Setelah sampai di Jerman bapak BJ. Habibie harus belajar bahasa Jerman dan diuji kemampuan agar bisa lolos seleksi untuk masuk semester pertama. Seiring berjalannya waktu bapak Habibie terus belajar untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang insinyur yang sudah beliau nantikan sejak kecil.Â
Tak terasa 4 tahun belajar di Jerman sudah dilalui oleh beliau, pada tingkat akhir ini keakraban yang dijalin antar bapak Habibie dengan teman-temannya semakin erat. Di Jerman bapak Habibie masih tetap menyukai pesawat aeromodeling yang dibuatnya sendiri.Â
Bapak B.J. Habibie juga dingkat menjadi ketua perhimpunan pelajar Indonesia di Aachen, dengan menjadi ketua himpunan tersebut  sering diadakan seminar salah satunya pada tahun 1958 adalah seminar pembangunan bagi mahasiswa yang belajar di Eropa. Seminar  akan mengadakan suatu acara yang  diselenggarakan dengan sukses di Hamburg-Barsbuttel pada tanggal 20-25 Juli 1959.Â
Namun sebelum terselenggaranya seminar tersebut bapak B.J. Habibie diserang penyakit influensa yang virusnya masuk ke jantung. Teman -- temannya secara rutin menjenguk Bapak Habibie setiap hari, namun pada suatu hari tepat pukul 14.00 ada sebuah pesan telegram yang masuk memberitahu bahwa kondisi Bapak B.J. Habibie kritis setelah mengetahui kabar itu teman-temannya langsung mengirim beberapa rombongan berangkat jam 16.00 sampai disana 22.00 .Â
Rombongan tersebut langsung menuju ke kamar bapak Habibie namun beliau sudah dipindah ke dalam kamar mayat dan ditemani oleh seorang rohaniawan, selama 24 jam Bapak Habibie tidak sadarkan diri namun keajaiban Tuhan bapak B.J. Habibie sadar dari masa kritisnya.Â
Orang yang pertama kali dilihat oleh beliau adalah rohaniawan, setelah keadaan bapak Habibie sudah semakin sehat para delegasi kembali pulang untuk ujian. Lalu kabar mengenai  sakitnya bapak Habibie sampai ke Indonesia ibu dari bapak Habibie dan kakak iparnya berangkat ke Jerman untuk memastikan keadaan anaknya disana.Â
Sesampainya disana ibunya langsung merawat anaknya dengan penuh kasih sayang dan membuahkan hasil kesehatan bapak Habibie yang semakin membaik, pada suatu saat bapak Habibie merenung dan menciptakan sebuah sajak istimewa yaitu
  Â
Suatu sajak yang bertujuan untuk melepaskan kekesalan Beliau. Â Tak lupa dalam kisah perjuangan yang dilakukan oleh bapak B.J. Habibie ada sosok wanita istimewa selain ibunya sendiri yaitu gadis pujaan hatinya yang Beliau idam-idamkan sejak duduk dibangku SLTA. Â Hasri Ainun Besari itulah nama gadis pujaan hati seorang B.J. Habibie, gadis hitam manis yang mendapat julukan si item gula jawa dari bapak B.J. Habibie.Â
Dan seiring berjalannya waktu akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah pada 12 Mei 1962. Mereka berdua hidup dengan bahagia hingga dikaruniai dua orang putra yang pertama bernama Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie, kehidupan rumah tangganya kadang terkendala masalah ekonomi dengan begitu Bapak Habibie dan Ibu Ainun bekerja untuk mencukupi kehidupannya.Â
Ibu Ainun bekerja sebagai dokter di salah satu rumah sakit disana namun ketika umur 6 tahun Thareq mengalami sakit keras ibu Ainun terpaksa harus berhenti dari pekerjaannya. B.J. Hbibie meraih gelar Diploma Ing., dengan nilai cumlaude dengan angka rata-rata 9,5 pada tahun 1960.Â