Sebaris rindu yang tertulis dalam tiap bait puisi
kutitipkan pada sang bayu
Jaraknya kesepian..
Menunda musim berganti lagi
Mungkin itu pagi..
Berhenti sejenak, memeluk remah
Lalu apalagi euforianya?
Mata telinga tak mampu mengenang
Tempo hari..
Masa silam terlewati bagai lembar-lembar tak terganti
Matahari tumpah,
Aku ruah..
.
.
.
.
Daughter,-Candles-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H