Mohon tunggu...
Jhon Qudsi
Jhon Qudsi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Media Sosial

Eksistensi suatu peradaban di bentuk oleh tulisan yang melahirkan berbagai karya i buku

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Kopi Rempah dan Inovasi Octan Coffee: Kunci Sukses Erwin Hidayat di Industri Kopi

13 Oktober 2024   19:35 Diperbarui: 13 Oktober 2024   19:44 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar Dokpri (Erwin Hidayat owner Octan coffee)

Probolinggo - Erwin Hidayat, pemuda asal Desa Kertonegoro, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, tak pernah menyangka bahwa tugas kuliah semasa di kampus pada semester lima tentang kewirausahaan membuka jalan menuju bisnis yang kini ia geluti. Sebagai mahasiswa yang mengikuti mata kuliah kewirausahaan, Erwin dihadapkan pada tugas kuliah tentang produk UMKM. Pilihannya jatuh pada kopi, sebuah keputusan yang awalnya terlihat sederhana, namun berujung pada lahirnya Octan Coffee, usaha kopi lokal yang kini merambah pasar luar daerah.

"Awalnya itu tugas dari dosen. Dosen saya memberi tugas untuk membuat produk, dan saya langsung terpikirkan kopi. Kebetulan saya punya teman yang sudah berpengalaman di bidang kopi, jadi saya belajar banyak dari dia," kenang Erwin saat ditemui pada Minggu (13/10/2024).

Keputusan ini menjadi titik awal perjalanan Erwin di dunia kopi, yang akhirnya berujung pada pendirian Octan Coffee, singkatan dari Original Coffee Taste and Natural, nama yang mencerminkan kualitas dan rasa alami kopi yang diolahnya.

Ia tak main-main dalam menggeluti bisnis ini. Erwin mempelajari segala hal tentang kopi, mulai dari jenis-jenisnya, teknik pengolahan, hingga proses penjemuran biji kopi yang benar. Semua ini dilakukan dengan tujuan menjaga keaslian rasa kopi yang diambil langsung dari lereng Gunung Argopuro, yang terkenal dengan kualitas kopi robusta dan excelsa. Meski masih menggunakan peralatan sederhana, seperti tabung manual dengan kapasitas satu kilogram, Erwin selalu memastikan bahwa kualitas produknya tetap terjaga.

"Saya memulai usaha dengan alat sederhana, semuanya masih manual. Mulai dari proses roasting hingga pengemasan, kami lakukan sendiri. Kopinya kami ambil dari lereng Argopuro, terutama di Probolinggo. Kami menawarkan berbagai varian seperti robusta, excelsa, arabika, dan yang terbaru kopi rempah," jelasnya. Meski memulai dari skala kecil, Erwin terus berkembang.

Pemasaran Octan Coffee ternyata tidak terbatas di daerah Probolinggo saja. Berkat keikutsertaannya dalam berbagai acara, seperti Muktamar Kopi di Genggong dan Festival Tembakau dan Kopi di Alun-alun Kraksaan, produk ini berhasil menembus pasar di luar daerah, seperti Banten, Bali, Lombok, hingga Garut. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun usaha mikro, produk lokal dengan kualitas unggul tetap bisa bersaing di pasar yang lebih luas.

Namun, perjalanan Erwin di dunia kopi tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah melonjaknya harga biji kopi sejak tahun 2023. Harga kopi robusta yang sebelumnya berkisar Rp25.000 per kilogram, kini melonjak drastis hingga mencapai Rp70.000 per kilogram pada tahun 2024. "Kenaikan harga ini memang sangat memengaruhi produksi. Tantangan utamanya adalah bagaimana kami mengelola biaya produksi agar harga jual tidak naik terlalu tinggi," kata Erwin.

Selain itu, Erwin juga menghadapi persaingan ketat dengan perusahaan besar yang mampu memasarkan kopi dengan harga lebih rendah. "Perusahaan besar yang sudah berskala besar bisa menjual dengan harga lebih murah karena biaya produksi mereka lebih rendah. Sedangkan kami yang masih skala UMKM sulit untuk bersaing di sisi harga. Ini tantangan yang kami hadapi di pasar saat ini," ungkapnya.

Untuk mengatasi hal ini, Erwin berharap agar Dinas UMKM Kabupaten Probolinggo lebih memberikan perhatian kepada usaha mikro seperti miliknya. "Harapannya, dinas terkait bisa lebih sering mengadakan seminar atau pelatihan, terutama soal pemasaran. Dengan begitu, kami bisa belajar dan memperluas jaringan pemasaran kami," ujarnya.

Di luar persoalan harga, tantangan lain yang sempat menghantam usaha Octan Coffee adalah pandemi COVID-19 yang melanda pada tahun 2020 hingga pertengahan 2022. Saat itu, produksi kopi terhenti total. Namun, setelah pandemi mereda, Erwin kembali bangkit dan melanjutkan produksi. "Setelah pandemi, kami mulai lagi memproduksi kopi. Meskipun sempat terhenti, Alhamdulillah sekarang usaha mulai berjalan kembali," tuturnya dengan penuh syukur.

Motto Octan Coffee dari puisi Gus Im (Hasyim Wahid):

"Secangkir kopi yang diseduh dengan air mata jauh lebih nikmat dibandingkan dingin dan senyap: secangkir kopi, sehitam setan, sepanas neraka, semanis dosa!"

Di penghujung perbincangan, Erwin memberikan pesan motivasi bagi generasi muda yang tertarik untuk terjun ke dunia wirausaha. "Yang penting itu action. Jangan hanya punya ide, tapi langsung dikerjakan. Memang awalnya akan terasa berat, tapi kalau kita istiqamah dan terus berusaha, insya Allah usaha akan berkembang. Jangan minder, terus semangat!" pungkasnya dengan penuh optimisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun