Metafora lain yang signifikan adalah "Dengan kegelisahan terpanjang di mata seseorang," yang mengaitkan kegelisahan dengan pandangan atau penglihatan seseorang. Ini menunjukkan bahwa kegelisahan bukan hanya sesuatu yang dirasakan, tetapi juga sesuatu yang dapat terlihat atau terbaca dalam ekspresi seseorang. Mata menjadi jendela bagi perasaan terdalam yang tak terucapkan.
Pada bait kedua, metafora "merangkum riuh demi segala hangat" menggambarkan upaya subjek untuk mengatasi atau menggabungkan segala macam keributan batin demi menemukan kehangatan atau kedamaian. Riuh dan hangat, yang biasanya dianggap berlawanan, dihubungkan untuk menunjukkan proses emosional yang kompleks.
Simbolisme dan Makna Filosofis
Puisi ini sarat dengan simbolisme yang memperkaya maknanya. "Pagi," dalam puisi ini, bisa dilihat sebagai simbol dari awal baru atau permulaan, tetapi juga mengandung ketegangan yang terkait dengan harapan dan kecemasan. "Matahari" dan "riang kicau burung kenari" adalah simbol dari kehidupan dan kebahagiaan yang biasa muncul di pagi hari, namun di sini mereka dikontraskan dengan kegelisahan dan nyeri yang dirasakan oleh subjek.
Pada level yang lebih filosofis, puisi ini bisa dilihat sebagai refleksi tentang bagaimana manusia menghadapi perasaan kehilangan dan kecemasan. Subjek puisi ini tampaknya berjuang antara menerima realitas yang menyakitkan dan mencari kehangatan atau kebahagiaan dalam kenyataan tersebut. "Penolakan atas seluruh kecemasan" mungkin adalah cara untuk menunjukkan keteguhan hati, meskipun perasaan cemas dan takut tetap ada.
Kesimpulan
Puisi "Pagi dengan Kegelisahannya" karya Itha Abimanyu adalah sebuah karya yang memanfaatkan elemen-elemen linguistik seperti diksi, struktur sintaksis, metafora, dan simbolisme untuk menyampaikan perasaan yang mendalam dan kompleks. Melalui pilihan kata yang tepat dan penggunaan metafora yang kuat, Itha Abimanyu berhasil menciptakan sebuah puisi yang tidak hanya menggambarkan suasana pagi yang penuh kegelisahan, tetapi juga perasaan kerinduan dan upaya untuk menemukan kedamaian di tengah-tengah kecemasan. Puisi ini adalah contoh yang baik dari bagaimana bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan perasaan yang paling intim dan mendalam, sambil tetap mempertahankan keindahan dan kekuatan artistiknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI