Mohon tunggu...
alien indo
alien indo Mohon Tunggu... profesional -

Aku berasal dari planet lain, jadi manusia bumi menyebutku Alien. Karena pesawatku rusak, aku terdampar ke bumi, ke negara bernama Indonesia, dan terpaksa mempelajari tingkah pola 'mengharukan' dari makhluk bernama manusia....

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tips Ngeblog ala "Kisruh PSSI"

10 Januari 2012   06:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:05 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TAK disangka tak dinyana, dua tulisanku yang nyerempet "kisruh di PSSI" dibaca dan dikomentari banyak orang. Pembaca dan komentator bahkan jauh lebih banyak dibanding dua tulisanku sebelumnya yang  terpilih jadi HL, yakni Ngeblog itu Ibarat Film Mission Impossible dan Falsafah terima kasih pemain bola. Ada berbagai dinamika menarik yang aku jumpai dalam dua tulisan tentang 'kisruh PSSI' itu yang bisa aku jadikan pelajaran terutama ketika ngeblog di planet bumi.

Aku merangkum sejumlah dinamika itu menjadi beberapa tips ngeblog, yang mungkin juga bisa untuk menambah wawasan teman-teman pembaca. Karena ini tips (dan juga opini pribadi), tentu tak ada paksaan bagi siapapun untuk melakukan apa yang dianjurkan dalam tulisan ini.

Apa saja tips ngeblog terkait 'kisruh PSSI'? Ini dia. 1. Perbedaan itu realita, jadi realistislah

Kita, Anda dan aku yang Alien hidup di dunia yang majemuk. Jadi sama sekali tidak mungkin kalau kita berusaha meniadakan perbedaan. Ketika ngeblog, akan ada pembaca yang setuju dengan yang Anda sampaikan. Dan akan ada juga yang menolak. Dan itu biasa.

Dalam konteks PSSI (dan juga kaitan dengan blogger atau Kompasianer), saat ini ada dua kubu yang berseberangan. Kubu yang pro Liga Primer dan yang Pro Liga Super. Masing-masing kubu merasa keduanya benar dan yakin pihak yang berseberangan ngaco.

Perbedaan tajam ini merupakan realita. Jadi sama sekali tidak mungkin jika kita berharap semua Kompasianer harus satu suara, sama-sama mendukung Super atau Primer. Itu tidak mungkin. Jadi, karena realitanya memang seperti itu, tak perlulah bersusah payah meyakinkan pihak lain karena memang tak akan ada gunanya.

Sebagai pembanding, aku kasih contoh Barcelona. Semua penggila bola pasti setuju kalau saat ini Barcelona adalah klub terbaik di dunia. Ditinjau dari sudut manapun Barca adalah terbaik. Namun apakah semua penggila bola harus menjadi penggemar Barca? Ya tidak juga. Ada yang memilih memfavoritkan Real Madrid. Dan penggemar Madrid pasti punya alasan sendiri kenapa memilih Madrid dan bukannya Barca yang superior.

Begitu juga dalam kasus Super-Primer. Mungkin Primer yang legal. Tapi kalau banyak warga Indonesia yang lebih memilih pro Super, ya gak masalah kan? Itu realita.

Dalam komen di tulisan Media, ada teman Kompasianer yang seperti gak setuju ketika aku bilang netral. Gak memihak Super maupun Primer. Emang apa salahnya kalau aku gak milih siapa-siapa? Aku juga yakin bukan satu-satunya Kompasianer yang gak memilih Super atau Primer, karena gak tau masalahnya dan gak peduli!!!

Memaksakan aku harus memilih Super atau Primer (padahal aku udah bilang lebih suka Liga Inggris) sama saja dengan memaksa seorang Milanisti untuk memilih antara Barca dan Madrid. Oke, Barca dan Madrid mungkin klub terbaik di dunia. Namun kalau ada yang menganggap AC Milan yang paling hebat ya gak apa-apa kan?

2. Komentar panjang? Tulislah di lapak sendiri

Komentar merupakan fasilitas yang sangat bermanfaat guna berkomunikasi dengan pembaca, atau penulis. Jika sedang blogwalking dan menemukan tulisan menarik, biasanya aku berkomentar (baik dengan id Alien maupun id lain, hehehe). Namun jika merasa komentar akan panjang, aku biasanya memilih membuat tulisan sendiri yang terkait. Selain lebih bebas, juga lebih memudahkan untuk mengeksplor semua gagasan.

Dalam tulisan tentang Diego dan Media, ada beberapa Kompasianer yang bolak-balik berkomentar. Ini tidak salah. Namun karena komentarnya panjang dan berulang, bukankah sebaiknya ditulis di lapak sendiri? Apalagi yang aku lihat, sejumlah komentator itu ternyata belum pernah membuat tulisan. Membuat tulisan di lapak sendiri berisi tanggapan atas tulisan blogger atau Kompasianer lain merupakan salah satu kiat untuk tetap menulis.

Memang, di Kompasiana gak ada kewajiban bagi pemilik akun untuk menulis. Namun di lapak-lapak lain, jika ada komentator yang banyak ngomong namun ternyata belum nulis apa-apa, biasanya yang model begini disebut AKUN ABAL-ABAL.

3. Makian itu 'sesuatu banget'

Salah satu ciri khas dalam debat di Kompasiana adalah, munculnya makian dan juga ungkapan yang mengarah ke sosok pribadi penulis. Banyak Kompasianer yang pernah mengalaminya. Kompasianer RadixWp misalnya, pernah disebut sakit jiwa oleh lawan debat, bahkan dibuatkan tulisan khusus, karena gak puas dalam debat.

Mengaitkan hal pribadi dan memaki merupakan jalan pintas bagi pihak yang tak bisa berdebat dengan jernih. Karena tak mampu mematahkan argumentasi lawan, karena bingung mau ngomong apa (dan malu serta gengsi untuk mengaku kalah), maka yang dipilih adalah memaki-maki.

Banyak yang gak sadar, ketika seseorang mulai menyinggung pribadi lawan debat, ketika seseorang mulai memaki, itu pertanda kekalahan. Ketika seseorang memaki lawan debat, secara gak langsung dia telah mengumumkan ke dunia luas bahwa dia kalah dalam debat itu. Bahwa dia adalah pecundang.

Tentu saja tak ada Kompasianer yang senang dimaki. Namun jika kapan-kapan Anda mengalami, ketika dalam debat yang panas tiba-tiba lawan bicara mulai ngelantur dan memaki, bersikaplah santai. Tanggapi dengan tenang dan jangan balas memaki.

Ketika Anda dimaki, sesungguhnya itu pengakuan dari lawan debat bahwa Andalah pemenang debat itu!!! Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun