"Proposal yang diajukan ini, harus melampirkan nomor rekening saya. Jadi, dana yang masuk dapat dengan mudah saya ketahui. Dan beberapa bagian dari isi proposal ini harus segera diubah. Saya tidak ingin pengajuan proposal ini terlambat, apa pun permasalahannya, saya tidak mau tahu. Jika gagal, saudara akan saya beri sanksi." Ucap Jamal kepadaku, sesaat aku menyerahkan proposal untuk kegiatan amal.
Aku merasa emosi melihat perintah yang dibarengi dengan nada suara yang keras dan kasar ketika itu. Di samping itu, aku bertanya-tanya mengapa Jamal memerintahkan agar nomor rekening pribadinya dilampirkan dalam proposal.
"Apakah ada tujuan dan maksud tertentu dari Jamal. Ah, aku tidak boleh berburuk sangka. Aku harus tetap menyelesaikan tugas ini agar Si Jamal itu tidak berkata kasar lagi. Capek jika harus terus berkutat pada isi proposal ini." Gumamku, memegang proposal yang ada dalam genggaman tanganku.
Aku pun segera menuju meja kerjaku. Dengan seluruh kemampuan yang kumiliki, aku berusaha untuk memperbaiki kesalahan isi yang telah kurevisi dan akan kuserahkan kembali kepada Jamal.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun dan hampir dua tahun perusahaan yang dipimpin Jamal seakan jalan ditempat. Hubungan kerjaku dengan Jamal ibarat kerakap tumbuh di pantai, hidup segan mati tak mau. Gayanya yang semakin membuatku bosan, seakan menjadi pemicu bagiku untuk tidak terlalu peduli dengan perintah yang diberikannya.
Ada satu hal yang membuat diriku sangat kesal dengan ucapan Jamal, yaitu ketika ia mengatakan bahwa diriku karyawan yang tidak becus dalam bekerja. Bahkan aku juga dianggap sebagai karyawan yang tidak mengikuti aturan dari atasan.
Ibarat disambar petir, aku mendapat informasi tersebut dari teman sekantorku saat sedang menikmati makan siang di satu warung depan kantor. Aku seakan tidak percaya, mengapa Jamal memberikan pernyataan di depan teman-teman sekantor, tanpa langsung menyampaikannya terlebih dahulu kepadaku.
"Pak Jamal, di hadapan teman-teman kantor lainnya mengatakan jika engkau satu di antara karyawan yang tidak becus mengerjakan tugas yang diberikannya, bahkan engkau juga dianggap pembangkang." Arni memberikan informasi yang telah didengarnya langsung dari Pak Jamal, kepala kantor mereka.
Aku semakin merasa tidak simpatik dengan cara yang dilakukan Jamal kepadaku. Aku berharap suatu saat Jamal akan segera merasakan bagaimana jika dirinya juga dipermalukan orang lain seperti yang telah ia lakukan kepadaku. Jika saja saat itu, aku mendengar ucapan yang telah disampaikan Jamal kepada karyawan lainnya tentang ketidaksukaan dirinya melihat kinerjaku selama ini, aku akan menyanggah penilaian yang diberikannya.
Menurutku, aku telah bekerja secara maksimal selama meniti karir di perusahaan ini. Sejak Pak Mus menjabat kepala kantorku dahulu, aku selalu mendapatkan pujian atas kinerja yang telah kulakukan. Meskipun aku tidak pernah berharap untuk dipuji oleh siapa pun di dunia kerja.Â
"Selamat Syarif, atas pengabdian yang telah kamu lakukan untuk kemajuan perusahaan kita. Tanpa kerja keras kalian, perusahaan ini tidak akan mampu bersaing dan berkembang." Ungkap Pak Mus memuji kinerjaku dengan yang lainya, saat masih menjabat kepala kantor.