Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Separuh Separah Sejarah

30 September 2020   23:08 Diperbarui: 1 Oktober 2020   20:24 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa setiap kebenaran tiada terungkap? 

Mengapa setiap kejujuran tiada dirindukan? 

Mengapa tipuan menjamur di sisi kehidupan? 

Mengapa kebohongan dijadikan alat kekuasaan?

Mengapa kesombongan dianggap satu kekuatan?

Mengapa kejahatan seperti sebuah permainan?

Mengapa kekayaan didapat melalui pencucian?

Mengapa hukuman menjadi dipertaruhkan?

Mengapa jabatan seakan harus diperebutkan?

Mengapa janji politik sulit direalisasikan?

Mengapa demokrasi tak lagi digaungkan?

Mengapa ambisi sebagai tameng kepalsuan?

Mengapa kekejian terus disamarkan kekerasan?

Mengapa kebodohan melekat pada kemiskinan?

Separuh separah sejarah telah terlewati

Kebenaran tak lagi membawa makna berarti

Kejujuran seakan terkubur dan telah mati

Tipuan terus disematkan dalam pikiran tirani

Kebohongan tersimpan di sudut nurani

Kesombongan pun bagai menyulut emosi

Kejahatan terlintas di balik jeruji

Kekayaan hanya sebagai bentuk jati diri

Hukuman seolah ketetapan pengadilan 

Jabatan terus dicari tanpa prestasi

Janji politik hanya gambaran ilusi

Demokrasi terhimpit di dalam sisi peti

Janji lebih sering tak pasti lalu diingkari

Ambisi berhembus seakan harapan terpenuhi

Kekejian dijadikan alat perusak menghargai

Kebodohan tersimpan di seputar generasi kini

Separuh separah sejarah takkan terulang

Jika generasi bersatu membangun tanpa bimbang

30 September 2020

(Ali Kusas)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun