Membeli sebanyak yang dibutuhkan, tidaklah mudah. Kesabaran dan waktu yang tepat dibutuhkan. Sabar untuk berebut tawar. Soal waktu pun, diperhitungkan. Jika terlihat para pembeli tak begitu banyak, maka semakin siang penawaran harga akan lebih murah. Bahkan sang bakul, akan sedikit ngotot menawarkan dagangannya. Dan, semakin matahari di atas ubun-ubun, bau kotoran sapi dan tubuh bakul-bakul meruap ndi udara. Terlebih jika kemarau. Debu akan naik manakala terusik kaki-kaki sapi yang dipamerkan pada pembeli. Bak peragawati di cat walk, sapi yang ditawarkan ditepuk, dicubit bagian perutnya. Juga berjalan diputarkan. Dengan kaluh membelenggu hidung, sapi yang ditawarkan mengikuti kemauan sang bakul.
Jika telah cukup belanja untuk memuat satu truk, tinggal menggiringnya ke arah area pengangkutan. Ada tempat khusus untuk menaikkan sapi ke atas truk, yaitu berpa landasan kemiringannya pas di bagian bak truk, sehingga sapi dengan mudah masuk. Namun luas tempat ini terbatas, kami harus bergiliran. Biasanya, pembayaran dilakukan saat sebelum sapi dinaikkan ke truk.
Oya, pada masing sisi kiri dan kanan badan truk, dilapisi terlebih dulu dengan gebog (pelepah batang pisang). Gunanya agar tubuh sapi tak luka atau lecek saat dalam perjalanan. Sedangkan bawah lantai truk, dilapisi dengan jerami agar empuk. Keduanya, biasanya diambil di perjalanan.
Seturut itu, jajaran kedua memuat dua ekor sapi. Namun posisinya melintang arah bak truk. Pada bagian ini pun, disekat lagi dengan batang bambu. Sedangkan yang terakhir, seperti jajaran sapi bagian depan, memuat sekitar empat atau lima ekor sapi. Namun posisinya membelakangi, sehingga kepalanya nongol di antara pintu bak truk. Bagian inilah yang paling sulit. Betapa tidak? Sapi yang masuk harus diputar posisinya. Namun jangan sampai sapi meloncat lagi ke luar lagi. Biasanya, pemuatan sapi-sapi ke dalam truk dikerjakan oleh tiga atau empat orang.
Persyaratan lainnya, mengangkut sapi bukan seperti mengangkut barang mati. Misalnya seperti mengangkut sayuran, beras atau kayu atau barang tak bergerak lainnya. “Harus bisa mengayunkan laju truk pada saat di jalan kelokan seperti di daerah Cadas Pangeran di Sumedang,” katanya, dia memang telah lama malang melintang sebagai sopir pengangkut sapi.
Dia mengakui, paling “berat” menahan kantuk saat setelah menjelang dini hari dan pagi hari. Meski telah mempersiapkan sebelum berangkat, yaitu tidur terlebih dulu, namun kantuk tetap selalu menyerang. “Biasana sambil nyanyi lagu dangdut ngikutin dari tape yang distel kenceng-kenceng, atau sambil makan kacang atau minum…” ujar kang Daman, sambil menyebutkan nama merek minuman suplemen.
Seorang sopir pengangkut sapi, tidaklah sembarangan saat mengendarai di jalan. Sewaktu mengerem atau menemui jalan berkelok-kelok, jangan sampai membuat sapi-sapi yang diangkut rubuh. Jika tidak, akibatnya akan fatal. Sapi yang rubuh akan terinjak-injak sapi lainnya. Bisa dibayangkan: berapa juta kerugiannya, jika sampai terluka bahkan mati.
“Nah, itu tugas saya kalau ada sapi ambruk,” kata Encep, dia tugasnya menjadi pengawas sapi. Sejumlah truk pengangkut sapi, di atas bak truk dilengkapi seperti gazebo kecil, mirip saung. Sedangkan perlengkapan yang selalu disiapkan: sekantung cengek (cabe rawit) atau sambal. “Biasanya saya minta kalau pas makan, tapi kalau harga cabe lagi mahal, ya, pake air saja,” katanya.