Mohon tunggu...
Ali Arramitani
Ali Arramitani Mohon Tunggu... Mahasiswa - ala bisa karena biasa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM : 20107030076

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

European Super League: Liga Baru Pemantik Amarah FIFA hingga Dunia

19 April 2021   15:00 Diperbarui: 19 April 2021   14:59 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.skysports.com

Sepakbola kini sedang dibuat gempar karena kian memanasnya antara FIFA, UEFA, dan 12 klub elit eropa yang merupakan pendiri European Super League (ESL). 

Ada 12 klub yang dimaksud adalah Juventus, Inter, Milan, Man United, Man City, Liverpool, Chelsea, Arsenal, Tottenham, Real Madrid, Atletico Madrid, Barcelona. Klub-klub tersebut saling membahu untuk membuat kompetisi sepakbola klub eropa yang mampu menandingi UEFA Champions League (UCL). 

Klub-klub di atas berasal dari liga spanyol, liga italia, dan liga inggris yang bergabung dengan agenda besar ini. Tidak sedikit tanggapan negatif dari para penggemar sepakbola atas rumor ini, hal tersebut terbukti dengan menggaungnya tagar #SayNoToSuperLeague di twitter. 

Bahkan legenda klub Manchester United, Garry Neville mengungkapkan kekecewaannya dan mengecam klub inggris yang turut memiliki andil dalam agenda "pengkhianatan" ini.

"Liverpool berpura-pura dengan slogan 'You'll never walk alone' -nya dan klub rakyat United 100 tahun lalu didirikan oleh kaum buruh tapi kini berusaha untuk masuk liga tanpa sistem degradasi." (Source: Goal Indonesia). 

Cukup disayangkan memang dengan tindakan yang dilakukan oleh klub-klub raksasa ini, belum lagi dengan sejarah yang harus tercoreng dan respect fans yang dipertaruhkan. Berikut adalah beberapa rangkuman beritanya

1. Merupakan bentuk protes besar-besaran kepada FIFA dan UEFA

Sudah bukan hal yang mengejutkan jika menyandingkan klub-klub elit eropa dengan nominal uang yang fantastis pada pemasukan maupun pengeluarannya. 

Akan tetapi di masa pandemi ini ancaman melemahnya finansial klub membuat para petinggi klub harus berpikir lebih keras dalam mengelola keuangan klub. 

Diketauhi sempat terjadi skandal korupsi yang terjadi pada FIFA selaku federasi sepakbola dunia. Lalu UEFA sebagai penyelenggara kompetisi UCL juga dinilai kurang transparan dalam mengelola keuangan, klub merasa kucuran dana yang masuk tidak sebanding dengan nominal yang seharusnya didapat. Belum lagi gaji pemain yang luar biasa tinggi membuat klub harus berhutang senilai ratusan juta dolar untuk membayar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun