Mohon tunggu...
Aliesa Azahwa Faradilla
Aliesa Azahwa Faradilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Calon Istri Lee Jeno

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika, Moral, Susila dalam Akhlak Tasawuf

2 Desember 2023   13:54 Diperbarui: 2 Desember 2023   14:18 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A. Etika

Kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artinya adat kebiasaan. Etika merupakan istilah lain dari akhlak, tetapi memiliki perbedaan yang substansial, yaitu konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap tingkah laku manusia, sedangkan konsep etika berasal dari pandangan tentang tingkah laku manusia dalam perspektif filsafat.

Etika adalah tingkah laku manusia yang ditransmisikan dari hasil pola pikir manusia. Dalam Ensiklopedi Winkler Prins dikatakan bahwa etika merupakan bagian dari filsafat yang mengembangkan teori tentang tindakan dan alasan-alasan diwujudkannya suatu tindakan dengan tujuan yang telah dirasionalisasi.

Ide-ide rasional tentang tindakan baik dan buruk telah lama menjadi bagian dari kajian para filusuf. Salah satunya adalah ajaran etika Epikuros tentang pencarian kesenangan hidup. Kesenangan hidup berarti kesenangan badaniah dan rohaniah. Hal penting dan paling mulia ialah kesenangan jiwa, karena kesenangan jiwa akan menjangkau kenikmatan metafisikal. Tujuan etik Epikuros adalah memperkuat jiwa untuk menghadapi berbagai keadaan. Dalam suka dan duka, perasaan manusia hendaklah sama. Ia tetap berdiri sendiri dengan jiwa yang tenang, pandai memelihara tali persahabatan. Pengikut Epikuros tidak mengeluh dan menangis menghadapi berbagai cobaan. Keteguhan jiwa menurutnya dapat diperoleh dari keinsafan dan pandangan tentang kehidupan yang abadi.

Dari pandangan filosofis Epikuros, dapat diambil pemahaman tentang arti etika, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai tindakan manusia yang menurut ukuran rasio dinyatakan dan diakui sebagai sesuatu yang substansinya paling besar. Kaidah-kaidah kebenaran dari tindakan digali oleh akal sehat manusia dan distandardisasi menurut ukuran yang rasional, seperti sumber kebenaran adalah jiwa, nilai kebenaran jiwa itu kekal, segala yang tidak kekal pada dasarnya bukan kebenaran substansial.

Etika (adab) menyangkut nilai-nilai sosial dan budaya yang telah disepakati masyarakat sebagai norma yang dipatuhi bersama. Karena nilai yang disepakati bersama itu tidak selalu sama pada semua masyarakat, maka norma etik dapat berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.

Dari semua pandangan yang berhubungn dengan pengertian etika di atas, dapat diambil pemahaman bahwa etika adalah cara pandang manusia tentang tingkah laku yang baik dan buruk, yang digali dari berbagai sumber yang kemudian dijadikan sebagai tolak ukur tindakan dengan pendekatan rasional dan filosofis.

B. Moral

Poespoprodja, seperti dikutip Masnur Muskich menyebutkan bahwa “Moral berasal dari bahasa latin “Mores” yang berarti adat kebiasaan. Kata “Mores” bersinonim dengan mos, moris, manner, mores, atau manners, morals.

Apabila moral diartikan sebagai tindakan baik atau buruk dengan ukuran adat, konsep moral berhubungan pula dengan konsep adat yang dibagi pada dua macam adat, yaitu:

1. Adat Shahihah, yaitu adat yang merupakan moral masyarakat yang sudah lama dilaksanakan secara turun temurun dari berbagai generasi, nilai-nilainya telah disepakati secara normatif dan tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran yang berasal dari agama Islam, yaitu Alquran dan As-Sunnah.

2. Adat fasidah, yaitu kebiasaan yang telah lama dilaksanakan oleh masyarakat, tetapi bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya kebiasaan melakukan kemusyrikan, yaitu memberi sesajen di atas kuburan setiap malam Selasa atau Jumat. Seluruh kebiasaan yang mengandung kemusyrikan dikategorikan sebagai adat yang fasidah, atau adat yang rusak.

Pinterest
Pinterest

Berbicara tentang moral berarti berbicara tentang tiga landasan utama terbentuknya moral, yaitu:

1. Sumber moral atau pembuat sumber. Dalam kehidupan bermasyarakat sumber moral dapat berasal dari adat kebiasaan dan pembuatnya bisa seorang raja, sultan, kepala suku, dan tokoh agama, bahkan mayoritas adat dilahirkan oleh kebudayaan masyarakat yang penciptanya tidak pernah diketahui, seperti mitos-mitos yang sudah menjadi norma sosial. Dalam moralitas Islam, sumber moral dari wahyu Alquran dan As-Sunnah , sedangkan Pencipta standar moralnya Allah SWT., yang telah menjadikan para nabi dan rasul, terutama Nabi Muhammad SAW. yang menerima risalah-Nya berupa sumber ajaran Islam yang tertuang di dalam kitab suci Alquran. Nabi Muhammda SAW. adalah pembuat sumber kedua setelah Allah SWT.

2. Objek sekaligus subjek dari sumber moral dan penciptanya. Moralitas sosial yang berasal dari adat, objek dan subjeknya adalah individu dan masyarakat yang sifatnya lokal, karena adat hanya berlaku untuk wilayah tertentu, artinya tidak bersifat universal, tetapi teritorial. Dalam moralitas Islam, subjek dan objeknya adalah orang yang telah baligh dan berakal yang disebut mukallaf.

3. Tujuan moral, yaitu tindakan yang diarahkan kepada target tertentu, misalnya bertujuan untuk ketertiban sosial, keamanan dan kedamaian, kesejahteraan, dan sebagainya. Dalam moralitas Islam, tujuan moral adalah mencapai kemaslahatan duniawi dan ukhrawi.

Dengan memahami ilustrasi di atas, pengertian moral sama dengan akhlak karena secara bahasa artinya sama, yaitu tindakan atau perbuatan. Moralitas manusia dibagi menjadi dua, yaitu: (1) moralitas yang baik; dan (2) moralitas yang buruk. Perbedaan dari kedua konsep itu, yaitu akhlak dan moral terletak pada standar atau rujukan normatif yang digunakan. Akhlak merujuk pada nilai-nilai agama, sedangkan moral merujuk pada kebiasaan.

Heri Gunawan dalam bukunya menyebutkan “yang dimaksud dengan moral adalah sesuatu yang sesuai dengan ide-ide umum yang diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas.

Dengan pengertian moral sepeti di atas, maka tampak banyak persamaan antara etika dan moral. Perbedaan yang muncul hanya bahwa etika bersifat teori sedangkan moral lebih banyak bersifat praktik.

C. Susila

Susila atau Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau normal.

Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang baik lagi. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang berkelakuan baik. Para pelaku Zina (pelacur) misalnya sering diberi gelar sebagai tuna susila.

Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya.  Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam Masyarakat.

Pinterest
Pinterest
Penulis : Aliesa Azahwa Faradilla

Dosen Pengampu : DR.Hamidullah Mahmud, Lc.M.A.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun