Meluasnya virus corona membuat hampir semua sektor di Indonesia terkena dampaknya. Para pengusaha ataupun pedagang kini cemas karena virus ini menyebabkan kerugian dalam jumlah besar.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi para pedagang jahe merah. Jahe merah kini tengah diburu oleh masyarakat sejak wabah virus corona, karena diklaim dapat menangkal virus corona ke dalam tubuh.
Dilansir dari Trubus.id, jahe merah memiliki kandungan gingerol dan shogaol merupakan senyawa yang bertanggungjawab atas efek immunomodulator. Dengan mengonsumsi jahe merah dapat menjadi langkah pencegahan penyakit melalui peningkatan daya tahan tubuh.
Tika, salah satu pengusaha jahe merah di Kuningan, Jawa Barat. Tika sudah menjual jahe merah ini 2 tahun lamanya, namun penghasilan yang paling signifikan ia rasakan baru-baru ini. Ia menceritakan penghasilannya yang meningkat ditengah pandemi.Â
"Sejak beberapa bulan terakhir ini permintaan jahe merah terus meningkat hingga 5x lipat dari biasanya," tuturnya pada hari Minggu (12/04).
Ia menjual jahe tersebut berupa jamu yang ia olah sendiri. Satu botol jamu berukuran 250ml ia beri harga sepuluh ribu rupiah. Jahe merahnya dijual dengan harga yang sama seperti saat sebelum pandemi merebak, tidak ada kenaikan jahe seperti pedagang-pedagang lainnya. Jahe miliknya diklaim dapat tahan dua minggu jika masuk kedalam lemari es.
Semenjak viralnya berita yang mampu meningkatkan imun tubuh, jahe merah ini seakan-akan naik pamor. Masyarakat yang dahulu tidak peduli dengan jahe merah kini langsung membeli untuk stok di rumahnya masing-masing.
Berkat pandemi ini, Tika merasa sangat diuntungkan karena penghasilannya yang meningkat dari biasanya. Ia senang, jahe merahnya kini banyak disukai dan dikenal oleh masyarakat.
Tak hanya di toko, Tika juga menjual di media sosial miliknya. Ia juga melayani pembelian secara delivery supaya masyarakat tetap aman di rumah. Tika juga mengatakan, penjualannya lebih laris melalui media sosial (online) daripada datang langsung ke toko.
Tika menjual jahe merah di kedainya yang berlokasi di jalan Langlang Buana setiap hari dari sekitar pukul 09.00 WIB dan tutup pukul 20.00 WIB. Lokasi tersebut cukup strategis karena orang berlalu lalang melewati jalan tersebut.
Hal serupa dialami oleh Alfred yang juga menjual jahe merah, ia mengalami kenaikkan permintaan semenjak virus ini mewabah. Namun tak dapat dipungkiri, Alfred justru senang karena berkat adanya virus tersebut orang-orang jadi mengetahui khasiat dari jahe merah.
Seperti Tika, Alfred mengolah sendiri jahe merah tersebut, akan tetapi Alfred menjualnya berupa serbuk agar pembeli dapat dengan mudah menyeduhnya sesuai selera.
"Untuk satu kali seduh, cukup satu sendok makan dengan air 200ml, dapat ditambah madu ataupun susu," ujar Alfred saat diwawancarai via telpon hari Sabtu (11/04).
Alfred bahkan menjual jahe merahnya ke luar kota seperti Cirebon, Jakarta, dan Bandung menggunakan jasa ekspedisi. Sedangkan untuk di dalam kota sendiri, ia menyediakan jasa Cash on Delivery (CoD) yang dapat diantarkan sampai ke depan rumah masing-masing.
"Biasanya yang pesan itu dua sampai empat bungkus saja sehari, akan tetapi sekarang jadi agak signifikan dari lima sampai sepuluh bungkus," ucapnya.
Ia menyebut orang-orang yang membeli biasanya untuk stok dirinya sendiri ataupun dijual lagi. Menurutnya, jahe yang ia jual masih tergolong murah karena di luar sana banyak yang menjual dengan berlipat-lipat harganya dari yang ia jual sekarang.
Meskipun Alfred meraih keuntungan yang signifikan, ia tetap berharap agar virus corona ini cepat berlalu. Tak hanya keuntungan yang ia harapkan, akan tetapi ia juga mengharapkan kesehatan yang jadi utama. (Aliefa Khaerunnisa S)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H