"Hukum Alam"; hukum alam adalah derivasi bahasa yang disampaikan oleh cendekiawan modern. Dalam Islam, hukum alam disebut sebagai Sunnatullah, ia adalah peraturan yang teguh dan tidak berubah lagi. Hukum yang tua, lebih tua dari segala hukum. Lebih dahulu dari segala agama. Bahkan segenap hukum yang telah ada dan agama yang telah berdiri bersumber dari hukum alam itu.
"Adab Kesopanan"; dalam sub-bab ini dijelaskan pokok-pokok, pembagian, jenis, bahkan contoh daripada norma adab dalam pergaulan, baik diri sendiri hingga sesama. "Basa-Basi" adalah salah satu nilai lokal ketimuran, di setiap daerah Indonesia memiliki adata-istiadat "basa-basi" itu, meski berbeda bentuknya, bagaimana "basa-basi" di Aceh berbeda dengan di Bugis, atau di Jawa dengan Dayak. Setiapnya memiliki ciri khas tersendiri. Hamka turut menuliskan pepatah sahabat Umar bin Khattab perihal adab terhadap manusia. Dalam buku ini turut dijelaskan langkah-langkah manusia dalam menjaga hubungan dengan sesamanya.
"Sederhana"; ap aitu sederhana? Apakah ada batasnya? Sub-bab ini menghadirkan jawaban atas konsep fundamental sederhana itu sendiri. Sederhana yang tidak lain adalah sederhana niat & tujuan, sederhana berpikir dengan mempergunakan akal secara seksama, dengan kesederhanaan itulah manusia menumbuhkan cita-citanya, dan cita-citanya tumbuh dengan subur, sebagaimana beberapa pepatah penyair Arab yang tertulis dalam buku ini. Dalam sub-bab ini, Hamka turut menyebutkan beberapa nama ulama, penyair, cendekiawan terkemuka, seperti Ahmad Zaglul Pasya, luthieruthi, Rafi'ie, Bernard Shaw, Emila Zola, yang perlu menjadi contoh, perbandingan atau pelajaran
"Berani"; bagaimana manusia bisa memiliki keberanian itu? Pertanyaan demi pertanyaan terjawab dalam buku. Hamka menulis bahwa keberanian terbagi menjadi dua, keberanian semangat dan keberanian hati. Ia menulis seulas kisah, sejarah keberanian di Indonesia, atau bahkan di dunia. Ia menuliskan kisah Dr. Tjiptomangunkusumo, Prof. Pickard (orang Belgia). Kalimat "amar ma'ruf nahi munkar" adalah esensi dari keberanian, keberanian budi, jelas Hamka dalam buku ini
"Keadilan"; paragrafi pertama dalam sub-bab ini menuturkan ungkapan kata falsafah Nasrani, bahwa keadilan adalah "Jangan lakukan kepada orang lain sesuatu yang kita tidak senang, kalau dilakukan orang kepada kita". Dalam dasar hukum di dunia, keadilan adalah tiga hal, antaranya; Persamaan, Kemerdekaan, Hak Milik. Dari sub-bab ini dijelaskan pula bahwa kewajiban utama manusia adalah menghormati orang lain dalam kehidupannya, kemerdekaan dan pribadinya, dihormati pula kepercayaan dan hak miliknya. Turut dikisahkan kisah bagaimana keadilan di masa Ali bin Abi Thalib & Mu'awiyah bin Abi Sufyan.
"Persahabatan"; adakah yang lebih tinggi harga dan nilainya di dunia dari hubungan antar manusia selain persahabatan? Pertanyaan itu terjawab dalam sub-bab ini, betapa bernilai dan berharganya persahabatan dalam kehidupan. Tertulis pula beberapa nasihat dan petaruh Umar bin Khattab dalam meneguhkan persahabatan. Mencari sahabat itu sendiri ada ilmunya, seperti kemampuan menyelidiki secara halus, dan kesanggupan diri sendiri untuk sahabat itu sendiri.
"Islam Membentuk Pandangan Hidup"; islam tidak hanya budaya, lebih dari agama, Islam adalah gaya hidup, pembentuk pandangan hidup, Islam adalah peradaban. Hamka menuturkan pengalaman bersama kawan-kawannya, bagaimana Islam membentuk pandangan hidup, menuturkan halus budi dan perangai keseharian. Kekaguman Goethe (Filsuf Jerman), salah seorang warga negara Amerika turut mengagumi ketulusan, kesederhanaan berpikir dalam Islam. Pangkal daripada Islam itu sendiri adalah Tauhid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H