Mohon tunggu...
Aliefa Khaerunnisa
Aliefa Khaerunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

uang bisa dicari, tapi susah

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Vaksin Kok Dijadikan Lahan Bisnis?

16 Desember 2020   11:31 Diperbarui: 16 Desember 2020   11:59 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: news.harianjogja.com

Dilansir dari Kompas.com, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmidzi menyebutkan bahwa pemerintah akan mengatur harga vaksin Covid-19 agar tidak terlalu mahal. “Pemerintah juga akan meregulasi harganya, untuk harga vaksin itu, supaya tentunya masyarakat tidak merasa terlalu mahal atau dikendalikan pasar dan sebagainya,” ujar Nadia. (14/12/20).

Hadirnya vaksin Covid-19 ini sangat dinantikan oleh seluruh umat manusia di dunia, terlebih di Indonesia sendiri yang memang tidak mandiri dapat sembuh sendiri dengan karantina, pokoknya harus ada vaksin biar virus 100% hilang! Berbeda dengan Wuhan, mereka kini sudah menormalisasi seperti sedia kala dengan kasus yang menyentuh 0 perhari. Kalau di Indonesia? Wah jelas beda jauh, angka 8000 jiwa perhari pun pernah digapai oleh Indonesia.

Lupakan soal kasus yang semakin tinggi. Kini pertanyaan saya ialah, mengapa vaksinasi di Indonesia ini harus berbayar? Berbeda dengan negara lain yang menggratiskan vaksinnya. Dikutip dari cnbcindonesia.com negara yang diketahui menggratiskan vaksinnya yakni Singapura, Hong Kong, Arab Saudi, Jepang, Belgia, Perancis, Amerika Serikat dan India. Menurut artikel cnbcindonesia.com Arab Saudi berjanji akan menggratiskan vaksin Covid-19 yang ditujukan kepada 70% warga ekspatriat yang belum terjangkit Covid-19.

Bagaimana dengan India? Kok bisa ya menggratiskan vaksin untuk warga negaranya? Padahal kan India penduduknya jauh lebih banyak dari Indonesia dan kemajuan negaranya tidak jauh berbeda pula dengan Indonesia. Hal ini dipertegas dalam Times of India oleh Menteri Peternakan dan UMKM India, Pratap Sarangi yang menyebutkan “Perdana Menteri India, Narenda Modi mengatakan bahwa vaksin yang tersedia akan digratiskan untuk seluruh warganya tanpa terkecuali.” Indonesia apa tidak mau mencontoh India? Hehehe.

Bulan lalu, seorang Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI sejak tahun 2007, Prof. Henri Subiakto dalam program Indonesia Lawyer Club (ILC) mempertanyakan harga vaksin yang dulu sempat beredar rumornya dan dibandrol 2 US $. Menurutnya vaksin yang kini tengah dicari di seluruh dunia itu akan sangat tidak lazim jika hanya diberi harga 30 ribu rupiah. Ya, sih kan barang langka masa dibandrol dengan harga yang sebegitu murahnya. Akan tetapi memang ada yang salah ya jika harganya 30 ribu rupiah? Padahal negara lain saja digratiskan.

Hal yang membuat saya lebih terkejut ialah akun instagram @forumhumasbumn yang mempostingkan foto dengan tulisan “Bisnis Vaksin Corona Bakal Semakin Menyehatkan Holding BUMN Farmasi”. Katanya, dengan adanya pandemi mewabahnya Covid-19 ini menggambarkan bahwa bisnis Holding BUMN Farmasi akan mendatangkan cuan. Wah, jadi vaksin ini dijadikan bisnis? Ya, sih kapan lagi akan ada pandemi seperti ini yang dapat mendatangkan cuan, kan sekarang lagi serba susah.

Sebenarnya vaksin seperti apa sih yang akan hadir untuk warga negara Indonesia ini, sampai-sampai rakyatnya harus mengeluarkan uang untuk vaksin tersebut? Usut punya usut dari bbc.com kandidat vaksin yang telah hadir ini datang dari Negara China dengan nama Sinovac. Harga yang dibandrol untuk vaksin jenis ini menurut bbc.com ialah 200 ribu rupiah.

Bagaimana sih dengan kualitas vaksin dari China tersebut? Menurut Health.detik.com Vaksin Covid-19 Sinovac menggunakan inactivated virus atau metode virus yang telah dilemahkan. Berdasarkan laporan terakhir uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac memicu antibodi usai empat pekan suntik. Namun, antibodi yang dihasilkan masih lebih rendah dibandingkan antibodi pasien Covid-19 pasca sembuh.

Dengan harga yang cukup mahal (untuk kalangan bawah) seperti itu, ternyata antibodi yang dihasilkan masih lebih rendah dari pasien yang sudah pernah terjangkit Covid-19. Apakah dengan bisnis yang cukup mahal ini akan efektif untuk masyarakat Indonesia yang notabene nya golongan menengah kebawah?

Namun, tak hanya Sinovac saja. Jenis lain pun akan hadir di Indonesia dalam waktu yang akan datang. Yakni Vaksin Pfizer buatan Amerika. Berdasarkan health.detik.com Pfizer ini memiliki efektivitas 95 persen di hasil akhir uji klinis yang dilaporkan. Vaksin Covid-19 ini menggunakan teknologi baru mRNA dan perlu disimpan dalam suhu minus 70-80 derajat Celcius karena mudah degradasi. Vaksin jenis ini dibandrol dengan harga 20 US $ per dosis atau setara dengan 283.120 ribu rupiah.

Ya, kalau menurut saya sih jika memang rakyat Indonesia diharuskan membeli vaksin (tanpa digratiskan), lebih baik menggunakan vaksin jenis Pfizer buatan Amerika, toh harganya tidak jauh berbeda dengan jenis Sinovac dan kualitasnya yang jauh lebih baik dari Sinovac.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun