Mohon tunggu...
Alief El_Ichwan
Alief El_Ichwan Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis

mantan wartawanI Penulis LepasI Menulis artikel-cerpen-puisi-perjalan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pentingnya Pengetahuan Penanganan Pertama

23 April 2017   19:22 Diperbarui: 24 April 2017   04:00 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejumlah goheser (pesepeda) meninggal. Bukan karena kecelakaan, tapi kelelahan. Sehingga berakibat pada terlampauinya kerja detak jantung. Beberapa diantaranya, masih usia produktif. Inilah sebabnya segera mendaftar saat ada publis ”: Pelatihan Kegawatdaruratan Pesepeda, saya segera mengontak panitia.

Beberapa kali gagal ikut, karena  jumlah peserta telah melebihi kuota. Setiap angkatan pelatihan hanya diikuti 45 sampai 60 peserta.  Dan, kegiatan ini diadakan merupakan pengabdian pada masyarakat Fak. Kedokteran Unpad serta gerai penyedia sepeda dengan aksesorisnya, berlangsung di Gd. Pasca Sarjana Fak. Kedokteran Jl. Eyckman Sabtu (8/4).

“Kegiatan ini, merupakan pengabdian pada masyarakat Fakultas Kedokteran Unpad, namun karena alat peraganya terbatas, maka pesertanya dibatasi,” kata Prof. Dr. Tatang Bisri, dr. SpAn.,KNA, KAO, sebagai Ketua Pusat Studi Neoromuskuler, ketika membuka pelatihan, yang bertajuk “Pelatihan Pengelolaan Jalan Nafas, Pernafasan, Stabilisasi Leher dan Patah Tulang pada Pasien Trauma”, sangat perlu diketahui. Bukan hanya bagi para pesepeda. Namun juga semua warga masyarakat.

Betapa tidak? Ketika mengikuti pelatihan ini, banyak pengetahuan yang didapatkan ketika menghadapi orang yang ditimpa kecelakaan. Kenyataannya, dalam sejumlah foto penanganan yang dilakukan banyak yang salah. Walaupun dilakukan oleh petugas yang berwenang.

Salah satunya, bagaimana mengangkat korban kecelakaan tanpa prosedur yang benar. Nampak seorang anggota polantas mengangkat begitu saja seorang korban. Seorang korban kecelakaan diangkat oleh seorang petugas Polantas dengan kepala terkulai. Ada pula diangkat beramai-ramai, namun pengangkatannya dengan cara yang salah. Ada pula seorang yang semaput dikerubuti teman-temannya. Padahal seorang pasien yang kelelahan memerlukan ruang yang leluasa untuk bernafas.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Kegiatan pelatihan ini, tak hanya sekedar teori. Namun peserta diharuskan melakukan praktek. Namun sebelumnya, para peserta pelatihan terlebih dahulu dibagi tiga kelompok dengan materi yang berbeda. Kelompok pertama, penanganan pada RJP (Resuasi Jantung Paru) dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Ini berkaitan denganpengelolaan jalan nafas dan pernafasan. Kelompok kedua, stabilisasi leher  dan ketiga penanganan pada patah tulang.

Saat pemaparan, dr. Anissa salah seorang instruktr pelatihan mengungkapkan, apabila menemukan korban dengan RJP dengan indikasi awal terdapat gangguan tersumbatnya jalan nafas, tidak ditemukan adanya nafas dan atau tidak ada nadi, maka penolong harus segera BHD,” ujar dr. Anissa, salah seorang instruktur pelatihan.

Keadaan ini, lanjutnya, ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban  atau pasien. CPR (Cardiopulmonary Resuscitation). Dengan tindakan awal, yaitu pastikan keamanan penolong dan pasien.  Segera setelah aman kemudian, memeriksa korban dengan cara menepuk bahu korban sambil memanggilnya.Misalnya “Pa.. bapa, atau Bu… Ibu”. Namun harus dilakukan dengan hati-hati, karena kemungkinan trauma leher. Bila curiga cedera spinal, maka pindahkan pasien dengan cara: kepala, bahu dan badan bergerak bersamaan. Tentunya pemindahan ini, harus dilakukan sedikitnya tiga orang. Praktek ini, dilakukan pada kelompok kedua.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Selanjutnya, penolong diharusnya meminta bantuan pada sekitarnya.”Jangan melakukan sendirian,” tambahnya, sambil menyarankan melalui hp menghubungi rumah sakit atau puskesmas terdekat. Selain itu, melaporkan keadaan pasien serta tindakan pertama yang akan dilakukan pertama pada korban.

Pemeriksaan pertama adalah menditeksi detak denyut nadi dengan menempelkan jari telunjuk dan tengah pada leher korban. “Jika terdapat denyut nadi, segera lakukan tindakan C-A-B, yaitu pertama kompresi (compressing) dengan cara menekan dada korban sedemikian rupa, selanjutnya airway (jalan nafas)  dan breating,” ujarnya.

Tindakan kompresi ini, dilakukan sebanyak 30 kali hitungan. Dengan posisi tangan bertumpuk dan jemari mengunci atau rib margin. Sedangkan posisinya setengah bawah mid sternum. Atau diantara 2 puting susu dengan posisi bantalan atau telapak tangan. Sedangkan kedalaman kompresi jantung minimal 2 inci (5 cm). Tindakan ini, membutuhkan waktu 18 detik Kecepatan kompresi minimal 100 kali menit sebanyak lima sesi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun