Laki-laki itu mengedarkan pandangannya, ini perpustakaan sekolah. Kenapa Ia bisa tertidur di sini?
“Muka kamu pucat banget, kamu sakit?” tanya Dewi di hadapannya.
Laki-laki itu menggeleng sebagai jawaban. Tangannya menggenggam buku fiksi yang sedang dibacanya untuk tugas sekolah. Ia terlalu larut dalam membaca hingga terbawa dalam mimpi. Arjuna mengusap kasar wajahnya, menghela nafas lega.
“Kamu jadi pinjam buku itu?” tanya Dewi lagi.
“Iya, bagus ceritanya,”
Gadis itu mengangguk paham, kembali melanjutkan bacaannya. Mereka bertiga sedang mencari buku untuk membuat tugas Bahasa Indonesia. Dewi Sekar Arum yang sudah terbiasa hidup di dalam perpustakaan tak merasa heran dengan tingkah kedua temannya. Arjuna yang tertidur dan Gala yang entah pergi ke mana. Kedua laki-laki itu tak pernah tahan untuk duduk diam dalam waktu yang lama.
“Guys, ini yang harusnya jadi idola gue!” seru laki-laki berambut ikal yang baru saja datang. Heboh menunjukkan buku bersampul biru di tangannya,”Liat nih! Patih Gajah Mada yang paling sakti di zamannya,”
“Stt, jangan berisik.” Tegur Arjuna.
Gala menatap Arjuna dengan tatapan tak suka. Kini Ia beralih memamerkan buku kesukaannya pada Dewi. Mereka bertiga berteman sejak kecil. Dewi yang akan tersenyum dan selalu mengatakan hal-hal baik sedangkan Juna dan Gala yang akan terus bertengkar tentang hal-hal kecil. Ya begitulah mereka.
“Bagus, mau pinjem buku ini?” tanya Dewi, Gala mengangguk dengan antusias. Senang rasanya mempunyai teman selain Juna. Lihatlah, laki-laki itu kini diam entah memikirkan apa.
Sementara itu Arjuna masih menatap buku di tangannya, pikirannya masih menerawang jauh pada gadis cantik yang menatapnya penuh dendam. Rasanya sakit sekali melihat gadis itu menangis di tengah peperangan yang bergejolak. Apa yang gadis itu mau dan mengapa gadis itu menatapnya dengan tatapan yang begitu menyakitkan?