Di era pandemi 2021 yang kini malah semakin melunjak kasusnya, Terutama untuk para pengusaha UMKM sangat begitu terkena dampaknya. Apalagi bagi pedagang kaki lima yang mendapatkan omzet rendah di situasi seperti ini. Mereka harus berjuang-terombang ambing tanpa adanya kepastian untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Terkadang harus siap menerima hasil yang rendah tanpa adanya keluhan dari hati kecil mereka. Tidak memikirkan harus habis daganganya , Tetapi terjual satu saja daganganya mereka sudah sangat bersyukur. Tentu ada dampak positif dan negatifnya tentang situasi para pedagang kaki lima yang bertahan di tengan masa pandemic ini. Salah satu positifnya mereka mulai belajar tentang keadaan bagaimana caranya mereka harus bersyukur dalam kondisi apapun hasilnya mau laris ataupun sepi daganganya. Dan salah satu dampak negatifnya mereka sangat terpuruk kondisi keuangan maupun ekonominya dalam situasi seperti ini harus siap menerima kenyataan yang ada.
Contohnya Wahyu(29) seorang pedagang kaki lima yang berjualan dengan gerobak bakwan kawi asli malang, Ia contoh salah satu orang yang terdampak efek pandemi ini. Karena Ia Berjualan tidak jauh dari lokasi rumah saya hanya berjarak 200 meter dari rumah saya, Karena pada malam hari banyak pedagang yang sudah tutup karena sudah larut malam dan perut saya lapar saya mendatangi gerobaknya karena masih buka kala itu di tengah sunyinya jalanan pada saat itu.
Saya juga berinisiatif untuk mewawancarainya karena rasa penasaran saya yang besar. Wahyu sudah mulai berjualan Bakwan kawi dengan gerobaknya sejak tahun 2015, Ya sudah hampir genap 6 tahun ia berjualan bakwan kawi. Tentunya ada banyak suka dukanya ia berjualan bakwan kawi, Contohnya ia sebelum pandemi sudah memiliki banyak pelanggan dan daganganya selalu habis sebelum pukul 8 malam, Tetapi kini daganganya habispun jarang dan jika habis pasti sangat bersyukur karena saat saya kesana pada pukul 12 dini hari daganganya belum habis sepenuhnya. Tidak luput juga dengan kondisi gerobaknya kadang sering ada masalah entah banya bocor, Raknya macet, Dan lain sebagainya. Tetapi mas Wahyu ini hampir tidak pernah mengeluh dalam menghadapi cobaan ini saat ia berdagang.
Padahal harga semangkok porsi bakwan kawi mas Wahyu hanya berkisaran lima ribu rupiah saja per porsinya. Ia berani mengambil resiko karena situasi seperti ini harus menyesuaikan harga bahan baku dan produksi untuk dijual kembali. Tetapi pada umumnya isi dari semangkok porsi bakwan kawi mas wahyu sama dengan pedangan bakwan kawi lainya. Dengan harga lima ribu rupiah per porsinya saya mendapatkan isi tiga pangsit goreng, Satu pangsit basah, Dan tidak kalah menariknya saya mendapa dua bakso dan saat itu masih ada sisa tetelan juga diberikan kepada saya. Kuah kaldunyapun terasa sedap sekali beraroma sapi karena diberikan beberapa tetelan di panci kuah tersebut. Tetapi kadang saya merasa kasihan pada saat itu dagangan belum sepenuhnya habis masih tersisa empat porsi, Jadi tanpa saya berpikir panjang dan berniat membantunya juga tanpa rasa pamrih, Sayapun beli semua empat porsi dengan satu makan ditempat dan tiga sisanya saya bungkus untuk orang rumah yang belum tidur saat itu.
Saya pun juga bertanya kepada mas Wahyu tanggapanya tentang teman-teman yang berdagang UMKM di tengah pandemi ini, Bagaimana solusi harus bertahan supaya tidak mengalami keterpurukan yang sangat dalam. Mas Wahyu pun menjawab “Ya, Yang pertama kita jangan pernah lupa atau sama sekali melupakan kepada Tuhan yang maha esa. Ya tetep ditekuni sholatnya, walaupun lagi pas-pas an pun tetep harus bersedekah kepada orang yang di bawah saya. Karena walaupun saya itu orang pas-pas an, Tetapi masih banyak orang di bawah saya yang lebih membutuhkan juga. Karena kan rejeki udah diatur masing-masing dapet bagianya sendiri-sendiri, Jadi kita gak perlu takut miskin karena bersedekah. Karena percaya gak percaya Tuhan pasti balas berkali-kali lipat lebih besar dari harta yang kita sedekahkan, Toh harta kita juga gak bakal kita bawa mati. Jadi sebisa mungkin dalam keadaan apapun tetep harus berbagi ke sesame. Kadang juga saya setiap ada orang atau anak kecil kelihatan belum makan, Terutama anak-anak jalanan gitu pasti pada lihatin gerobak saya, Tetapi cuma lewat doang mereka gak berani beli karena uangnya mungkin gak cukup. Ada kaya gitu pun langsung saya samperin saya kasih seporsi gratis buat mereka. Dan mereka pun senang kok, Apalagi saya yang berbagi kebahagian untuk sesama. Ya, itu kuncinya paling utama mau kondisi pandemi ataupun enggak pandemic tetep harus ingat sama yang di atas.” Ujar mas Wahyu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H