Mohon tunggu...
Ali Fahrudin
Ali Fahrudin Mohon Tunggu... wiraswasta -

ketidaktahuan membuatku senang....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melawan Lupa; Siapa Sangka Menteri Aktif Akhirnya jadi Tersangka?

6 Desember 2012   20:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:05 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Milan Kundera dalam novelnya "Kitab Lupa dan Gelak Tawa" mengungkapkan salah satu tema penting, bahwa perjuangan terberat adalah perjuangan melawan lupa. Tokoh Clementis, sebagai Menteri Luar Negeri Ceko didalam novel tersebut mungkin mempertanyakan: apakah sebuah keyakinan bisa dihargai? Dan apakah itu setara dengan tiang gantungan? Yang bahkan dilakukan oleh Gottwald, sahabat seperjuangannya sendiri sekaligus Pemimpin Partai Komunis Ceko?

Sudahlah, ketika membahas tentang lupa justru teringat.

Teringat satu novel yang bahkan dilarang beredar di negaranya sendiri. Teringat tokoh tokoh dalam novel itu cuma Menteri,Ketua Partai, dan juga Presiden. Lain tidak. Teringat karena terlihat berita dan tulisan hari ini, tentang pencegahan ke luar negeri terhadap AAM, AZM, dan MAT. Apakah istimewanya berita itu sampai memunculkan kilasan kilasan ingatan?

Mencoba teringat dari awal republik ini di proklamirkan, sudahkah ada seorang Menteri aktif yang dijadikan tersangka? Sudah pernahkah seorang petinggi partai jadi tersangka? Mencoba teringat lontaran ucapan dan tindakan dari sang Menteri atau sang petinggi partai sebelum hari ini. Mencoba teringat siapa sajakah yang pesimis dan optimis akan peristiwa seorang Menteri aktif jadi tersangka. Mencoba teringat sepak terjang sang Menteri dari awal sampai dijadikan tersangka. Mencoba teringat, bahkan dulu pernah dipuji yang kini menjadi caci bagi sebagian orang.

Ah, bahkan itu baru cuma inisial. "Karena KPK tidak menyebut secara lengkap dan tidak jelas," kata Juru Bicara Kepresidenan, Julian A Pasha. Bahkan mencoba teringat apakah pernyataan sang juru bicara itu yang dinamakan diplomatis, retoris, pragmatis, atau sinis. Atau apa namanya? Lupa. Teringat bahwa terlalu mudah untuk menebak sebuah inisial di negeri ini. Teringat bahwa aturan hukum yang dipilah pilah pemakaiannya atas nama praduga tak bersalah. Sungguh hebat negeri ini dalam permasalahan hukum.

Mencoba teringat awal mula bagaimana kisah ini muncul. Hambalang, sebuah proyek besar yang bahkan tidak pernah terberitakan dan tertuliskan sebelumnya sebelum disebut oleh seseorang yang entah siapa dan kenapa menyebutkannya. Mencoba teringat kambing kambing yang diberi warna hitam dan dikorbankan, katanya.

Untuk melawan lupa, betapa pertanyaan pertanyaan yang muncul dan teringat itu kemudian menjadi penting. Untuk melawan lupa, yakinlah ada banyak pertanyaan yang belum sempat terajukan tapi berusaha untuk dilupakan. Tidak perlu cemas untuk menemukan jawabannya, karena setelah hari ini, tema tema tulisan dan berita tentang hal itu akan susul menyusul, bukan seperti ombak. Karena ombak tidak mengenal berhenti dan lupa. Karena tulisan akan menjadi percuma dan tertindih berita dan tulisan lainnya.

Ingatkanlah jika mulai terlupa, dan ketika terlupa maka akan muncul ingatan ingatan. Kataku pada diri sendiri sambil berfikir apa yang bisa buat sarapan esok hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun