Probolinggo - Hingar-bingar perhelatan Hari Lahir (Harlah) Ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) akan terasa berbeda tahun ini. Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, didapuk menjadi tuan rumah acara akbar yang bakal menarik perhatian masyarakat. Dalam dua hari, Jumat hingga Sabtu (24-25 Januari 2025), pesantren ini menjadi pusat konsolidasi keagamaan sekaligus ekonomi dengan digelarnya Rapat Kerja (Raker) Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jatim.
Bukan sekadar ajang pertemuan rutin, acara ini juga akan menampilkan "Expo UMKM dan Pendidikan Tinggi 2025" selama sepekan, mulai 20 hingga 26 Januari 2025. Expo itu dirancang menjadi etalase bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) lokal yang ingin memperluas jangkauan pasar mereka.
Di balik gelaran ini, Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kabupaten Probolinggo, Gede Vandana Wijaya, memandang pesantren sebagai institusi yang memiliki peran lebih dari sekadar pusat pendidikan agama. "Pesantren seperti Nurul Jadid ini memainkan peran besar dalam membangun masyarakat. Selain mengajarkan nilai-nilai keislaman, mereka juga menjadi pilar ekonomi lokal," ujar pria yang biasa disapa Ivan, Selasa (14/1).
Menurut Ivan, terpilihnya Pondok Pesantren Nurul Jadid sebagai tuan rumah adalah simbol kepercayaan terhadap pesantren sebagai motor penggerak perubahan. Expo UMKM, kata dia, menjadi peluang emas bagi pelaku usaha lokal untuk memperkenalkan produk mereka ke khalayak yang lebih luas, bahkan potensial menjangkau pasar internasional.
"Pesantren bukan lagi sekadar lembaga pendidikan. Mereka adalah komunitas yang memiliki daya tahan ekonomi. Di tengah tantangan globalisasi dan digitalisasi, pesantren bisa menjadi tempat lahirnya sumber daya manusia (SDM) unggul yang mampu bersaing di kancah global," kata Ivan.
Expo ini tidak hanya memamerkan produk UMKM, tetapi juga mempertemukan dunia usaha dengan pendidikan tinggi. Sejumlah perguruan tinggi dari berbagai daerah akan menampilkan inovasi mereka, mulai dari teknologi tepat guna hingga solusi bisnis berbasis digital.
Kolaborasi semacam ini, menurut Ivan, sangat dibutuhkan di era modern. "Kita memerlukan sinergi antara dunia pendidikan, ekonomi, dan masyarakat. Pesantren menjadi tempat ideal untuk memulainya," katanya.
Ivan menambahkan, sektor UMKM telah terbukti menjadi tulang punggung ekonomi selama masa pandemi. Saat sektor formal terpuruk, UMKM tetap bertahan dengan memanfaatkan jaringan komunitas dan kreativitas lokal.
"Ini yang harus kita dorong terus. UMKM lokal memiliki potensi besar, tapi mereka membutuhkan panggung yang tepat. Expo ini adalah salah satu cara mempertemukan mereka dengan pasar yang lebih luas," ujar Ivan.
Ivan berharap, Harlah Ke-102 NU ini tidak hanya menjadi perayaan seremonial. Lebih dari itu, ia ingin momen ini menjadi pemantik kebangkitan ekonomi Probolinggo, sekaligus mempererat hubungan antara dunia usaha, pendidikan, dan masyarakat.
"Semoga dari sini lahir sinergi yang berkelanjutan. Pesantren, UMKM, dan pendidikan tinggi adalah tiga pilar yang bisa membawa kita pada masa depan yang lebih cerah," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H