Secara tiba-tiba, Rifar dan Adit melihat serta mendengar suara rintihan perempuan yang memegang perutnya seakan-akan tak sanggup menahan sakit. "Sakit...sakit...tolong...tolong...sakit sekali perutku ini."Â
Itulah suara rintihan yang terdengar oleh Rifar dan Adit, sekilas menatap ke arah keduanya sehingga mereka berlari ketakutan menuju rumah masing-masing.
Akhirnya, Rifar dan Adit pun telah melihat secara langsung suara rintihan yang menyayat di simpang lorong Alkalali, setelah beberapa lama hanya mendengar tanpa mengetahui kisah di balik kejadian tersebut.Â
Hal yang sangat wajar bagi kedua anak tersebut jika ingin mengetahui, mengapa orang tua mereka melarang anak-anaknya berkeliaran menjelang Magrib. Satu di antaranya, kejadian yang di luar nalar sering terdengar oleh Rifar dan Adit.Â
Selain itu, menurut pengalaman orang tua dahulu suasana menjelang Magrib juga menjadi perlintasan bagi makhluk kasab mata berinteraksi, bahkan dapat mengganggu aktivitas manusia.
Akhirnya, Rifar dan Adit setiap selesai Salat Magrib di masjid ketika melintasi simpang lorong Alkalali selalu membaca ayat-ayat suci yang mereka hapal.Â
Selain untuk membentengi diri dari godaan makhluk astral yang sering mengganggu, juga untuk dihadiahkan sebagai doa bagi perempuan yang telah menjadi korban tabrak lari sehingga tidak lagi memunculkan suara rintihan yang sangat menyayat hati.
Rifar dan Adit pun tidak lagi mendengar suara rintihan di simpang lorong Alkalali. Rifar dan Adit telah seperti biasa pergi dan pulang dari menunaikan salat Magrib dengan senyum dan wajah ceria saat kembali pulang ke rumah.