Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta di Ujung Tali Kematian

18 Juli 2020   09:00 Diperbarui: 18 Juli 2020   14:45 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak dari SMA, Darman sudah menyukaiku tanpa berani untuk mengungkapkannya. Ia menyimpan rasa cinta itu, walaupun aku sudah berumah tangga dengan Asra. Ia tidak menginginkan ada orang lain memiliki orang yang dicintainya. Ia akan berbuat apapun bahkan menghancurkan rumah tangga orang lain. Begitu juga dengan Ratih yang juga menjadi target cinta Darman yang tidak tersampaikan. Darman mempunyai keinginan agar rumah tangga Romi hancur berantakan. 

Gila, itulah yang tersimpan di benakku akan perilaku Darman yang suka menghancurkan rumah tangga orang lain. Aku pun berusaha memberanikan diri mengungkapkan rasa kecewa hati ini kepada Darman yang telah menghancurkan rumah tanggaku. Begitu teganya Darman merusak ketenteraman dan keharmonisan rumah tangga yang telah terbina, saat aku dan Asra mantan suamiku masih hidup bersama. Dengan kekesalan dan kecewa yang mendalam, aku pun pergi meninggalkan Darman.

Seminggu telah berlalu dari pertemuanku dengan Darman. Tiba-tiba aku mendengar kabar yang sangat mengejutkan dari Ratih, istri Romi. Darman telah meninggal dunia karena bunuh diri. Ia menggunakan tali dan mengikatnya ke leher, di lokasi kebun belakang rumahnya. Sungguh tragis, akhir cinta Darman yang tak tersampaikan. Darman meninggalkan sepucuk surat kepadaku sebagai permohonan maafnya. Di ujung tali kematian, perjalanan cinta Darman harus berakhir. Aku dan Ratih seakan menjadi korban dari akhir cinta Darman. Walaupun perbuatan Darman merupakan kesalahan yang fatal, aku dan Ratih tetap memaafkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun