Probolinggo -- M. Andi Fauzan resmi terpilih sebagai Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Universitas Islam Zainul Hasan Genggong. Pemilihan berlangsung di Aula KH Moh Hasan pada Kamis (10/10/2024) dalam suasana penuh semangat ini menjadi titik awal kepemimpinan Fauzan di organisasi yang kerap melahirkan pemimpin-pemimpin muda Nahdlatul Ulama (NU).
Fauzan mengungkapkan bahwa ketertarikannya terhadap PMII berawal dari kegelisahan pribadi saat awal menjadi mahasiswa. Ia merasa kebingungan mengenai peran mahasiswa itu sendiri. "Saya dulu bingung, apa yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa? Apa yang membedakan mahasiswa dari yang lain? Itu membuat saya tertarik untuk mencari wadah yang tepat," ungkapnya pada Sabtu (12/10/2024).
Pencarian itu membawanya pada diskusi-diskusi kecil yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa di kampus. Diskusi tersebut akhirnya mengenalkannya pada PMII, sebuah organisasi mahasiswa yang berlandaskan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Sebagai santri yang pernah mondok, Fauzan merasa adanya sinkronisasi antara nilai-nilai yang diajarkan di pondok pesantren dan prinsip yang dipegang teguh oleh PMII.
"Di pondok, kita sudah didoktrin dengan ajaran Ahlussunnah. Ketika saya melihat PMII, saya merasa ada kesinambungan antara apa yang saya pelajari di pondok dan apa yang dilakukan di organisasi ini," tambah Fauzan.
Pengaruh Senior dan Pentingnya Organisasi
Fauzan juga menuturkan bagaimana peran seniornya di kampus dan pondok pesantren berpengaruh besar dalam membimbingnya untuk bergabung dengan PMII. Cak Haqiqi, begitu ia menyebut seniornya semasa di pondok, sering mengajaknya berdiskusi dan mengajarkan pentingnya berorganisasi. Sosok ini menjadi figur penting yang membuat Fauzan semakin mantap untuk berproses di PMII.
"Sosok senior saya, Cak Haqiqi, di pondok itu benar-benar menjadi panutan. Dia tidak hanya pandai dalam teori, tetapi juga dalam manajemen organisasi. Dia juga yang memperkenalkan saya pada PMII dan menunjukkan bagaimana organisasi ini relevan untuk membentuk karakter dan intelektualitas mahasiswa," ujar Fauzan.
Ia menambahkan bahwa masuk ke dalam organisasi adalah salah satu cara agar mahasiswa tidak terjebak menjadi "mahasiswa kupu-kupu", yang hanya kuliah lalu pulang. Menurut Fauzan, mahasiswa harus aktif dalam diskusi, membaca buku, dan membangun relasi intelektual untuk bisa berperan sebagai agen perubahan.
Visi Kepemimpinan dan Transformasi Sosial
Sebagai Ketua PMII, Fauzan berkomitmen untuk membawa anggotanya agar tidak hanya menjadi kutu buku yang sibuk dengan teori, tetapi juga aktif dalam transformasi sosial. Baginya, mahasiswa PMII harus mampu menjadi agen perubahan di masyarakat dengan memanfaatkan intelektualitas mereka untuk menghadapi tantangan sosial dan kebijakan yang ada.
"Mahasiswa itu terkenal dengan tajamnya argumentasi, jadi mereka juga harus mampu menjadi tombak perubahan di masyarakat. Kita tidak boleh hanya fokus pada teori, tetapi juga harus bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan sosial," jelas Fauzan.