Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Benang Kusut

21 November 2020   07:55 Diperbarui: 21 November 2020   07:56 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar: Call me irasional, bloger)

"Saya sangat kesal dengan apa yang telah diucapkan oleh Muna tadi, sepertinya ada sikap sentimen dan ego yang ditujukannya kepada saya. Bahkan sikapnya terlihat arogan ketika melakukan interupsi. Di dalam kegiatan pelatihan ini, kita semua sama, meskipun sebagian individu memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang berbeda-beda. Kita semua yang mengikuti pelatihan ini adalah peserta, bukan narasumber atau panitia. Jadi, saya merasa sosok Muna itu seperti 'benang kusut', selalu mencari kekurangan orang lain. Padahal dilihat dari kepribadiannya, dirinya sumber permasalahan." Dengan sedikit emosi, Ana mengungkapkan kekesalannya di hadapan Ama dan Mulyo.

"Sabar lho Dek Ana, mari kita menghadapinya dwngan hati dingin dan jangan mudah tersulut emosi. Kita juga sudah mengetahui jika setiap ada kegiatan pelatihan, Muna selalu ingin tampil lebih baik dan ingin menjadi sorotan. Meskipun terkadang yang diucapkannya merugikan orang lain. Dan kepribadiannya itu seolah-olah 'benang kusut' yang semakin ditarik dan diulur akan sulit kembali ke sediakala." Ama menenangkan Ana yang terlihat sedikit emosi.

Waktu pun terus berlalu, hingga kegiatan pelatihan berakhir. Semua peserta pelatihan kembali ke rumah masing-masing. Namun ada hal yang masih tersimpan di dalam hati Ana akan sikap dan pesan dari Muna yang muncul di dalam grup media sosial. Secara tersirat, Muna memancing emosi Ana sehingga muncul kemarahan yang tak dapat dibendung lagi.

Muna mengirimkan pesan tersirat, seolah-olah Ana tidak layak untuk tampil dalam presentasi di saat pelatihan. Ana lalu menyampaikan pesan yang seharusnya tidak boleh dipublikasikan Muna di media sosial kepada teman-teman grup saat pelatihan. Sebagian besar teman-teman yang tergabung dalam pelatihan beranggapan, jika Muna seperti 'benang kusut' yang akan menjerat dirinya sendiri. Kepribadian yang dimilikinya sebagai bentuk kepribadian yang kelak akan menghancurkan reputasinya, bahkan sedikit pun tidak akan dihargai orang lain.

Ana pun masih teringat perkataan dari teman-temannya agar dirinya selalu bersikap sabar meskipun merasa terzalimi. Muna, kelak akan merasakan bagaimana jika tidak dihargai oleh orang-orang di sekelilingnya. Sedikit demi sedikit orang akan menjauhi Muna karena sikap dan perbuatannya. Jika Muna tidak mengubah kebiasaannya tersebut, dia akan hidup seperti 'katak di dalam tempurung' tidak akan memiliki kebebasan untuk berpendapat. Dan satu hal yang tidak akan diketahui Muna, jika teman-temannya pun memberikan julukan pada kepribadiannya seperti Si Benang Kusut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun