Mohon tunggu...
aliefbayuprahasta
aliefbayuprahasta Mohon Tunggu... Lainnya - Insan Pembelajar

Semakin kamu tahu banyak hal, Kamu akan sadar bahwa dirimu bukan apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Intuisi dan Masalah Relativitas Akhlak dalam Bingkai Pancasila

3 Maret 2021   05:59 Diperbarui: 3 Maret 2021   06:06 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjelasan tema ini diawali dengan pemaparan secara terminologi dari intuisi, intuisi adalah kemampuan untuk memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Artinya intuisi berangkat dari keyakinan hati yg melatarbelakangi pengambilan keputusan. 

Relativitas akhlak dalam bingkai Pancasila, Teologi pancasila lahir dari budaya majemuk. Yudi Latif pernah mengungkapkan bahwa Indonesia adalah bangsa majemuk paripurna. Artinya  kemajemukan adalah keniscayaan sejarah. 

Kemajemukan adalah  sunnatullah  yang tidak bisa ditolak. Kemajemukan adalah nilai kehidupan berbangsa bagi  kesatuan dan persatuan. Melalui budaya majemuk ini perjuangan Indonesia dalam  memerdekakan diri menjadi langkah gerakan kolektif demi mewujudkan Negara  yang maju dan berkembang (Latif, 2015, hal. 282)

wujud manifestasi dari hal tersebut tercermin ketika menjadikan Pancasila sebagai nafas perjuangan. Di dalam Nilai-nilai Pancasila  terkandung unsur teologi sebagai.b

Teologi pancasila mengajarkan untuk tidak menjadi pribadi reaksioner dan teosentris yaitu, pemahaman akan teosentris mengamlkan agama tetapi tidak berjuang untuk kemanusiaan. Dalam bukunya gusdur "gusdur tidak perlu dibela" bermakna kemanusiaan yang seharusnya dibela terima kaum2 tertindas. 

referensi: 

Hanafi, A. (1974). Theology Islam (Ilmu Kalam). Jakarta: Bulan Bintang.

Wahid, A. (2010). Tuhan Tidak Perlu Dibela. Yogyakarta: LKiS

Qodir, Z. (2015). Pemikiran Islam, Multikulturalisme dan Kewargaan. Dalam W.

Gunawan (ed), Fikih Kebhinekaan. Jakarta: Mizan.

nama: Alief Bayu Prahasta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun