Bumi beserta isinya telah engkau nikmati
Tanpa rasa takut engkau terus sombongkan diri
Berjalan di atas permukaan bumi dengan angkuh
Merengkuh tubuhmu seakan tak ingin disentuh
Dalam cengkeraman kekuasaan yang terlupakan
Berbuat kehancuran dengan tangan dikepalkan
Tak mengerti akan bersyukur, sulit untuk diatur
Merasa diri suci engkau seperti mesin penghancur
Nikmat Tuhan mana lagi, kamu dustakan?
Hutan seakan resah karena engkau rusak sengaja
Sungai menjadi dangkal karena dirimu yang nakal
Laut murka tersimpan air pencemaran jemarimu
Gunung-lembah mulai berubah bertiang rumah
Industri pun menggantikan penyempitan lahan
Batu-batuan perbukitan berpindah letak
Gundukan lereng tanah semakin retak
Nikmat Tuhan mana lagi, kamu dustakan?
Melupakan bencana yang mengintai setiap waktu
Pada gunung, sungai, laut, yang terus beradu
Menutup mata juga hatimu yang tak bersimpuh
Di antara udara yang dititipkan saat tertutup
Napas yang bergerak ketika diri hendak teriak
Menghitung milyaran dengan rasa ketakutan
Karena kematian mengikuti diri tanpa disadari
Nikmat Tuhan mana lagi, kamu dustakan?
Tak perlu merasa hebat jika diri kelak mati
Tak perlu merasa sombong jika kelak terdorong
Pada titik lembah bara api yang siap menanti
Di akhir dunia yang hancur berkeping-keping
Tersisa hanya penyesalan akan kedustaan
20 April 2021
(Ali Kusas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H