Mohon tunggu...
alief firdaus
alief firdaus Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa uin khas jember

fakultas ushuluddin adab humaniora prodi ilmu hadis angkatan2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gusdur Sang Bapak Pluralisme

30 April 2022   06:38 Diperbarui: 10 Mei 2022   16:18 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

GUSDUR SANG BAPAK PLURALISME

Indonesia adalah salah satu negara yang banyak memiliki keistimewaan, dimana keistimewaan itu datang dari orang atau masyarakat itu sendiri. Salah satu tokoh yang sangat dikenal adalah KH. Abdur rahman wachid yang biasa dipanggil gusdur, beliau adalah salah satu tokoh yang sangat kontroversi karena pemikirannya sangat awam dan sulit diterima oleh akal  bagi golongan tertentu dan beliau juga termasuk orang pilihan yang pernah memimpin negara indonesia setelah kepemimpinan BJ.habibie. 

Beliau dilahirkan dari keluarga yang cenderung spritualismenya tinggi dan bisa dikatakan beliau keturunan ulama yang terkenal kewaliannya dan karomahnya yaitu mbah hasyim asyari pendiri jamiyah Nahdlotul Ulama ormas islam terbesar di indonesia. 

Beliau banyak belajar tentang islam dan tentang hubungan antara agama dan budaya bahkan beliau sangat menekuni pembelajaran dalam bidang filsafat. Sehingga gusdur sangat banyak mengetahui bagaimana cara memperlakukan agama sesuai syariat yang ada dan bagaimana cara memperlakukan budaya dengan norma norma yang ada dan yang berlaku.

Selain dianggap kontroversional beliau juga dikenal sebagi sosok yang sangat humanis dikalangan santri dan pengajar pondok pesantren yang ada di indonesia khususnya pondok pesantren tebuireng jombang yang di dirikan oleh kakek beliau mbah hasyim. Sehingga banyak orang yang menyukai beliau bahkan kaum pemuda indonesia sangat mengidolakan beliau sebagai ulama yang humoris dan alim. 

Dan ada satu hal yang sangat populer dari seorang gusdur dan selalu menjadi perbincangan publik yaitu tentang pluralismenya dimana beliau sangat menghargai keberagaman yang ada di indonesia baik dari segi agama, ras,adat istiadat, maupun budaya yang ada di indonesia yang sudah menjadi icon negara kesatuan republik indonesia. Rasa kemanusian, keadilan, dana nasionalisnya ini tidak hanya berhenti dalam ruang lingkup keci tapi beliau membentangkan sayap untuk merangkul semua tanpa batasan apapun

 Hal ini menunjukkan bahwa betapa netralnya beliau dalam menempatkan posisi sesuatu yang dianggap sensitif dalam segi agamapun beliau berani melangkah maju demi menuju kedamaian yang abadi di indonesia dalam ranah agama. Beliau berusaha mempersatukan umat beragama agar tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan permasalahan baru . 

Sifat netral beliau terhadap apapun sudah tidak bisa diragkan lagi karena betapa banyak permasalahn yang berkaitan dengan keberagaman bisa terselesaikan denga santai tanpa ada pertumpahan darah, sosok gusdur inilah yang menetapkan bahwa hari raya imlek menjadi hari libur nasional karena menurut beliau hari raya imlek adalah hari agung bagi orang tionghoa yang juga termasuk rkyat indonesia, jadi negara harus menghormati perayaan yang digelar tiap tiap agama setiat tahunnya karenanya beliau menetapan hari raya imlek dijadikan hari libur nasional. 

Hal ini banyak menuai pujian dari tiap agama masing-masing yang ada ,bagi orang katholik gusdur adalah sosok guru besar dan sangat pantas diberi gelar guru besar karena banyak tindakan gusdur yang sangat menghargai dan tidak membedakan antara kaum mayoritas dan kaum minoritas dan melayaninya dengan penuh kasih sayang sehingga saat ini tidak ada yang bisa menggatikan sosok gusdur dalam hal perjuangan bagi kaum minoritas khususnya kaum katholik yang hidup di negara indonesia. Dan bagi kaum budha gusdur adalah sosok yang luar biasa bahkan kepergian gusdur tidak meninggalkan kekhawatiran karena ajaran beliau sudah banyak membantu bangsa dalam menjaga kesatuan bangsa agar tetap menjai negara yang utuh dan damai. 

Fenomena pluralisme agama tidaklah baru tetapi kesadaran akan pluralisme  perlu diteguhkan dengan gejala baru. pertemuan antar umat beragama yang saling menjunjung tinggi nilai toleransi dan tetap ada kesinambungan antar umat beragama sudah mulai menunjukan bahwa perihal ketuhanan dan keyakinan seseorang tidak bisa diganggu gugat karena bersifat mengikat satu hal yag perlu diketahui dalam memandang agama menurut gusdur pandaglah agama itu sebagai hiasan yang indah bukan sebagai furniture yang membosankan sehingga manusia bisa terus memandang yang indah tanpa memandang buruk dari tiap agama yang bisa melahirkan persoalan baru yang tidak ada selesainya.

 Agama(islam) bagi gusdur adalah tempat tinggal dimana didalamnya ada yang menyejukkan dan ada juga yang bisa memberikan kebutuhan secara lahir dan batin. A apapun tersedia dalam agama hanya saja kita perlu mengaturnya agar tidak ada kesesatan yang menyiksa diri kita dan orang lain.

Gusdur juga seorang budayawan dimana nama gusdur banyak dikenal dikalangan budayawan yang ada di indonesia meupun yang ada diluar indonesia. 

Tercatat dalam sejarah bahwa beliau pernah pemikiran terhadap budaya arab yang pada saat itu banyak di pertanyakan bahwa apakah budaya arab juga termasuk budaya islam , gusdur pada saat itu hadir dalam persoalan dengan santai ddan humanis karena bagi beliau budaya dan agama tidak bisa disatukan namun juga tidak bisa dipisahkan hal ini dikarenakan metode pengenalan agama juga menggunakan jalur budaya dalam penyampainnya , dalam persoalan budaya arab beliau menegaskan bahwa budaya arab bukan budaya nya islam begitu juga sebalik nya , salah satu budaya yang dipersoalkan waktu itu adalah budaya cadar dimana wanita bercadar banyak ditemukan di arab yang juga kebetulan arab adalah negara dengan rata rata rakyatnya beraga islam oleh karena itulah banyak beranggapan bahwa budaya orang arab juga budaya orang islam. 

Bagi gusdur pemahaman seperti ini harus dibuang jauh jauh, tidak semua budaya arab bisa diterima islam karena melanggar norma dan syariat agama yang ada. Dan bagi gusdur permasalahan seperti itu akan terus di perbincangkan karena mayoritas rakyat indonesia mengenal bahwa budaya arab juga budaya islam tapi beliau tidak putus asa dala menebarkan benih benih pemahaman yang aktual kepada masyarakat indonesia kala itu agar tidak da kesalahaan  pamahaman antara agama dan budaya, bagi gusdur agama selain memiliki dimensi keimanan dan ketuhanan yang sakral dan mutlak agama yang juga memiliki dimensi budaya yang melahirkan banyak simbol. 

Oleh karenanya beliau beranggapan bahwa agama tidak bisa disatukan dengan budaya dan juga tidak bisa pula dipisahkan kesimpulannya adalah gusdur sebagai sosok yang bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya harus rela berkorban demi kemaslahatan ummat  gusdur juga berpendapat bahwa kehidupan bernegara harus bisa mengondisikan situasi yang ada jika situasi waktu itu berantakan kita sebagai makhluk yang berakal jangan sampai menyelesaikan dengan berantakan juga ibarat api dan air yang selalu membutuhkan dikala situasi tertentu pemikiran seperti inilah yang patut kita realisasikan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan melihat keberagaman memakai kacamata yang utuh agar tidak bengkak sebelah. Satu kesalahan yang timbul dari sudut pandang kita sendiri terhadap persoalan di atas akan melahirkan persoalan baru yang tidak ada ujungnya sehinnga sulit bagi kita untuk menyelesaikan  kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun