[caption id="attachment_160097" align="aligncenter" width="476" caption="Pemain Arema (foto bola.net)"][/caption]
JAGAD sepakbola tanah air dikejutkan dengan berita mundurnya delapan pemain yang berkiprah di Arema IPL. Diawali oleh mundurnya Noh Alam Syah (Along), pemain asing asal Singapura, dan disusul tujuh pemain asli Indonesia. Sebagian besar pemain yang mundur itu adalah pemain inti.
Apakah tindakan pemain yang mundur dari Arema itu dapat digolongkan sebagai profesional?
Beberapa waktu lalu aku pernah menulis tentang Diego Michel, yang juga melakukan hal yang kurang lebih sama. Dalam tulisan itu aku mengatakan, tindakan Diego yang tidak menghormati kontrak dengan klub (dalam hal ini Pelita Jaya) itu tidak profesonal. Pendapatku itu ditentang banyak teman. Umumnya teman-teman menilai, tindakan Diego itu sangat profesional karena dia meninggalkan klub Pelita Jaya yang tidak legal dan pindah ke Persija IPL yang legal.
Rupanya untuk kasus Diego, tempat dia berlabuh sangat menentukan profesional tidaknya dia. Karena Diego pindah ke Persija IPL dia profesional. Bagaimana jika dia pindah ke sesama klub ISL? Tentu TIDAK PROFESIONAL bukan?
Kini, hal yang kurang lebih sama dilakukan delapan pemain Arema. Apakah yang mereka lakukan itu profesional? Menurut aku, tidak.
Sepanjang yang aku tau, di dunia sepakbola profesional tidak ada yang namanya pemain mengundurkan diri dari klub. Ini pertama kali aku mendengar ada pemain yang mengundurkan diri dari klub. Di liga profesional Eropa dan Amerika Latin (dan mungkin juga di liga lainnya di seluruh dunia), pemain yang tidak betah harus menunggu hingga berakhirnya masa kontrak. Atau dia minta klub menjual di jendela transfer.
Sekali lagi, aku mau mencontohkan Carlos Tevez. Di klubnya yang sekarang, Manchester City, dia tidak betah. Klub juga tidak menyukainya. Namun apakah Tevez mengundurkan diri dari City? Tidak. Dia tetap berdiam di Manchester, tetap berlatih (kendati berlatih terpisah dengan pemain lain) dan berharap klub mau menurunkan harga agar bisa secepatnya dijual ke klub yang berminat.
***
Kembali ke pengunduran diri pemain Arema, ada satu hal yang membuat aku tidak mengerti. Kenapa Arema tidak berupaya mempertahankan Along dan tujuh pemain lain? Sikap Arema beda sekali dengan yang dilakukan Pelita Jaya, yang berusaha mati-matian mempertahankan Diego, sekalipun tidak berhasil. Kenapa Arema terkesan pasrah? Bukankah para pemain itu dikontrak hingga akhir musim?
Atau jangan-jangan, dalam kontrak antara pemain dengan Arema, ada klausul yang mengatakan, para pemain bisa meninggalkan klub kapan saja mereka mau?
Aku pikir, jika ternyata klausul itu benar-benar ada dalam kontrak, bahwa pemain bisa seenaknya saja meninggalkan klub kapan mereka mau, itu blunder besar bagi Arema. Para pemain seharusnya menghormati kontrak hingga akhir musim. Itulah yang dilakukan pemain profesional pada klub profesional.
Sejauh ini belum jelas alasan kenapa kedelapan pemain itu mundur dari Arema. Yang jelas, pengunduran itu mengindikasikan adanya masalah di klub Arema. Aku menduga, tujuh pemain Indonesia yang menyatakan mundur itu hanya menggertak. Hanya sekedar mau memperlihatkan 'kekuatan' supaya klub memenuhi keinginan mereka.
Jika mereka benar-benar mundur, sebenarnya sangat beresiko. Mereka pasti tak bisa pindah ke sesama klub IPL. Pasti PSSI tak akan menginjinkan terjadinya transfer. Pindah ke klub ISL? Bisa saja. Namun untuk sebagian pemain, itu berarti bunuh diri dari karir di tim nasional.
Yang pasti, mundurnya delapan pemain Arema merupakan preseden buruk bagi IPL. Jika tidak ditangani dengan bijaksana, akan memunculkan kesan bahwa di IPL (terutama di Arema), pemain bisa seenaknya berhenti kapan mereka mau. Ini tentu jauh dari profesionalisme yang digadang-gadang selama ini.
Perkembangan terakhir yang aku baca, Arema bermaksud meminta perubahan jadwal melawan Bontang FC, 11 Februari karena keadaan darurat di klub. Jelas, mundurnya pemain sangat berpengaruh bagi klub. Dan jika akhirnya jadwal pertandingan ditunda, maka itu akan memengaruhi kompetisi secara keseluruhan.
Apakah pemain Arema IPL yang mundur itu profesional? Tentu tidak.
Apakah sikap klub Arema yang membiarkan pemainnya berlaku tidak profesional merupakan perbuatan profesional? Aku tidak tahu.
Bagaimana pendapat Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H