Saat ini media sosial sedang ramai dengan pemberitaan sebuah wedding organizer bernama Aisha Weddings yang mempromosikan pernikahan di usia muda, pernikahan siri, bahkan poligami. Aisha Weddings juga secara terang-terangan menganjurkan anak-anak berusia 12 - 21 tahun untuk menikah muda.
Hal inipun menuai kritikan dari berbagai pihak. Dilansir dari laman BKKBN Jawa Barat, usia yang ideal untuk menikah bagi perempuan minimal 21 tahun dan bagi laki-laki minimal 25 tahun. Hal tersebut guna mempersiapkan kestabilan fisik maupun mental calon pasangan.
Pernikahan dibawah umur rentan mengalami risiko yang lebih tinggi, baik dari segi kesehatan fisik maupun mental. Lalu, apa saja sih dampak yang akan terjadi jika anak-anak dibawah umur melakukan pernikahan dini? Yuk, simak rangkumannya dibawah ini.
1. Risiko meninggal pada ibu saat melahirkan
Dilansir dari swaragapura.com, perempuan dibawah usia 20 tahun memiliki risiko kehamilan yang lebih tinggi, seperti pendarahan saat melahirkan, kekurangan gizi pada bayi, bahkan hal fatal seperti kematian pada ibu dan bayinya.
Idealnya, ukuran pinggul perempuan baru sempurna pada usia 20 tahun. Maka dari itu, perempuan disarankan untuk menikah minimal umur 21 tahun karena tubuh mereka dianggap sudah siap untuk melahirkan.
2. Bayi terlahir prematur
Bayi yang dilahirkan oleh perempuan yang belum cukup umur cenderung akan terlahir prematur. Selain itu, hal yang lebih fatal lagi adalah bayi mengalami cacat bawaan, seperti down syndrome, bibir sumbing, hingga kematian.
Bayi yang lahir prematur juga rentan mengalami risiko kesehatan lainnya, seperti gangguan perkembangan otak, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, bahkan menurunnya kemampuan kognitif, seperti kesulitan untuk mengingat dan berpikir.
3. Meningkatkan risiko HIV dan kanker serviks
Pasangan yang menikah dibawah usia 20 tahun berisiko lebih tinggi terkena penyakit menular seksual atau HIV. Selain itu, risiko penyakit menular lainnya yang dapat mengancam adalah herpes, infeksi jamur, hingga kanker serviks pada wanita.Â
Hal ini disebabkan kurangnya pendidikan seks yang aman terutama bagi pasangan berusia muda, seperti tidak menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan seksual. Terlebih lagi, jika sebelumnya pasangan pernah melakukan hubungan seksual dengan orang lain. Hal itu tentu akan berisiko lebih besar meningkatkan penyakit menular seksual.
4. Gangguan kecemasan, trauma, hingga depresi
Membangun rumah tangga di usia muda memang bukan hal yang mudah. Kondisi mental remaja yang belum stabil serta belum adanya kecukupan finansial, menyebabkan pasangan muda rentan mengalami konflik rumah tangga.
Karena ketidakstabilan emosional inilah seseorang sulit untuk mengontrol dirinya. Pertengkaran, perceraian, bahkan kekerasan pun kemungkinan bisa terjadi. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi kesehatan mental pasangan, seperti gangguan kecemasan, trauma, hingga depresi.
5. Kepribadian anak menjadi tertutup
Dampak psikologis dari rumah tangga yang gak harmonis, gak hanya dialami oleh pasangan suami istri saja. Hal itu juga akan berdampak pada perkembangan anak. Anak yang melihat pertengkaran kedua orangtuanya akan merasa gak nyaman berada dirumah.
Dalam jangka panjang, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tertutup, kurang percaya diri, mudah marah, bahkan mengalami depresi.
Nah, itulah 5 dampak menikah di usia muda bagi kesehatan fisik dan juga mental seseorang. Banyak hal yang memang harus dipersiapkan sebelum memutuskan untuk menikah, ya. Gak hanya cinta saja, kesiapan mental dan kestabilan finansial merupakan hal yang dibutuhkan dalam membangun rumah tangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H