Alunan musik mulai terdengar, suara nyanyian beradu padu dengan indahnya. Gadis cantik itu berlakon dengan apik, menghayati peran sebagai seorang ratu yang melahirkan para raja. Wajah cantik berhias ekspresi yang tak kalah cantiknya. Lakonnya apik, suaranya indah, tak ada alasan baginya untuk tak merasa percaya diri.Â
Gadis itu meliukkan tubuhnya ke sana kemari menghayati lakonnya sebagai seorang ratu. Setiap tempat adalah panggung baginya. Semua orang harus tau betapa cantik dirinya.
"Stop! Gilang coba lebih berwibawa lagi. Lakonmu itu Raja, masa raja menye menye," potong kak Tia, pelatih teater dengan tegas.
Suara musik kembali terdengar disusul nyanyian merdu para lakon. Cerita kembali berjalan dengan apik. Kesan kerajaan Indonesia yang kental diwarnai berbagai adegan yang luar biasa.Â
Tata letak yang diatur semirip mungkin dengan tata letak panggung pementasan, dipersiapkan agar para pemain mudah beradaptasi di atas panggung. Aksesoris tambahan seperti selendang dan mahkota juga dipakaikan. Ini latihan terakhir dan harus sempurna. Â
Latihan hari ini selesai tepat pukul 5 sore hari. Langit senja berwarna merah cerah tanpa awan. Senja yang biasanya indah, kini terasa berbeda. Entah apa yang berbeda kali ini.Â
Gadis itu mengemasi barang-barangnya, sempat berpamitan pada teman-temannya dan berjalan lebih dulu menuju gerbang sekolah. Tempatnya menunggu jemputan sepulang sekolah.
Gadis itu menolehkan wajahnya, merasa diperhatikan. Betapa terkejutnya saat melihat seseorang melihatnya seakan melihat hantu. Wajahnya pucat pasi dengan pandangan tak percaya.Â
Gadis itu menoleh ke arah lain, mungkin saja ekspresi itu untuk orang lain. Ia mencoba biasa saja sampai seseorang itu mendekat ke arahnya.
"Siapa kamu?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H