Mohon tunggu...
Alif Ahsanuddin
Alif Ahsanuddin Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Santri PM Gontor / Wartawan Darussalam Pos

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Efektifkah Pembelajaran Daring di Masa Pandemi?

22 Agustus 2020   15:53 Diperbarui: 22 Agustus 2020   15:57 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebanyakan siswa justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game daripada belajar (Sumber : aartreya.com)

         Dampak pandemi Coronavirus desease (Covid-19) yang terjadi sepanjang tahun ini dirasakan oleh seluruh umat manusia di segala sektor, baik ekonomi, sosial, pendidikan, dan sektor lainnya. Seiring berjalannya waktu geliat beberapa sektor sudah mulai berjalan, terutama ekonomi yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Namun, sektor pendidikan nampaknya harus lebih bersabar untuk memulai kegiatannya.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sektor pendidikan adalah bagian yang sangat penting dalam perkembangan umat manusia, sehingga dalam pandemi hebat seperti sekarang ini pendidikan harus tetap berjalan, walaupun terpaksa menggunakan cara yang berbeda dari biasanya. Maka, sistem pembelajaran jarak jauh atau daring pun menjadi solusi yang tepat untuk menjawab kebutuhan pendidikan di masa seperti ini.

Sistem pembelajaran jarak jauh pun diambil sebagai kebijakan nasional oleh berbagai negara, salah satunya Indonesia, Setelah hampir seluruh wilayah di Indonesia mengumumkan pembatasan sosial, dan gerakan Stay at Home atau mengisolasi diri di rumah guna menghindari penyebaran virus. Kegiatan belajar mengajar yang selama ini berjalan tentu menimbulkan kontak fisik langsung baik antara guru dengan murid atau murid dengan teman sebaya, tentu memiliki resiko tinggi terpapar virus, oleh karena itu pemerintah terpaksa mengambil kebijakan pembelajaran jarak jauh.

 Berdasarkan dari surat edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) No. 4 tahun 2020 tanggal 24 Maret 2020  tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan pada masa darurat penyebaran coronavirus desease (Covid-19), sistem pembelajaran berbasis daring di Indonesia pun dimulai.

Sistem pembelajaran baru ini menjadi tantangan baru bagi seluruh pelaku di sektor Pendidikan, baik sekolah, guru, siswa, bahkan hingga wali murid. Sekolah dituntut membuat sistem belajar jarak jauh yang efektif sehingga kurikulum dan tujuan dapat tercapai seutuhnya. Di sisi lain, guru juga mendapat tantangan berat, karena disamping harus membuat strategi mengajar yang efektif, guru pun bertanggungjawab atas jalannya pembelajaran daring ini.

Sebagai informasi ada lima komponen pembelajaran yang harus dipenuhi agar pembelajaran tersebut efektif atau biasa dikenal dengan Anchor Poin, yaitu Tujuan pembelajaran ,materi pembelajaran atau bahan ajar, pendekatan (metode) pembelajaran, media, serta evaluasi pembelajaran. Tentu guru tidak boleh meninggalkan salah satu komponen tersebut agar pembelajaran daring dapat berjalan maksimal.

Tugas yang tak kalah sulit pun diemban orang tua, dalam pelaksanaan pembelajaran daring hanya orang tua yang dapat membimbing dan mengawasi secara langsung proses pembalajaran model ini, oleh karena itu orang tua dituntut aktif dalam mengikuti proses belajar anak, terutama untuk anak yang masih dalam tahap usia dini.

Kemendikbud memberi arahan bahwa tiga tugas utama dalam mendesain dan mengimplementasikan pembelajaran jarak jauh yakni, apa, siapa, dan dimana.  Apa disini maksudnya materi apa yang akan disamaikan oleh guru kepada murid, apakah hanya berupa tugas kognitif atau ada yang menuntut motorik siswa, lalu siapa yaitu, kepada siapa materi disampaikan, tentu sudah jelas materi disampaikan kepada peserta didik masing-masing, namun permasalahannya apakah materi tersebut tersampaikan kepada yang bersangkutan dengan baik, lalu ketiga adalah Bagaimana, yaitu bagaimana guru menyampaikannya, melalui platform belajar online, seperti Ruang Guru,Google Classroom, Zoom Meeting atau cukup dengan layanan pesan singkat saja.

Namun, dalam kenyataannya pembelajaran daring menemui banyak kendala dalam pelaksanaannya, sebuah sistem baru bersakala raksasa yang masih dalam tahap uji coba memang lumrah menghadapi barbagai kendala. Dalam sejarahnya belum ada negara yang menerapkan pendidikan berbasis teknologi secara nasional, oleh karena itu ini merupakan salah satu awal lompatan kemajuan teknologi, karena sudah terlanjur basah harus menerapkan sistem pembelajaran daring, maka sekalian saja diuji coba efektifitas pendidikan yang mengadopsi teknologi sebagai medianya.

Boleh jadi beberapa tahun mendatang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem pendidikan akan mengadosi Teknologi sebagai media utamanya, maka ini kesempatan untuk memulai kemajuan tersebut.

Masih banyak daerah di Indonesai yang tidak terjangkau koneksi internet (Sumber : www.harapanrakyat.com)
Masih banyak daerah di Indonesai yang tidak terjangkau koneksi internet (Sumber : www.harapanrakyat.com)

Kendala terbesar yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran daring adalah banyak masyarakat kalangan menengah kebawah terutama yang bertempat tinggal jauh dari perkotaan tidak memiliki sarana mengakses jaringan internet, bahkan tidak memiliki ponsel atau komputer untuk mencapai informasi pembelajaran.

Banyak yang mengeluhkan sulitnya mencari sinyal di berbagai daerah terpencil yang ada di Indonesia. Seorang guru di wilayah terpencil menuturkan bahwa di daerah tempatnya mengajar belum banyak masyarakat yang mengenal ponsel atau komputer apalagi jaringan internet sehingga pembelajaran berbasis daring sama sekali tidak dapat dilaksanakan, selain itu faktor ekonomi juga membuat ponsel yang notebene nya termasuk kebutuhan trasier manusia tidak dapat terpenuhi.

Radio Republik Indonesia (RRI) dan Stasiun Televisi TVRI mencoba memberi kontribusi bagi dunia pendidikan yang mengalami masa sulit dengan menyiarkan siaran edukatif bagi anak usia dini hingga menengah, tentu ini menjadi angin segar bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam mengakses pembelajaran daring, namun karena sifat dari siaran tersebut umum, kurikulum dan terget pembelajaran yang disusun sekolah tidak berjalan efektif. Alhasil banyak guru yang akhirnya harus menempuh cara lain yaitu pembelajaran luring (luar jaringan) atau offline dengan mendatangi rumah siswa satu per satu secara bergilir.

Kendala lainnya yang ada adalah banyak guru hanya menyampaikan materi pembelajaran melalui layanan pesan singkat. Hal tersebut tentu sangat disayangkan, karena materi yang disampaikan hanya berupa tugas kognitif yang mengacu pada perkembangan sisi akademis saja, tanpa memperhatikan faktor afektif dan motorik siswa. Bahkan kebanyakan setelah memberi tugas kepada siswa kemudian, hanya meminta laporan untuk sekedar menandai kehadiran saja, tanpa memberi evaluasi belajar.

Pun juga orientasi yang salah dari wali tentang tugas yang diberikan semata hanya untuk  mengisi absen kehadiran perlu dibenahi, karena mainset ini justru akan merusak mental peserta didik Indonesia. Mental mau berusaha dan bekerja keras akan hilang jika hal ini terus berlanjut tanpa pembinaan yang baik dari pihak sekolah ataupun pemerintah.

Tanpa adanya interaksi antara guru dan murid, pembelajaran daring terkesan monoton dan satu arah, hal ini yang menimbulkan kejenuhan siswa dalam belajar sehingga mereka lebih memilih beralih ke kegiatan lain yang kontraproduktif seperti bermain game atau sekedar menonton film. Teknologi yang seyogyanya dimanfaatkan untuk belajar, justru digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan kontraproduktif.

Memang lumrah seorang anak memiliki keinginan untuk mencari hiburan dengan bermain game, namun kenyataannya porsi waktu yang diambil untuk bermain game jauh lebih besar daripada waktu yang digunakan untuk belajar. Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari guru maupun orang tua.

Kebanyakan siswa justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game daripada belajar (Sumber : aartreya.com)
Kebanyakan siswa justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game daripada belajar (Sumber : aartreya.com)

Bagaimanapun pembelajaran ini berlangsung, baik postif maupun negatifnya harus terus dijalankan, karena pendidikan tidak boleh ditinggalkan namun juga protokol kesehatan yang ada harus dipatuhi.

Dalam Islam, Allah Swt. memerintahkan kita untuk menaati pemimpin dan para ulama, maka kebijakan-kebijakan pembatasan sosial harus ditaati tanpa meninggalkan kegiatan belajar mengajar.Di masa pendemi seperti ini menaati protokol kesehatan sangat penting agar tidak membahayakan diri kita sendiri ataupun orang lain.

Dalam ilmu Ushul Fiqh (ilmu hukum dalam Islam yang mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-sumber secara terperinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumber-sumber tersebut)ada kaidah yang berbunyi Dar-ul mafasid muqoddam 'ala jalbil Masoleh yang artinya menjauhi resiko bahaya lebih diutamakan dibanding mencari manfaat, belajar secara tatap muka tentu sangat efektif seperti yang kita jalani sebelum dunia dilanda pandemi, namun menghindari bahaya lebih utama daripada mengejar manfaat tersebut, kaidah lain juga berbunyi La dhororo wa la dhiroro, yang berarti Jangan membahayakan diri sendiri ataupun orang lain.

Salah satu resiko nyata yang telah terjadi adalah setelah beberapa pemerintah daerah memberikan keringanan untuk membuka pembelajaran tatap muka langsung beberapa waktu yang lalu di daerah kategori zona hijau dan kuning, atau daerah dengan resiko penularan nol hingga rendah, timbul sekitar beberapa klaster baru penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah.

Jadi, saya menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis daring atau online memang belum terlalu efektif jika dibandingkan dengan sistem pembelajaran offline secara tatap muka langsung dengan guru yang selama ini kita laksanakan, dikarenakan berbagai kendala yang terjadi sebagaimana dijelaskan diatas, namun apabila sistem baru ini didukung dengan baik oleh seluruh elemen yang terkait mulai dari pihak pemerintah, sekolah, guru, murid, hingga wali murid tentu sistem pembelajaran daring ini akan berjalan baik.

Sistem pembelajaran daring di masa seperti ini adalah jalan keluar terbaik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak. Pemerintah melalui Kemendikbud telah berijtihad memikirkan berbagai kebijakan melalui musyawarah dan pertimbangan yang matang agar dapat menekan laju angka persebaran virus ini tanpa mengesampingkan dunia pendidikan, kini tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Apakah kita hanya akan protes terkait seluruh kebijakan yang lahir melalui proses panjang tersebut karena tidak sesuai dengan perspektif kita atau mendukung dan menaatinya agar tetap memberi manfaat tanpa menimbulkan bahaya bagi diri kita dan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun