Singkatnya, tidak. Suara mayoritas tidak selalu mencerminkan kebenaran. Berikut beberapa alasannya:
**1. Kekeliruan massal:** Sejarah penuh dengan contoh di mana mayoritas orang salah. Contohnya:
* Penyiksaan: Pernah dianggap sebagai metode interogasi yang sah, meskipun sekarang kita tahu itu tidak efektif dan tidak bermoral.
* Perbudakan: Dulunya dianggap sebagai praktik yang normal di banyak bagian dunia.
* Diskriminasi: Perempuan, ras minoritas, dan kelompok lain sering mengalami diskriminasi berdasarkan keyakinan keliru yang dipegang mayoritas.
**2. Manipulasi:** Opini publik dapat dimanipulasi melalui propaganda, disinformasi, dan tekanan sosial. Hal ini dapat menyebabkan mayoritas orang mendukung sesuatu yang salah, bahkan jika mereka tahu itu salah.
**3. Ketidaktahuan:** Mayoritas orang mungkin tidak memiliki informasi yang cukup atau pemahaman yang benar tentang suatu masalah untuk membuat penilaian yang akurat.
**4. Ketidakpedulian:** Orang mungkin tidak peduli dengan suatu masalah, bahkan jika itu penting, dan karena itu tidak mau repot-repot mempelajarinya atau membentuk opini.
Di sisi lain, suara minoritas juga tidak selalu benar. Penting untuk mempertimbangkan semua sudut pandang dan bukti sebelum membuat kesimpulan.
**Kesimpulannya:**
* Kebenaran tidak ditentukan oleh jumlah orang yang mempercayainya.
* Penting untuk berpikir kritis dan mengevaluasi informasi secara mandiri sebelum menerima apa yang dikatakan mayoritas sebagai kebenaran.
* Kita harus selalu terbuka untuk mempertimbangkan perspektif yang berbeda dan bersedia mengubah pikiran kita jika ada bukti yang menunjukkan bahwa kita salah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI