Mohon tunggu...
ALIF
ALIF Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengguna Mandiri

Mengenai artikel/mini jurnal berisikan tentang keadaan sosial budaya, pendidikan, politik di Indonesia terkhushus daerah Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Pengurangan Masalah Pendidikan Karakter Sekolah Dasar di Indonesia

16 Juni 2023   13:47 Diperbarui: 16 Juni 2023   13:52 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter adalah suatu bentuk kegiatan sosial yang dimana terdapat tindakan yang mendidik dan diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Selama yang kita tahu bahwa tujuan adanya Pendidikan karakter adalah untuk membentuk sikap dan perilaku bagi para didikan agar lebih baik dan memiliki tata krama bagi sesama orang di lingkungan sosial. Konsep-konsep perilaku yang berkarakter adalah dapat mengekspresikan berbagai atribut kepribadian yang berkebajikan, memiliki simpati dan empati yang bagus kepada sesama, keberanian, kesabaran, jujur, serta memiliki tanggung jawab terhadap amanah yang telah dipercayakan orang lain kepada dirinya.

Karakter juga berlaku bagi moral seseorang yang dipunya. Meskipun adanya perbedaan suatu budaya di berbagai macam daerah, akan tetapi karakter dapat menyatukan akan suatu perbadaan sesuai dengan kesepakatan yang telah dimusyawarahkan. Menurut seorang Psikolog Bernama Lawrence Pervin mendefinisikan karakter moral sebagai disposisi untuk mengekspresikan perilaku dalam pola fungsi yang konsisten di berbagai situasi.  Dari ahli filsuf Marie I. George karakter moral yaitu jumlah dari kebiasaan dan watak seseorang.

Sejauh ini di Indonesia masalah pendidikan karakter menyangkut kepada pendidikan moral dan dalam pengaplikasiannya masih satu arah dengan pembelajaran dengan mata pelajaran lainnya seperti agama, kewarganegaraan, nilai nilai Pancasila, dan lain-lain. Dari berbagai hal tersebut disatukan dalam kurikulum, tetapi masih belum disajikan tanpa dinilai perkembangan materi tersebut. Dengan kata lain hal perkembangannya masih sebatas dijalani tetapi belum ada kroscek dari pembuat kurikulum. Dalam proses pendidikan di Indonesia yang berorientasi pada Pembentukan karakter individu belum dapat dikatakan tercapai karena dalam prosesnya pendidikan di Indonesia masih mengedepankan penilaian pencapaian individu dengan tolak ukur tertentu terutama logik-matematik sebagai ukuran utama yang menempatkan seseorang sebagai warga kelas satu atau dalam arti warga golongan atas.

Dalam rangka pembentukan karakter seorang pelajar terkhusus di sekolah dasar (SD) lembaga pendidikan semestinya menerapkan suatu budaya karakter di satuan pendidikan tersebut. Menerapkan budaya dan pembiasaan karakter agaknya sulit dilakukan, karena selain keteladanan dari seorang guru dan orang tua, masyarakat juga perlu melakukan pengawasan agar hal-hal yang semestinya tidak terjadi terminimalisir.

Tujuan dari studi kasus ini adalah agar dapat menambah informasi, wawasan, serta pengetahuan tentang betapa pentingnya pendidikan karakter perlu dimasifkan di lingkup satuan pendidikan yang pada kali ini terkhusus pada sekolah dasar (SD). Selain itu, penelitian bertujuan sebagai penyambung informasi di lingkungan sekolah, terutama di pendidikan tentang karakter dan moral pelajar.  


METODE

Sutdi kasus ini menggunakan metode adalah studi literatur. Sumber sumber yang digunakan adalah jurnal para ahli, buku bacaan mengenai pendidikan, serta beberapa sumber yang berasal dari berita-berita di platform ternama.. Fokus penelitian dalam tulisan adalah menganalisis dan mencari solusi dari permasalahan pendidikan karakter sekolah dasar di Indonesia. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komponensial. Analisis deskriptif komponensial adalah analisis data dengan cara menguraikan sekaligus menganalisis data yang memiliki perbedaan atau kontras yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang terseleksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan karakter bisa terbentuk dengan adanya ekstrakurikuler yang dapat mengampu topik tersebut. Selain dengan menampung bakat dan minat siswa masing-masing, ekstrakurikuler dapat membentuk atau meneladani karakter dalam diri siswa, karena setiap ekstrakurikuler mengajarkan perilaku baik terhadap siswa. Dalam kegiatan ekstrakurikuler pendidik setidaknya berupaya untuk mendidik siswa agar mempunyai kemampuan, keterampilan, serta kecerdasan.

Dalam lingkup ekstrakurikuler seharusnya mencakup tiga poin penting, antara lain pendidikan karakter yang menumbuhkan kesadaran sebagai makhluk tuhan yang mencakup : kejujuran, sikap toleransi, saling menghormati dan menghargai, serta menjauhkan. Kedua, pendidikan karakter yang menanamkan cinta tanah air dan bangga menjadi warga Negara Indonesia. Poin terakhir yaitu pendidikan karakter yang menanamkan keterkaitan dengan ilmu pengetahuan, yang berarti siswa ditanamkan sikap kreatif, mandiri, dan inovatif dalam melaksanakan program pendidikan.

  • Pendidikan Karakter berkaitan dengan kurikulum dan mata pelajaran

Sebagian besar sekolah dasar di Indonesia telah menggunakan Kurikulum 2013 "yang berbasis karakter dan kompetensi". Dalam kurikulum ini, guru mempunyai tugas dan peranan dalam membentuk karakter siswa agar tidak salah bertindak yang tidak sesuai dengan moral agama dan nilai-nilai Pancasila.  Selain penilaian terhadap hasil akademik, penilaian terhadap keseharian di kelas dan lingkungan sekolah sepatutnya dinilai. Perilaku perilaku yang dinilai dalam proses pembelajaran adalah kejujuran, kedisiplinan, tanggungjawab, peduli, dan santun.[1]

Dalam mata pelajaran, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik melalui proses pembelajaran, baik aktifitas di dalam maupun di luar kelas. Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter terintegrasikan kepada pendidikan agama, pendidikan budaya, pendikan pancasila, serta pendidikan bahasa. Secara sistematis apabila dari materi-materi yang telah diajarkan dan dicontohkan pula implementasi ke masyarakat maka secara tidak langsung sikap atau karakter siswa bisa tumbuh dengan sendirinya.

  • Peran Orang Tua dan Guru dalam Membentuk Pendidikan Karakter

Nilai moral agama dan nilai luhur Pancasila yang telah dipelajari oleh siswa tidak aka nada artinya bila hanya menjadi tanggungjawab pembentuk kurikulum semata. Peran orang tua dalam rumah dan peran guru di sekolah sangatlah penting guna menunjang pendidikan karakter. Dibutuhkan komitmen, konsekuen, dan kosistensi dari segala aspek yang ada. Seluruh elemen yang terlibat seharusnya menjafi penyemangat guna mewujudkan apa yang menjadi poin membentuk karakter seorang siswa.

Dalam lingkup sosial di sekolah, ada tiga metode yang efektif menurut penulis untuk mendukung guru dalam mengajarkan pendidikan karakter. Pertama, guru dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengenai nilai-nilai yang perlu ditanamkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajak siswa untuk mengidentifikasi nilai-nilai positif dalam materi yang diajarkan atau melalui diskusi tentang tema karakter tertentu dan mencari contoh nyata dalam perilaku sehari-hari.

Kedua, guru perlu melakukan pengulangan atau pembiasaan terhadap nilai-nilai yang dipahami oleh siswa. Nilai-nilai tersebut kemudian diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seperti siswa yang datang dan pulang tepat waktu untuk menghargai kedisiplinan, siswa yang mengerjakan tugas secara mandiri untuk menunjukkan kejujuran, atau siswa yang memberikan bantuan kepada teman yang mengalami kesulitan sebagai wujud kesetiakawanan dan keikhlasan.

Ketiga, guru harus menjadi contoh yang aktif dengan mempraktikkan nilai-nilai yang diajarkan. Guru bukan hanya pandai memberikan nasihat, tetapi juga menunjukkan perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Misalnya, guru yang selalu datang dan pulang tepat waktu, bersikap ramah terhadap siswa, menjaga kebersihan sekolah, atau rajin melaksanakan ibadah. Dengan menerapkan ketiga metode ini, guru dapat memperkuat pengajaran karakter yang efektif dalam kelas.

Tidak perlu menjelaskan secara rinci tanggung jawab orang tua dalam membentuk karakter yang baik di lingkungan keluarga. Lingkungan rumah yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya seorang anak memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian anak, dari saat lahir hingga menjadi dewasa dan mandiri. Oleh karena itu, peran orang tua menjadi sangat dominan dalam mendidik dan menjaga anak. Perspektif agama Ma'ruf Zurayk[2] menyatakan bahwa "Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, namun keluarga dan lingkungan anak memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk kepribadian, perilaku, dan kecenderungan sesuai dengan bakat yang ada dalam dirinya. Pengaruh yang paling signifikan adalah pengalaman dan kejadian yang terjadi pada masa kecil sang anak, yang dipengaruhi oleh suasana keluarga tempatnya tinggal."

Pendidikan karakter bukanlah sebatas penyampaian materi di lingkungan sekolah. Pendidikan karakter ialah adanya suatu tindakan nyata (implementasi) guna pengembangan karakter seorang siswa yang lebih baik. karakter saat ini sangat perlu ditanamkan pada peserta didik agar kelak dapat mewujudkan insan Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintregas  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun