Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Duka Anak Rantau

1 Oktober 2020   23:19 Diperbarui: 1 Oktober 2020   23:23 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pribadi. (diolah dari socialbakers.com)

Tomo diterima bekerja sebagai karyawan toko elektronik. Diki diterima menjadi karyawan doorsmeer, dan Indra diterima sebagai tenaga keamanan atau sekuriti di perusahaan biro jasa.

Kami kembali ke taman kota setelah masing-masing mendapat kabar gembira karena kami berempat sudah harus mulai bekerja besok harinya. Aku dan ketiga temanku saling berpelukan dan merasa bahagia karena dua minggu berada di ibukota,  diterima bekerja ketika keadaan keuangan yang semakin menipis.

Aku dan ketiga temanku pun berkemas-kemas menyiapkan segala sesuatunya untuk melaksanakan tugas baru yang menanti di besok hari dengan sebaik-baiknya. Aku pun bergegas menghubungi keluargaku di kampung dan mengabarkan jika kami berempat besok mulai bekerja.

Di hari pertama, saat aku dan ketiga temanku bekerja ada beberapa kondisi yang harus kami terima dari pekerjaan baru ini. Rasa letih, kesal bercampur menjadi satu. Mulai dari pagi hingga menjelang sore, tugas dari pekerjaan yang kami kerjakan baru selesai. 

Aku duduk sebentar setelah menyelesaikan pekerjaanku. Keringat yang membasahi bajuku sebagai awal perjuangan yang harus aku pertaruhkan demi menggapai impianku saat pulang kampung nanti. 

Begitu juga dengan ketiga temanku yang baru menyelesaikan pekerjaan mereka. Hanya tekad yang tersimpan di dalam jiwa agar aku dan ketiga temanku, tetap kuat menghadapi segala derita yang kami rasakan di perantauan.

Seminggu telah berlalu ketika Tomo mendapat kabar jika ayahnya di kampung meninggal dunia. Ia pun berpamitan kepada kami bertiga untuk kembali pulang ke kampung halaman. Begitu besar cobaan yang dihadapi Tomo, ia kehilangan seorang ayah saat ingin mencoba mengubah peruntungan nasib di ibukota. 

Tomo sepertinya tidak akan kembali lagi ke ibukota karena ibunya juga dalam kondisi sakit. Sejak beberapa hari berada di ibukota, ayah Tomo selalu memikirkan keadaan anak laki-laki satu-satunya sehingga menyebabkan ayahnya jatuh sakit,  kemudian tidak berapa lama meninggal dunia. 

"Kami akan tetap mendoakan yang terbaik untukmu dan keluargamu di kampung. Kau harus tetap bersabar menghadapi musibah ini, Tomo." Kami menguatkan Tomo agar bersabar menghadapi cobaan yang dialaminya. 

Dengan mengusap pundaknya, aku dan kedua temanku mengantarkan Tomo ke terminal untuk pulang menuju kampung halaman. Tomo tampak terlihat sangat bersedih dan kembali pulang ke kampung.

Kini, aku bersama Indra, dan Diki terus bertahan di perantauan. Diki jatuh sakit karena beban pekerjaan yang diberikan terasa semakin berat. Diki pun harus kembali ke kampung untuk berobat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun