapi tetep bersyukurlah masih bisa buat makan sehari-hari.” Ujar mas Wahyu

Padahal harga semangkok porsi bakwan kawi mas Wahyu hanya berkisaran lima ribu rupiah saja per porsinya. Ia berani mengambil resiko karena situasi seperti ini harus menyesuaikan harga bahan baku dan produksi untuk dijual kembali. Tetapi pada umumnya isi dari semangkok porsi bakwan kawi mas wahyu sama dengan pedangan bakwan kawi lainya. Dengan harga lima ribu rupiah per porsinya saya mendapatkan isi tiga pangsit goreng, Satu pangsit basah, Dan tidak kalah menariknya saya mendapa dua bakso dan saat itu masih ada sisa tetelan juga diberikan kepada saya. Kuah kaldunyapun terasa sedap sekali beraroma sapi karena diberikan beberapa tetelan di panci kuah tersebut. Tetapi kadang saya merasa kasihan pada saat itu dagangan belum sepenuhnya habis masih tersisa empat porsi, Jadi tanpa saya berpikir panjang dan berniat membantunya juga tanpa rasa pamrih, Sayapun beli semua empat porsi dengan satu makan ditempat dan tiga sisanya saya bungkus untuk orang rumah yang belum tidur saat itu.

Saya pun juga bertanya kepada mas Wahyu tanggapanya tentang teman-teman yang berdagang UMKM di tengah pandemi ini, Bagaimana solusi harus bertahan supaya tidak mengalami keterpurukan yang sangat dalam. Mas Wahyu pun menjawab “Ya, Yang pertama kita jangan pernah lupa atau sama sekali melupakan kepada Tuhan yang maha esa. Ya tetep ditekuni sholatnya, walaupun lagi pas-pas an pun tetep harus bersedekah kepada orang yang di bawah saya. Karena walaupun saya itu orang pas-pas an, Tetapi masih banyak orang di bawah saya yang lebih membutuhkan juga. Karena kan rejeki udah diatur masing-masing dapet bagianya sendiri-sendiri, Jadi kita gak perlu takut miskin karena bersedekah. Karena percaya gak percaya Tuhan pasti balas berkali-kali lipat lebih besar dari harta yang kita sedekahkan, Toh harta kita juga gak bakal kita bawa mati. Jadi sebisa mungkin dalam keadaan apapun tetep harus berbagi ke sesame. Kadang juga saya setiap ada orang atau anak kecil kelihatan belum makan, Terutama anak-anak jalanan gitu pasti pada lihatin gerobak saya, Tetapi cuma lewat doang mereka gak berani beli karena uangnya mungkin gak cukup. Ada kaya gitu pun langsung saya samperin saya kasih seporsi gratis buat mereka. Dan mereka pun senang kok, Apalagi saya yang berbagi kebahagian untuk sesama. Ya, itu kuncinya paling utama mau kondisi pandemi ataupun enggak pandemic tetep harus ingat sama yang di atas.” Ujar mas Wahyu.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Setelah mendengar jawaban yang begitu panjang dari mas Wahyu, Saya pun terdiam dan merenung. Saya berpkirir kok masih ada orang yang di bawah saya, Tetapi masih ingat sama yang di bawahnya lagi. Dan saya pun mengucapkan terimakasih pada mas Wahyu karena telah berbagi ilmunya secara cuma-cuma, Dan saya pun berpamitan pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun