Terjemahan ketat!
Suara kisah peringatan di jalan berliku di kabupaten Priangan Jawa Barat. Dalam kondisi lingkungan tertentu, masyarakat sudah mengetahui situasi jalan, mereka langsung mengerti arti dari rambu peringatan tersebut.
Dokter untuk pasien yang masih anak kecil; "Tidur dulu, ayo tidur di sebelah! Jangan biarkan membeku, apa pun yang terjadi'
Kisah ini terjadi di ruang pemeriksaan klinik, yang diserahkan dokter kepada pasien muda itu saat giginya dicabut.
"Hubungi dokter terdekat jika nyeri berlanjut!"
Kisah ini diambil dari sebuah diskusi dalam wacana iklan narkoba di televisi. Diharapkan saat minum obat.
2.2 Hubungan pragmatis dengan ilmu-ilmu lain
1. Esensi pragmatik
Para sarjana telah mengungkapkan banyak pendapat tentang pragmatik. Jauh sebelum berkembangnya pragmatik, filsuf dan ahli logika Carnap (1938) menjelaskan bahwa pragmatik mempelajari konsep-konsep abstrak. Pragmatik mengkaji hubungan antara konsep (pemahaman atau makna) dan tanda. Batasan ini terlalu luas, karena mencoba memahami tanda-tanda yang tidak berwujud bahasa juga termasuk pragmatik. Sementara itu, Charles Morris (1938) mulai menunjukkan pemahaman yang jelas mengingat pragmatik sebagai cabang semiotika (ilmu tentang tanda) bersama dengan sintaksis dan semantik, khususnya yang mempelajari tanda-tanda verbal atau bahasa. Dalam hal ini, pragmatik bertujuan untuk mempelajari hubungan antar kata yang memiliki makna berbeda dalam interaksinya. Pandangan Morris kemudian menjadi acuan dalam perkembangan pragmatis. Hal ini dapat dilihat dari sudut pandang Levinson (1986) yang mengatakan bahwa pragmatik adalah hubungan antara bahasa dan konteks yang melandasi penjelasan tentang makna bahasa. Dalam batasan ini, berarti untuk memahami tujuan penggunaan, kita juga harus memahami konteks yang mewadahi penggunaan tersebut. Konsisten dengan pernyataan tersebut, Yule secara komprehensif menyebutkan 4 pengertian pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna penutur, (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteks; (3) bidang yang mengkaji makna yang disampaikan atau dikomunikasikan oleh penutur, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk-bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan pada wacana tertentu.
Dalam bidang pendidikan, Levinson (1986) mengatakan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari kemampuan pemakai bahasa untuk mengasosiasikan kalimat dengan konteks kalimat yang sesuai. Pragmatik dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu:
1. Pragmatik sebagai mata pelajaran, hal ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu pragmatik sebagai bidang kajian linguistik dan pragmatik sebagai aspek penggunaan bahasa.