Bagaimana pun juga perempuan itu harus menerima dengan ikhlas, bayi yang berada di sampingnya sebagai amanah dari Tuhan. Aku yakin, Tuhan lebih menyayangi hamba-Nya yang selalu menerima dengan ikhlas setiap pemberian-Nya.
Aku pun segera menuju ruang kamar Ratna, aku melihat wajah anakku dan membelai rambutnya sambil menyelimuti tubuhnya dengan kain. Betapa pedih perasaanku mengingat kejadian tadi pagi. Mengapa anak-anak yang dilahirkan dalam kondisi syndrome seperti Ratna harus menerima ketidakadilan, mereka dianggap aib keluarga, mereka dianggap akan menyusahkan saja saat tumbuh dewasa.
Tidak, aku tidak boleh membiarkan anak-anak yang dilahirkan dalam kondisi syndrome harus diperlakukan berbeda dengan anak-anak yang lahir normal. Mereka adalah anak-anak yang luar biasa, walaupun mereka anak-anak berkebutuhan khusus, mereka juga masih memiliki harapan dan masa depan.
Aku akan tetap membesarkan Ratna, ia cahaya hidup bagiku. Aku akan membuktikan kepada orang-orang yang berada di sekitar lingkunganku, jika anak-anak berkebutuhan khusus ataupun syndrome, tetap manusia yang harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang.
Mereka anak-anak yang selalu ceria dan gembira. Mereka anak-anak pembuka rezeki bagi keluarga. Jangan pernah beranggapan anak-anak berkebutuhan khusus itu adalah aib keluarga, atau pun anak yang hanya menjadi beban keluarga.Â
Dengan sedikit kelelahan, aku memeluk erat tubuh Ratna dan menemani tidurnya sambil terus mencoba untuk memejamkan mata. "Anakku sayang, ibu akan menjagamu hingga dewasa, tetaplah menjadi kebanggaan bagi ibu walaupun kamu memiliki keterbatasan.
Ibu yakin, kamu adalah anak yang hebat," Ucapku di samping tubuh anakku, Ratna. Suara jangkrik pun menemani tidurku, seakan memahami keinginanku yang terlelap di atas pembaringan.