Mohon tunggu...
Ali Arramitani
Ali Arramitani Mohon Tunggu... Mahasiswa - ala bisa karena biasa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM : 20107030076

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kafe Wisanggeni: Prinsip, Filosofi, dan Pengalaman yang Luar Biasa

17 Oktober 2022   16:42 Diperbarui: 17 Oktober 2022   16:48 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: https://www.instagram.com/wisanggenicoffee_merapi/

Jauh dari hiruk pikuk padatnya kota terdapat tempat untuk ngopi yang terletak di kaki gunung Merapi. Wisanggeni blend sebagai menu spesialnya diambil dari nama kafe itu sendiri yakni Wisanggeni. Bagi pemiliknya nama tersebut memiliki makna filosofi tersendiri yang membuat Bapak Hari Jaran selaku pemilik dari kafe tersebut menetapkan Wisanggeni sebagai nama, harapan, serta do'a untuk kafenya. Diambil dari nama tokoh pewayangan, Wisa memiliki arti bisa, bisa ular, dan Geni berarti api. Wisanggeni sendiri merupakan ksatria dalam tokoh pewayangan yang serba bisa dan memiliki daya juang tinggi.

Dengan segala keunikan yang dimiliki membuat Bapak Mokhamad Mahfud, dosen kami mengajak kami untuk mengunjungi kafe Wisanggeni dengan tujuan untuk mempelajari perilaku konsumen, serta mengenal branding yang dilakukan oleh kafe Wisanggeni. Didampingi oleh pemilik kafe secara langsung, proses diskusi berjalan santai namun meluas. Dengan semangat Bapak Hari Jaran menjelaskan kepada kami mengenai filosofi dan prinsipnya dalam membangun usahanya tersebut. Yang paling melekat adalah saat beliau menjelaskan bahwa mengenal perilaku konsumen sangatlah penting untuk keberlangsungan usaha, dan hal tersebut dapat dicapai dengan edukasi kepada konsumen. Karena dengan begitu konsumen akan merasa hangat dan nyaman.

Tak cukup sampai situ saja, beliau mengungkapkan perlunya untuk mencintai produk sendiri, serta aura positif yang harus selalu dibawa pada usaha yang sedang dibangun. Sangat nikmat rasanya menyatu dalam obrolan saat itu, karena tak jenuh-jenuhnya Bapak Hari Jaran juga meberikan kami suntikan spiritual yang membuat kami dapat melihat konsep branding dari sudut pandang yang tak biasa kami dapatkan di dalam kelas.

Diskusi berlangsung hingga sore hari, dan memutuskan untuk mengakhiri obrolan setelah adzan ashar. Sebelum kami beranjak pulang, Bapak Hari Jaran memberikan kami pesan bahwa, pengusaha tidak boleh takut kehilangan, dan selalu percaya bahwa di setiap rezeki terdapat hak orang lain yang harus ditunaikan dalam bentuk sedekah dan amal baik. Dan pungkasnya, pengusaha harus selalu siap dengan ketidakpastian yang pasti adanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun