Selain itu, bahasa yang digunakan Gilang, terlihat remaja banget,padahal dia sudah melewati fase itu. Barangkali dengan gaya bahasa seperti itu, Gilang ingin merendahkan posisi Afi; yang usianya dan pendidikannya jauh di bawah dia. Bahkan Gilang menganggap dia lebih cerdas. Seperti yang ditulisnya: sejauh mana akal pikiran kita dipakai buat mencari kebenaran yang paling benar, bukan kebenaran atas dasar pingin tenar.
Padahal masalah “kebenaran” tak dapat seorang pun dapat menguasai haknya sebagai paling benar. Justru inilah yang sedang digugat Afi lewat tulisannya “Warisan” seperti nukilan dari penyair sufi Jallauddin Rumi. Bahkan Afi membantah, bahwa dia menulis karena ingin tenar, namun dia ingin mengkritisi dan membagikan pemikirannya.
Bahkan quote Gilang dari Abdullah bin Mas'ud: "Ilmu itu bukanlah sebuah kemahiran dalam berkata-kata, tetapi ilmu itu (menimbulkan) taqwa kepada Tuhan", memperlihatkan kepongahannya. Bahwa Gilang menganggap lebih taqwa ketimbang Afi. Justru siapapun akan menilai, bahwa ketakwaan Afi diperlihatkan dengan kecederdasan melalui tulisannya yang luar biasa. Dan, bukan dengan ikut aksi-aksi demo dari ajakan pemikiran yang tak cerdas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H