Mohon tunggu...
Alicia Yolanda Bawuna S.I.Kom
Alicia Yolanda Bawuna S.I.Kom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jurnalis

IG @aliciayola17

Selanjutnya

Tutup

Film

Representasi Gender dalam Film Wonder Woman (2017)

5 November 2021   21:23 Diperbarui: 5 November 2021   22:27 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film yang dirilis tahun 2017 ini melihat bagaimana representasi gender dan feminisme yang cukup kuat. Film ini disutradarai oleh Patty Jenkins dengan naskah yang ditulis Allan Heinberg bersama Geoff Johns.

Yuk! kita lihat kisah singkat film Wonder Woman

Film ini menceritakan tentang seorang wanita bernama Diana sebagai tokoh utama yang berjuang menumpas kejahatan yang ada di Themyscira. Diana bersama dengan Steve memutuskan untuk pergi ke wilayah perang yang tentu akan banyak mendapati kendala. Diana, Steve dan teman-temannya mampu menaklukan lawan0-lawannya.

sumber : Rappler
sumber : Rappler

Diana hanya memiliki satu tujuan yaitu membunuh Dewa Ares (Dewa Perang) agar tidak ada peperangan lagi dan manusia bisa hidup denga aman, nyaman dan damai. Namun sayangnya ketika sudah mencapai tujuannya, ternyata perang disana masih terus berlanjut pada akhirnya Diana sadar bahwa ada kekuatan luarbiasa yang masih bersembunyi.

Asal mula ide tokoh Diana dalam film Wonder Woman 

Dilansir dari CNNIndonesia.com, Millie Bobby Brown selaku pemeran Enola Holmes mengatakan bahwa Ia merasa bosan dengan film yang menunjukan bahwa laki-laki selalu menyelamatkan perempuan.

Dilansir dari kumparan.com, tokoh Diana dalam film Wonder Woman ini diciptakan oleh seorang psikolog William Moulton Marston yang terobsesi feminisme. Menurut William dan para feminis, tokoh Diana lahir karena ada belenggu egoisme kekuatan kaum pria. Maka dari itu emansipasi harus lebih disuarakan melalui jalur-jalur yang pop, salah satunya adalah menggunakan komik sebagai perlawanan terhadap propaganda patriarki.

Isu Gender dan Feminisme dalam sebuah film

Seorang kritikus feminis dan sejarawan menemukan dalam karya sastra bahwa perempuan seringkali diidentikan dengan stigma negatif atau kadang terlalu positif. Seorang perempuan dalam film kerap kali dijadikan sebagai ancaman bagi kaum laki-laki. Dan perempuan juga digambarkan sebagai sosok yang tugasnya hanya melayani laki-laki (Ryan, 2012).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun