Bani Abbas merupakan nama dari pamannya Nabi Muhammad, Abbas yang bermukim disebelah timur sungai Yordan setelah penaklukan Suriah dan secara umum menjauhkan diri dari politik dan kehidupan Bani Umayyah. Tidak hanya dekat hubungannya dengan Rasulullah, mereka juga ingin menegakkan keturunan Ali sebagai pemimpin dunia islam. Sehingga dari wilayah di selatan Suriah dan Irak, mereka mengirimkan wakil-wakil ke Khurassan pada saat bulan suci Ramadhan pada tahun 129 H. Disana penduduk  Persia menjadi motor bagi bani Abbas untuk mendeklarasikan pemberontakan ke Damaskus yang kian melemah.
Sepanjang tahun 730-740 M, bani Abbas banyak memberikan janji-janji kepada masyarakat setempat dengan memiliki kesetaraan dibawah kekhalifahannya dan secara samar menjamin keturunan Ali akan memainkan peranan lebih besar dalam pemerintahan islam, sesuai dengan keinginan umat muslim di bagian timur kekhalifahan bani Umayyah. Dengan adanya janji-janji, bani Abbas mampu mendapat dukungan diberbagai kalangan masyarakat, dari ahli ibadah yang menyaksikan pemerintah mengikuti teladan nabi, kelompok non-Arab yang marah atas status kelas yang dinomor duakan, serta pengikut setia ahlulbait yang meyakini bahwa seharusnya kekuasaan menjadi milik keluarga Nabi.
Setelah mengumpulkan sekutu melalui diplomasi-diplomasi keberbagai kalangan dan dinilai sudah mampu untuk melakukan revolusi, maka pada tahun 747 M, bani Abbas secara resmi menyatakan pemberontakan yang dipimpin oleh Abu Muslim. Abu Muslim mengirim pasukan ke arah barat, ke jantung Persia. Dimana mendapat dukungan untuk melawan bani Umayyah dengan semangat revolusioner, yang didasarkan pada ketidakpuasan bangsa Persia atas kepemimpinan bani Umayyah.
Dengan pusat kekuatan berada di Kufah, jauh dari pengaruh Umayyah, Abu Muslim mulai bangkit melawan gubernur Umayyah dan mengusirnya dengan tanda bendera hitam milik bani Abbas. Dengan penaklukan Kufah, maka pengambilan sumpah setia masyarakat Kufah kepada calon khalifah dari Abbasiyah, yaitu Abu al-Abbas. Dengan dimulainya revolusi ini, dukungan meluas hingga seluruh Persia dan memudahkan menggulingkan kekuasaan bani Umayyah yang kian melemah dan terdesak.
Revolusi Abbasiyah pada pertengahan tahun 700 M, menghasilkan dinasti kedua dalam sejarah kekhalifahan umat islam. Pemberontakan yang didasari atas gagasan untuk membangun pemerintahan yang lebih sejalan dengan teladan Rasulullaj, menyediakan tempat yang pantas bagi masyarakat non-Arab dan tidak mengkelas duakan status sosialnya serta memberikan sejumlah peran kepemimpinan bagi keturunan Ali dan keluarganya.
Sebelum melakukan revolusi, adanya diplomasi p2p atau people to people. Dengan memberikan janji-janji besar yang idealistis untuk menggalang massa yang besar dan sekutu yang berjuang untuk menggapai cita-cita bani Abbbas. Gerakan rahasia ini menghasilkan suatu titik bani Abbas dan sekutunya melakukan pemberontakan ke Damaskus dan terbunuhnya Marwan, khalifah terakhir bani Umayyah dan mulailah berdirinya daulah Bani Abbasiyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H