Mohon tunggu...
Alicia Alfareza Jannati
Alicia Alfareza Jannati Mohon Tunggu... Mahasiswa - seorang wanita

hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konsep, Cakupan, dan Relasi Pragmatik Dengan Ilmu Lain

16 April 2023   20:50 Diperbarui: 16 April 2023   20:55 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

BAB I

PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 

  •  
  • Banyak pendapat yang disampaikan para ahli tentang pragmatik. Jauh sebelum pragmatik berkembang, seorang filosof dan ahli logika Carnap (1938) menjelaskan bahwa pragmatik mempelajari konsep-konsep abstrak. Pragmatik mempelajari hubungan konsep (pengertian atau maksud) dengan tanda. Batasan ini terlalu luas karena upaya memahami tanda yang bukan berupa bahasa juga dapat digolongkan ke dalam pragmatik. Sementara itu, Charles Morris (1938) secara jelas mulai menunjukkan ke arah pengertian yang jelas dengan melihat pragmatik bersama dengan sintaksis dan semantik sebagai cabang semiotika (ilmu tanda) khususnya yang mempelajari tanda verbal atau bahasa. Dalam hal ini pragmatik dikatakan sebagai ilmu yang  mempelajari hubungan antar kata yang  mempunyai maksud yang bervariasi dalam penggunaannya dalam suatu interaksi.

  • Pandangan Morris itu yang selanjutnya menjadi rujukan dalam perkembangan pragmatik. Hal itu dapat dilihat pada pandangan Levinson (1986) yang mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengartian bahasa. Dalam batasan ini berarti untuk memahami maksud pemakaian bahasa kita dituntut memahami pula konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, secara komprehensif, Yule menyebutkan 4 definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara, (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.

  • Dalam perkembangan lebih lanjut, pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari bahasa dalam konteks yang lebih luas seperti disampaikan Noss dan Lamzon, dalam kajian pragmatik ada empat unsur pokok, yaitu hubungan antar peran, latar peristiwa, topik dan medium yang digunakan. Pragmatik mengarah kepada kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi yang menghendaki adanya penyesuaian bentuk (bahasa) atau ragam bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Faktor-faktor tersebut yaitu siapa yang berbahasa, dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa, dalam konteks apa, jalur yang mana, media apa dan dalam peristiwa apa sehingga dapat disimpulkan bahwa pragmatik pada hakikatnya mengarah pada perwujudan kemampuan pemakai bahasa untuk menggunakan bahasanya sesuai dengan faktor-faktor penentu dalam tindak komunikatif dan memperhatikan prinsip penggunaan bahasa secara tepat.

  • 1.2 RUMUSAN MASALAH
  • 1. Apa saja konsep dan cakupan pragmatik ?
  • 2. Apa saja relasi pragmatik dengan ilmu lain ?
  •  
  • 1.3 TUJUAN PENULISAN
  • 1. Untuk mengetahui konsep dan cakupan pragmatik.
  • 2. Untuk mengetahui relasi pragmatik dengan ilmu lain.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Cakupan Pragmatik 

Konteks pidato

"Gunakan jam dalam ujian."

Pembicaraan terjadi di antara para siswa saat mereka akan ujian. Jika Anda punya waktu untuk bekerja pada pertanyaan.

"Ketika guru menjelaskan, kamu harus mencatat"

Pidato ini disampaikan seorang ibu kepada anaknya yang hasil ulangan hariannya buruk. Maka sang ibu menjelaskan kepada anaknya agar lebih memperhatikan guru agar nilainya bagus.

"Coba buka lemari ini, kalau bisa aku akan bertepuk tangan untukmu."

Anak laki-laki yang naik pesawat itu mengucapkan kata-kata di atas kepada teman sekamarnya. Ia menantang temannya untuk membuka pintu lemari yang sulit dibuka.

