Mohon tunggu...
Alicia Alfianti
Alicia Alfianti Mohon Tunggu... Lainnya - Ma'had Aly Al-Zamachsyari

perkenalkan nama saya Alicia Salsadila Alfianti yang biasanya dipanggil acil. Aku sering kali membuat coretan tulis yang berisikan kata-kata, mempunyai hobby travelling dan mendaki.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sifat Rendah Hati Rasulullah SAW yang Patut Kita Teladani Dalam Kehidupan

31 Oktober 2022   22:18 Diperbarui: 31 Oktober 2022   22:25 4287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai umat muslim kita wajib mendalami dan memahani isi yang ada di dalam Al-Qur'an, termasuk kisah para Nabi dan Rasul-Nya. Di dalam Al-Qur'an tersebut terdapat petunjuk dan pelajaran bagi orang-orang yang meneladani dan mengikuti jejak yang telah beliau ajarkan kepada umatnya.

            Nabi Muhammad SAW ialah manusia paling sempurna dan beliau adalah kekasih Allah. Nabi dan Rasuk terakhir yang mencerminkan sosok manusia yang berkarakter. Beliau yang membawa misi risalahnya untuk seluruh umat manusia dan alam semesta. Seperti yang di firmankan dalam Al-Qur'an pada surat Al-Anbiya ayat 107 yang artinya "Tidaklah Kami mengutus engkau (Wahai Muhammad) melainkan menjadi Rahmat bagi sekalian Alam".

            Dalam kehidupan sehari-hari beliau selalu bersikap sopan dalam bertutur kata terhadap orang lain, selalu jujur, tidak pernah berdusta serta luhur berbudi pekerti. Beliau memiliki sifat yang mulia terhadap siapa saja.

            Nabi Muhammad SAW juga memiliki keistimewaan yaitu sebagai utusan, karena beliau memanglah perangai dalam diri Rasulullah sendiri. Keistimewaan beliau tidak hanya dikenal di bumi saja tetapi sampai juga ke langit.

            Sifat rendah hati itulah sifat keistimewaan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. Sifat yang harus kita teladani sebagai umat beliau. Keteladanan adalah suatu perbuatan yang baik yang harus ditiru atau dicontoh, dan akan memiliki sifat-sifat positif bagi orang yang mencontohnya.

            Pada kisah Nabi Muhammad SAW  beliau juga menduduki sebagai kepala negara, namun beliau tidak pernah sombong ataupun tinggi hati. Nabi Muhammad dan para sahabatnya pun memegang prinsip berdiri sama tinggi duduk sama rendah, sehingga beliau tidak pernah membeda-bedakan dengan para sahabatnya.

            Bahkan sifat rendah hati Nabi Muhammad SAW tidak bisa diragukan lagi, beliau selalu menaruh rasa kehormatannya kepada semua orang tanpa memandang kelas sosial. Dan beliaupun tidak pernah bersikap tinggi yang bertangan halus sebagaimana lazimnya orang kaya di zaman lampau.

            Seperti yang didawuhkan oleh Syekh Ibrahim Al-Baijuri bahwasannya sikap rendah hati Rasulullah SAW ini patut diteladani oleh umatnya, yang sudah tertera dalam Maktabah M bin Ahmad Nabhan wa Auladuh :

 

Artinya : "Lazimkan sifat tawadlu atau rendah hati. Salah satu sikap tawadlu Rasulullah SAW adalah kemandirian Nabi Muhammad SAW dalam membawa pulang sendiri barang belanjaannya dari pasar ke rumah. Keterbukaannya dalam menjabat tangan orang kaya dan orang miskin, kesediaannya dalam memulai salam terhadap siapapun yang dijumpai olehnya, dan banyak lainnya".

            Walaupun Rasulullah SAW berasal dari Bani Quraisy atau Bani yang paling utama di Negara Arab, yang dijuluki Al-Amin karena kredibilitasnya yang tidak bisa diragukan lagi, beliau diangkat sebagai Nabi paling mulia. Akan tetapi beliau selalu rendah hati karena menganggap beliau hanyalah seorang anak yatim piatu.

            Kerendahan hati beliau ini tidak mengurangi kesabaran beliau, justru menambah ketinggian derajat di sisi Allah SWT. Beliau ialah pemimpin umat manusia tetapi beliau tidak enggan untuk membawa sendiri keperluan rumah tangganya dan tidak sungkan untuk menjabat tangan orang lain dari golongan mana saja.

            Para sahabat pun pernah menyaksikan sifat kerendahan hati Rasulullah Ketika beliau sedang dalam perjalanan, dimana ketika mereka beristirahat dan mendirikan perkemahan yang mana para sahabat salig membagi tugas dan beliau juga ikut membaur dengan para sahabatnya.

            Ketika para sahabat mendapatkan tugas untuk mencari kayu bakar, beliau pun membantunya hingga para sahabat tidak enak hati dan tidak membiarkan Rasulullah mencari kayu bakar.

            Sikap tawadlu atau rendah hati itulah yang membuat orang tidak sombong terhadap saudara dan lingkungannya dan tidak menganggap remeh orang lain, itulah dawuh dari Syekh Khumais.

            Jejak kerendahan hati Rasulullah SAW juga terlihat ketika beliau memimpin di sebuah majelis yang dihadiri oleh kaum muslim. Saat itu jabir bin Abdillah Bajali duduk di bibir pintu, lalu nabi melihatnya dan beliau mengambil kain baju yang beliau  miliki kemudian melipatnya. Dengan ramah beliau memberikan lipatan kain tersebut kepada Jabir sambal memintanya untuk duduk dengan menjadikan lipatan baju tersebut sebagai alas.

            Jabir pun menerimanya, namun Jabir tidak mempergunakan kain tersebut untuk alas duduk akan tetapi Jabir mengusapkannya ke wajah sebagai tanda hormat kepada Rasulullah SAW.

            Dengan mata yag berkaca-kaca Jabir mengembalikannya dengan mengucapkan "Semoga engkau selalu dimuliakan Allah sebagaimana engkau memuliakan aku". Tak hanya itu, ketika ditengah kesibukkan beliau sebagai pemimpin negara, beliau menyempatkan hadir memenuhi undangan sahabatnya. Beliau mendatangi jamuan yang digelar dan ditengah jamuan tersebut beliau tidak membedakan diri dari orang lain. Justru beliau berbaur dengan orang lain.

            Rasulullah SAW berbaur dengan segala lapisan masyarakat tanpa terkecuali, bahkan sifat rendah hati beliau juga merambat kepada keluarganya, Sayyidah Aisyah ra. Kehidupan rumah tangganya berlaku seperti yang lainnya, beliau mejahit baju sendiri sehingga memperbaiki sandalnya yang rusak.

            Walaupun beliau adalah manusia pilihan dan manusia yang paling mulia, beliau memiliki sifat kehidupan sehari-hari beliau sama dengan kehidupan umatnya. Rasulullah justru memilih hidup sederhana. Rumahnya pun apa adanya bukan istana yang megah, begitu pun makannya bukan hidangan raja.

            Rasulullah SAW tidak suka apabila diperlakukan layaknya manusia dengan kekuasaan luar biasa. Beliau tak mau dianggap seperti raja. Beliau pun melarang manusia lain menunduk padanya sebagai bentuk hormat.

            Sifat rendah hati sangatlah berperan dikehidupan kita sendiri dan bahaya jika memiliki sifat  kesombongan, seperti hadits dibawah ini :

: { : .

Artinya : "Tidak ada manusia kecuali di kepalanya ada dua rantai, rantai di langit ke tujuh dan rantai di bumi ke tujuh. Jika ia tawadlu maka Allah akan mengangkatnya dengan rantai ke langit ke tujuh dan jika ia sombong maka Allah akan merendahkannya dengan rantai ke bumi ke tujuh". (HR. Imam Al-Kharaithi, Imam Al-Kasan bin Sufyan, Ibnu La'al, dan Imam Ad-Dailami).

            Maksud dari hadits tersebut ialah jika kamu tawadlu kepada orang lain atau kepada Sang Maha pencipta, kamu akan diangkat derajatnya oleh Allah dan apabila kamu sombong maka Allah akan merendahkan derajatmu.

            Alangkah terpujinya sifat Rasulullah yang patut kita contoh. Dan tidak hanya rendah hati, namun masih banyak lagi sifat Rasulullah SAW yang harus kita teladani dan kita terapkan dikehidupan kita. Kita sebagai umat muslim sudah layaknya mempelajari dan mencari tahu kisah teladan Nabi Muhammad SAW.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun