Mohon tunggu...
Alief El_Ichwan
Alief El_Ichwan Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis

mantan wartawanI Penulis LepasI Menulis artikel-cerpen-puisi-perjalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hati-hati Mengangkut Sapi karena Mereka Bukan Benda Mati

9 Maret 2017   11:02 Diperbarui: 9 Maret 2017   22:01 2264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membeli sebanyak yang dibutuhkan, tidaklah mudah. Kesabaran dan waktu yang tepat dibutuhkan. Sabar untuk berebut tawar. Soal waktu pun, diperhitungkan. Jika terlihat para pembeli tak begitu banyak, maka semakin siang penawaran harga akan lebih murah. Bahkan sang bakul, akan sedikit ngotot menawarkan dagangannya. Dan, semakin matahari di atas ubun-ubun, bau kotoran sapi dan tubuh bakul-bakul meruap ndi udara. Terlebih jika kemarau. Debu akan naik manakala terusik kaki-kaki sapi yang dipamerkan pada pembeli. Bak peragawati di cat walk, sapi yang ditawarkan ditepuk, dicubit bagian perutnya. Juga berjalan diputarkan. Dengan kaluh membelenggu hidung, sapi yang ditawarkan mengikuti kemauan sang bakul.

Jika telah cukup belanja untuk memuat satu truk, tinggal menggiringnya ke arah area pengangkutan. Ada tempat khusus untuk menaikkan sapi ke atas truk, yaitu berpa landasan kemiringannya pas di bagian bak truk, sehingga sapi dengan mudah masuk. Namun luas tempat ini terbatas, kami harus bergiliran. Biasanya, pembayaran dilakukan saat sebelum sapi dinaikkan ke truk.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Sapi yang akan diangkut tak semena-mena dimasukan. Tapi ada cara pengaturannya. Biasanya jajaran sapi pertama, dimasukan empat atau lima ekor. Kepalanya menghadap ke arah kabin sopir. Kemudian di sekat padat dengan batang bambu tepat di bagian paha atas. Melintang masing-masing diikat kuat pada celah-celah bak truk.

Oya, pada masing sisi kiri dan kanan badan truk, dilapisi terlebih dulu dengan  gebog (pelepah batang pisang). Gunanya agar tubuh sapi tak luka atau lecek saat dalam perjalanan. Sedangkan bawah lantai truk, dilapisi dengan jerami agar empuk. Keduanya, biasanya diambil di perjalanan.

 Seturut itu, jajaran kedua memuat dua ekor sapi. Namun posisinya melintang arah bak truk. Pada bagian ini pun, disekat lagi dengan batang bambu. Sedangkan yang terakhir, seperti jajaran sapi bagian depan, memuat sekitar empat atau lima ekor sapi. Namun posisinya membelakangi, sehingga kepalanya nongol di antara pintu bak truk. Bagian inilah yang paling sulit. Betapa tidak? Sapi yang masuk harus diputar posisinya. Namun jangan sampai sapi meloncat lagi ke luar lagi. Biasanya, pemuatan sapi-sapi ke dalam truk dikerjakan oleh tiga atau empat orang.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Eit, sebelum berangkat, jangan lupa mengurus surat jalan. Dan, perjalanan panjang Bandung di Jawa Barat ke Tuban di Jawa Timur, memakan waktu sampai 18 jam. Ini bukanlah pekerjaan ringan bagi seorang sopir pengangkut sapi seperti Kang Daman. Selain berbekal pisik yang prima, juga dia harus hapal rute yang akan dituju. “Kalau nga hapal, ya, bakalan batal belanja sapi,” katanya, dia mengetahui rute jalan-jalan di wilayah Timur ketika menjadi sopir dealer sebuah produk ban vulkanisir.

Persyaratan lainnya, mengangkut sapi bukan seperti mengangkut barang mati. Misalnya seperti mengangkut sayuran, beras atau kayu atau barang tak bergerak lainnya. “Harus bisa mengayunkan laju truk pada saat di jalan kelokan seperti di daerah Cadas Pangeran di Sumedang,” katanya, dia memang telah lama malang melintang sebagai sopir pengangkut sapi.

Dia mengakui, paling “berat” menahan kantuk saat setelah menjelang dini hari dan pagi hari. Meski telah mempersiapkan sebelum berangkat, yaitu tidur terlebih dulu, namun kantuk tetap selalu menyerang. “Biasana sambil nyanyi lagu dangdut ngikutin dari tape yang distel kenceng-kenceng, atau sambil makan kacang atau minum…” ujar kang Daman, sambil menyebutkan nama merek minuman suplemen.

Seorang sopir pengangkut sapi, tidaklah sembarangan saat mengendarai di jalan. Sewaktu mengerem atau menemui jalan berkelok-kelok, jangan sampai membuat sapi-sapi yang diangkut rubuh. Jika tidak, akibatnya akan fatal. Sapi yang rubuh akan terinjak-injak sapi lainnya. Bisa dibayangkan: berapa juta kerugiannya, jika sampai terluka bahkan mati.

“Nah, itu tugas saya kalau ada sapi ambruk,” kata Encep, dia tugasnya menjadi pengawas sapi. Sejumlah truk pengangkut sapi, di atas bak truk dilengkapi seperti gazebo kecil, mirip saung. Sedangkan perlengkapan yang selalu disiapkan: sekantung cengek (cabe rawit) atau sambal. “Biasanya saya minta kalau pas makan, tapi kalau harga cabe lagi mahal, ya, pake air saja,” katanya.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Biasanya, air dimasukan pada kemasan minum yang besar. Ketika ada seekor sapi yang ambruk, air dimasukan lewat hidung, sehingga sapi akan gelagapan dan bangun. Inilah “senjata” agar sapi kembali berdiri. Encep akan sigap ketika melihat sapi yang “ngedeprek” (ambruk). Dia segera “terjun” ke jajaran sapi yang berada di bak truk. Biasanya “senjata” cengek atau sambal dijejalkan pada bagian mata sapi, sehingga sapi kembali berdiri. Tapi jika upaya ini tak berhasil, maka Encek menggigit ekornya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun