doc:pribadi
.
Tiket kebebasan terlanjur ditukar segenap jerih payah, terkulai dipangkuannya
Menghadap langit basah penuh gemuruh, menggumpal padat serupa isi dadanya
.
Mata yang digenapi genangan rindu kini terbakar sekam biru
Selebar bentang cakrawala memucat berupa abu-abu
.
Jiwanya kesepian walau ia sebenarnya tak pernah sendiri disini
Seperempat malamnya ia habiskan menulis berlembar-lembar puisi
Berharap terbaca oleh hati yang memiliki kisah sama
Bisa jadi ia akan saling bercerita tentang keping yang terluka
Atau mungkin saja..
berhikayat tentang bagaimana perihnya menderita merasa sepi. Sendirian.
.
Isaknya diam sedu sedan, menatap rembulan yang kini padam
Gemintang terbunuh ribuan tetes air. Terbaca bulir-bulir mengalir
Jarang ia merutuki mengapa malam kadang begitu gelap
Meruntuhkan daun-daun muda lindap,
Padahal..
.
Percuma. Ia tatap mata gelas berkaca. Percuma
Hanya dirinya pantulan disana. Menimba sejauh dalamnya rimba.
Percuma..
Berharap hujan segera reda. Kemudian semua kembali semula
Saat sempurna tak ada siapa-siapa..
..
Dido -White Flag-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H