Lalu ia diberikan kupu-kupu malam oleh Mafia tersebut sebagai hadiah kerja keras Madrim, seketika perempuan tersebut adalah istri Madrim yang mengalami kesusahan tinggal di Jakarta dan membutuhkan uang, di sini tamparan keras diberikan dengan kejadian bunuh dirinya sang istri yang melompat ketika mendapatkan tekanan dari Madrim.
   Singkat cerita, Madrim sedang membasuh muka di kamar mandi, dan ia melihat mukanya sendiri, lalu kilas kejadian masa depan terlihat. Ia dibunuh oleh penjahat karena ingin mengambil harta kekayaannya. Madrim menjadi gila dan pergi menggunakan mobil entah  ke mana. Lalu ia berada di ladang rumput, dan ia memiliki konflik batin bersamaan dialog para tokoh sebelumnya yang muncul. Ternyata Madrim kembali koma sebulan, dan akhirnya tersadar kembali dan hidup normal. Pembeda pada babak terakhir adalah ketika Madrim pada cerpennya akhirnya terbayang dengan dibunuh oleh para penjahat, lalu diakhiri dengan Madrim yang tidak tahu harus bagaimana. Penambahan alur serta adegan lainnya membantu cerpen yang sebelumnya memiliki lompatan kejadian antar cerita, menjadi tertata dengan lebih jelas.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H