Mohon tunggu...
Alifah Lintang
Alifah Lintang Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Demokrasi Indonesia

3 Desember 2023   20:04 Diperbarui: 3 Desember 2023   20:11 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Alifah Lintang Ariyanti

Nim: 230101122

Kewarganegaraan

Salah satu peristiwa praktik demokrasi di Indonesia adalah Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilihan Umum adalah proses demokratis untuk memilih wakil rakyat atau pejabat pemerintahan secara langsung oleh warga negara suatu negara. Tujuan utama dari pemilu adalah memberikan kesempatan kepada warga negara untuk menyampaikan suara mereka dan memilih para pemimpin yang akan mewakili mereka di pemerintahan. (https://fahum.umsu.ac.id/pengertian-pemilu-fungsi-dan-prinsip/ )

*Fakta

Salah satu kenyataan dalam pemilu di Indonesia adalah partai politik kerap memilih cara instan untuk merebut hati masyarakat. Salah satunya dengan cara mengusung artis-artis maupun figur terkenal tanah air untuk menjadi calon anggota legislatif (caleg).

Partai politik berharap pengusungan publik figur dapat membantu mereka memperoleh banyak suara pada pemilu legislatif (pileg) tingkat daerah dan nasional karena mereka meyakini pemilih akan mencoblos nama yang familier. Pada beberapa periode sebelumnya, strategi mengusung selebritas ini memang cukup sukses membantu partai mendulang suara, tapi secara tidak langsung ini juga mereduksi tujuan demokrasi dari pemilu itu sendiri. Pemilu harusnya menjadi ajang pencarian pemimpin dan kompetisi kebijakan, bukan semata unjuk popularitas demi mendapat banyak kursi di parlemen.

 ( https://theconversation.com/artis-jadi-caleg-pemilu-kini-laksana-kontes-kecantikan-kualitas-demokrasi-dipertanyakan-207828 )

Terdapat juga analisis mengenai keterlibatan masyarakat yang ikut partisipasi pemilih dalam pemilu di Indonesia relatif tinggi, meskipun terdapat beberapa tantangan dalam hal pengawasan dan integritas pemilu. Di sisi lain, peran masyarakat sipil dalam pengawasan pemilu di Indonesia semakin meningkat dan aktif, meskipun akses terhadap informasi dan kapasitas masih terbatas. Penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam proses demokrasi pemilu di Indonesia mengalami perkembangan yang positif, namun masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan integritas dan partisipasi masyarakat yang lebih aktif dalam pemilu. (https://versita.com/menuscript/index.php/Versita/article/view/1387 )

*IMPLEMANTASI

Berikut adalah beberapa aspek penting dalam implementasi Prinsip dan Nilai-nilai Demokrasi dalam Pemilu:

Kedaulatan Rakyat: Pemilu harus dilaksanakan sesuai dengan Prinsip

 1.Kedaulatan Rakyat, yang menunjukkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan mereka memiliki hak untuk memilih pemimpin-pemimpin yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik untuk mensejahtera akan rakyat dan memajukan bangsa.

2.Partisipasi Pemilih Pemula: Partisipasi pemilih pemula dalam implementasi nilai-nilai demokrasi melibatkan kebebasan berpendapat, kebebasan berpartisipasi, menghargai pendapat dan pilihan orang lain, kesetaran, dan Kerjasama.

3.Pelaksanaan Nilai-Nilai Demokrasi: Pelaksanaan nilai-nilai demokrasi pada pemilih pemula dilakukan melalui kepribadian demokratis pada pemilih pemula, sehingga mereka mampu menunjukkan dan melaksanakan nilai-nilai demokrasi.

4.Pemilihan Universal Umum: Pemilihan Universal Umum merupakan penerapan sistem demokrasi yang membolehkan seluruh masyarakat negeri buat berpartisipasi dalam menduduki pemilih yang diberikan oleh hukum.

Namun, implementasi prinsip-prinsip dan nilai-nilai demokrasi dalam praktek kehidupan di Indonesia masih mengalami tantangan. Beberapa sikap dan perilaku anti-demokratis yang terjadi di Indonesia antara lain:

1.Gejala monopoli untuk menang sendiri mulai marak, bahkan sampai ke bentuk fisik, dengan menggunakan simbol-simbol milik partai, kendati harus memakai berbagai fasilitas publik.

2.Berkembangnya konspirasi politik yang sangat pragmatis dengan mereka yang dulu anti-demokrasi, yang diwarnai dengan semangat kental hanya sekedar demi meraih kemenangan Pemilu tanpa menunjukkan komitmen serius dalam mengagendakan demokrasi.

3.Demokrasi mulai dimasukkan hanya sekedar sebagai retorika politik ketimbang sebagai sebuah agenda politik. Ketika keseragaman pada Orde Baru dihujat habis-habisan, kini sebagian kekuatan demokratik berargumentasi bahwa demokrasi tidak harus selalu berisi perbedaan tetapi juga kesamaan.

(https://jurnal.upg.ac.id/index.php/jpbp/article/download/306/212 , https://eprints.ums.a

c.id/25097/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf )

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun