[caption id="attachment_340930" align="aligncenter" width="624" caption="ARB dan Jokowi (foto: kompas.com)"][/caption]
Jadi manusia itu susah. Tanyakan itu pada Aburizal Bakrie (ARB). Dan Jokowi.
Di penghujung tahun 2014, nama ARB mendadak populer. Di dunia maya, dia malah mengalahkan Joko Widodo (Jokowi). Iya, ARB kini lebih sering disebut-sebut dibanding Jokowi.
Salah satu yang banyak dibahas--biasanya dengan nuansa sinis--adalah soal "menjilat ludah". Begini ceritanya. Golkar merupakan bagian dari Koalisi Merah Putih (KMP) yang menolak pilkada langsung, yang dalam voting di DPR mengalahkan pesaingnya Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Belakangan, Presiden RI (saat itu, yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono) dihujat banyak orang karena dinilai telah mematikan demokrasi. SBY pun mengajukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Pilkada. Saat itu, dalam lobi, KMP secara bulat menyatakan mendukung Perppu. Itu sebabnya Demokrat akhirnya setuju "bergabung" dengan KMP dalam paket pimpinan DPR dan MPR.
Belakangan, terjadi kisruh di partai Golkar. ARB mengadakan Munas yang dipercepat di Bali. Untuk menarik simpati, ARB yang ingin terpilih kembali mengiming-iming para Ketua DPD I dan II, bahwa mereka berpeluang menjadi kepala daerah. Karena, kata ARB, Golkar akan menolak Perppu Pilkada, sehingga kepala daerah akan dipilih anggota DPRD.
Pernyataan ARB, yang dikukuhkan sebagai keputusan Munas memancing amarah Partai Demokrat. PD menuding Golkar menjilat ludah. PD bahkan mengancam akan bergabung dengan KIH.
Belakangan (lagi), ARB mengubah keputusan. Melalui media sosial ARB mengumumkan dukungannya pada Perppu Pilkada, yang artinya mementahkan keputusan Munas.
Keputusan ini ditanggapi sinis sebagian warga Indonesia--terutama para pendukung Jokowi, dengan menuding itu sebagai "menjilat ludah".
Kenapa ARB ditanggapi sinis? Hitung-hitungannya begini. Jika Golkar nekat menolak Perppu Pilkada, PD akan merapat ke KIH, dan diperkirakan itu akan berkembang menjadi koalisi permanen. Bergabungnya Demokrat ke KIH, ditambah (sebagaian besar) PPP akan membuat kekuatan KIH meningkat tajam.
Namun skenario ini bakal bubar jika Golkar mendukung Perppu. Karena jika Golkar mendukung, tak ada alasan bagi Demokrat untuk pindah ke KIH. Dan INI yang membuat pendukung Jokowi berang. Karena jika Demokrat tak bergabung, bisa dipastikan KIH tetap menjadi pecundang dalam setiap voting yang bakal dilakukan!!
Sifat alamiah
Sejak terdampar di bumi, aku secara intensif mengamati perilaku para manusia bumi. Dalam banyak hal, perilaku manusia bumi memang sangat berbeda dengan perilaku kami, yang bermukim di Planet Xuxaxaja. Salah satu yang kerap membuatku 'terharu' adaah konsistensi manusia bumi. Sungguh, dalam hal ini, manusia bumi sama sekali tak bisa dipercaya.
Di bumi, sangat wajar jika seseorang berubah pikiran dalam jangka waktu singkat. Kemarin bilang A, sekarang bilang F, besok bilang R dan minggu depan bilang X!!
Di bumi, adalah biasa seseorang melanggar sumpah. Berjanji akan menjadi pejabat yang baik namun akhirnya korupsi. Berjanji akan menjadi suami atau istri yang setia namun akhirnya selingkuh. Berjanji gak akan nyontek namun akhirnya nyontek lagi. Berjanji gak akan terlambat ke kantor namun akhirnya terlambat. Dan seterusnya. dan sebagainya
Soal janji, para pembenci Jokowi punya senjata. Bahwa Jokowi juga pernah menjilat ludah. Jokowi pernah berjanji memimpin kota Solo dan Jakarta selama lima tahun. Namun belum selesai masa jabatan sudah ditinggalkan. Ketika diambil sumpah sebagai Gubernur DKI periode 2012-2017 Jokowi berujar: Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban saya sebagai Gubernur DKI Jakarta dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Memegang teguh UUD Negara RI 1945 dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti pada masyarakat, nusa dan bangsa,” Sumpah itu diucapkan dalam konteks lima tahun!!
Namun, apakah salah jika ARB, atau Jokowi menjilat ludah? Menurutku tidak. Karena itu memang sifat alamiah manusia. Yang membuatku heran justru adalah pihak yang mempersoalkan hal itu.
Mereka yang menuding ARB yang menjilat ludah sendiri, secara tak sadar mereka sebenarnya sedang menuding diri sendiri. Memangnya di Indonesia hanya ARB doang yang suka menjilat ludah? Gak-lah. Mereka yang menuding ARB juga sering melakukannya. Berulang kali.
Mereka yang memaki Jokowi suka menjilat ludah juga secara tak sadar sedang memaki diri sendiri. Jokowi bukan satu-satunya pejabat publik yang ingkar janji. Jokowi bukan satu-satunya manusia Indonesia yang menjadi "kutu loncat".
So, untuk manusia Indonesia, please jangan lebay. Anda tak lebih baik dibanding ARB atau Jokowi. Anda yang suka sinis soal menjilat ludah bisa saja baru "menjilat ludah", ketika Anda berdusta. Di bumi, dusta merupakan pelanggaran moral yang paling sering dilakukan.
Di bumi, selama matahari masih bersinar, para penghuninya akan terus dan terus menjilat ludah. Kelak, di masa depan, jika teknologi sudah memungkinkan, hanya ada satu jenis "makhluk" yang tak akan menjilat ludah. Karena mereka memang tak diprogram untuk berdusta. Mereka bernama... robot!!
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H