"Lain kali kamu kembali ke ruang ganti, kamu akan terlambat lagi"

Pengawas memberikan pidato kepada seorang siswa yang sering terlambat di ruang ganti setelah pulang ke rumah.

- Besok, saat kamu membaca, kamu tidak boleh memperhatikan guru!

Guru memberikan pidato kepada siswa karena mereka tidak bisa membaca bahasa Arab dengan lancar.

"Jaga kebersihan lingkungan"

Suara pidato peringatan di taman wisata. Ditulis oleh staf taman untuk pengunjung taman. Karena dulu banyak pengunjung yang kurang bertanggung jawab membuang sampah sembarangan.

A: Seseorang ada di sana.

B: "Ah, mendekatlah ke pintu"

Berbicara dari seorang teman ke teman dekat ketika mereka berdua di kamar. Mereka dengan gembira mengobrol tentang sesuatu, tetapi tiba-tiba seseorang mengetuk pintu.

Terjemahan ketat!

Suara kisah peringatan di jalan berliku di kabupaten Priangan Jawa Barat. Dalam kondisi lingkungan tertentu, masyarakat sudah mengetahui situasi jalan, mereka langsung mengerti arti dari rambu peringatan tersebut.

Dokter untuk pasien yang masih anak kecil; "Tidur dulu, ayo tidur di sebelah! Jangan biarkan membeku, apa pun yang terjadi'

Kisah ini terjadi di ruang pemeriksaan klinik, yang diserahkan dokter kepada pasien muda itu saat giginya dicabut.

"Hubungi dokter terdekat jika nyeri berlanjut!"

Kisah ini diambil dari sebuah diskusi dalam wacana iklan narkoba di televisi. Diharapkan saat minum obat.

2.2 Hubungan pragmatis dengan ilmu-ilmu lain

1. Esensi pragmatik

Para sarjana telah mengungkapkan banyak pendapat tentang pragmatik. Jauh sebelum berkembangnya pragmatik, filsuf dan ahli logika Carnap (1938) menjelaskan bahwa pragmatik mempelajari konsep-konsep abstrak. Pragmatik mengkaji hubungan antara konsep (pemahaman atau makna) dan tanda. Batasan ini terlalu luas, karena mencoba memahami tanda-tanda yang tidak berwujud bahasa juga termasuk pragmatik. Sementara itu, Charles Morris (1938) mulai menunjukkan pemahaman yang jelas mengingat pragmatik sebagai cabang semiotika (ilmu tentang tanda) bersama dengan sintaksis dan semantik, khususnya yang mempelajari tanda-tanda verbal atau bahasa. Dalam hal ini, pragmatik bertujuan untuk mempelajari hubungan antar kata yang memiliki makna berbeda dalam interaksinya. Pandangan Morris kemudian menjadi acuan dalam perkembangan pragmatis. Hal ini dapat dilihat dari sudut pandang Levinson (1986) yang mengatakan bahwa pragmatik adalah hubungan antara bahasa dan konteks yang melandasi penjelasan tentang makna bahasa. Dalam batasan ini, berarti untuk memahami tujuan penggunaan, kita juga harus memahami konteks yang mewadahi penggunaan tersebut. Konsisten dengan pernyataan tersebut, Yule secara komprehensif menyebutkan 4 pengertian pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna penutur, (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteks; (3) bidang yang mengkaji makna yang disampaikan atau dikomunikasikan oleh penutur, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk-bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan pada wacana tertentu.

Dalam bidang pendidikan, Levinson (1986) mengatakan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari kemampuan pemakai bahasa untuk mengasosiasikan kalimat dengan konteks kalimat yang sesuai. Pragmatik dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu:

1. Pragmatik sebagai mata pelajaran, hal ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu pragmatik sebagai bidang kajian linguistik dan pragmatik sebagai aspek penggunaan bahasa.

2. Pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai kegiatan pengajaran, pada dasarnya memperhatikan aspek proses komunikasi.

Pragmatik sebagai ilmu dalam perkembangan selanjutny

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun