Sejak tahun 2021 Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat mencanangkan program yang ada di Borobudur yang dilakukan di seluruh desa di Borobudur yang terdiri dari 20 desa. Saya tinggal di Desa Bigaran yang masih menjadi bagian dari Kecamatan Borobudur. Tepatnya berada di sebelah tenggara dari Candi Borobudur. Desa Bigaran menjadi salah satu desa yang mengikuti dan andil di program dari direktorat tersebut.
Saya diajak oleh teman yang merupakan salah satu penggiat budaya di Desa Bigaran untuk mengikuti program ini yang tujuannya untuk menggali potensi desa,melestarikan dan memajukan kebudayaan yang ada di Desa Bigaran. Beliau adalah anak muda yang mau untuk meneruskan kebudayaan, terlebih beliau ingin mengenalkan desanya dengan kebudayaan desa yang masih melekat karena kebanyakan orang belum mengenal dengan Desa Bigaran yang wilayahnya berada di paling ujung Borobudur.
Sudah satu tahun kami berjalan, menggali informasi, menggalakkan kegiatan bersama masyarakat, berdiskusi dan lain sebagainya. Banyak pengalaman yang didapatkan, termasuk mengenai komunikasi. Di rangkaian perjalanan kami dari tahun 2021 sampai 2022 komunikasi menjadi kunci pertama untuk memulai dari semua yang ingin kami rencanakan.Â
Komunikasi menjadi suatu hal penting dan pokok untuk selalu dilakukan. Ketika kami menggali kebudayaan yang kebanyakan generasi sekarang sudah banyak melupakan, kami mencari informasi dari berbagai sumber, hanya dengan komunikasi kami dapat memperoleh informasi tersebut. Setiap pelibatan masyarakat, komunikasi adalah hal yang paling mendasar yang harus kami pelajari. Â
Kegiatan kami masih dinaungi oleh sebuah kelompok Eksotika Desa yang di fasilitasi oleh Diretorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat. Penggalian dan pelestarian budaya ini banyak melakukan pelibatan masyarakat baik dari anak-anak, dewasa, sesepuh, tokoh masyarakat, pemerintah desa, ibu ibu, bapak dan pemuda.Â
Semua dirangkul untuk mencapai tujuan dari program ini. Dari sinilah tantangan komunikasi kami di program pengembangan kebudayaan desa. Harus bisa menyesuaikan komunikasi dengan berbagai macam usia, status dan karakter. Setiap tempat dan waktu memiliki cara berbeda untuk berkomunikasi.
Komunikasi merupakan suatu aktivitas yang sangat sering dilakukan oleh setiap orang dalam lingkup apapun, dimanapun, dan kapanpun. Karena komunikasi sangat penting bagi kehidupan. Komunikasi mempertemukan antara komunikasi dengan komunikator. Komunikan yang menerima sedangkan komunicator yang menyampaikan pesan.Â
Berinteraksi dengan cara berkomunikasi tidak harus dengan ucapan kata-kata tetapi juga bisa menggunakan gerak mimik tubuh seperti tersenyum, mengedipkan mata, melambaikan tangan, juga bisa menggunakan perasaan yang ada dalam hati seseorang. Pesan juga menjadi hal penting dalam komunikasi, bagaiman pesan bisa sampai dan dapat diterima dengan baik. Tentu komunikasi yang efektif harus bisa dilakukan untuk mencapai tujuan dari komunikasi.
Dalam kehidupan masyarakat komunikasi sangat penting untuk mencapai tujuan dari tersebut. Penyampai pesan mengharapkan penerima dapat mengerti dan menanggapi secara baik  dari pesan yang disampaikan. Didalam proses kami, saya dan teman penggiat desa, komunikasi menjadi hal pertama yang kami tanamkan, beliau selalu memberikan arahan kepada saya dan selalu mengajak diskusi karena memang tidak mudah untuk masuk kedalam masyarakat yang pada kenyataannya, implementasi komunikasi sangat kompleks, terlebih saya yang tidak berlatar belakang memiliki public speaking yang baik.
 Kegiatan yang kami jalankan dimulai untuk menggali informasi mengenai kebudayaan yang sudah hampir ditinggalkan,seperti permainan tradisional, sejarah desa kami dan budaya jawa lainnya. Untuk menggali informasi tersebut, kami harus menemui sesepuh atau tokoh masyarakat yang paham dengan bab tersebut.Â
Tentu orang yang lebih tua dari kami dan sebagai sesepuh dari Desa Bigaran. Kami harus menyesuaikan sikap dan cara berbicara. Bahasa juga menjadi hal penting dalam komunikasi,menggunakan bahasa jawa krama alus menjadi suatu yang diharapkan bisa dilakukan dalam pengembangan kebudayaan ini. Â
Berbeda dengan anak anak dan orang dewasa, bahasa yang digunakan juga akan berbeda yang artinya ketika di dalam jawa disesuaikan dengan tingkatan usia yang dihadapi. Didalam penggalian informasi pengembangan kebudayaan, harus dilakukan dengan tata krama dan unggah ungguh. Dengan mencerminkan niat yang baik untuk pelestarian kebudayaan maka kami harus belajar untuk melakukan kebudayaan jawa seperti unggah-ungguh tersebut.
      Kami masih banyak belajar dan banyak kesalahan yang kami lakukan ketika berkomunikasi dengan masyarakat desa. Misalnya Saya sempat salah berbicara dan menggunakan bahasa jawa yang bukan seharusnya diucapkan untuk orang yang lebih tua dan memang jika didengarkan sedikit tidak sopan.Â
Dan saya pernah mencampur bahasa jawa dengan bahasa Indonesia karena takut salah dan tidak sopan karena saya tidak tahu bahasa jawa krama alusnya. Mungkin sampai sekarang masih saya lakukan. Menurut saya bahasa adalah hal pokok yang harus dipelajari didalam komunikasi untuk bisa masuk kedalam semua Kalangan terlebih seorang public relations yang nantinya akan bertemu banyak orang yang berbeda beda.
      Untuk menjalin silaturahmi, di masyarakat jawa tidak langsung menyampaikan maksud dan tujuan karena mereka akan basa basi terlebih dahulu untuk mencairkan suasana. Dan sering ditemui ketika silahturahmi dengan keluarga, tetangga, saudara. Yang kemudian mereka menganggap ada ruang untuk mengatakan maksud dan tujuannya, mereka baru mengungkapkannya.
Komunikasi tidak hanya tentang berbicara, masyarakat desa menerapkan dalam lingkungannya untuk selalu sumeh, menundukkan kepala dan cara tangan memberi atau saat lewat harus menundukan badannya, mereka paham dengan cara mereka melakukan itu dan  menjadi kebiasaan masyarakat.
Komunikasi yang saya lakukan pada saat itu, juga membedakan forum yang sedang dilakukan,, tidak hanya bahasa tetapi ruang. Apakah ruang itu bersifat formal atau informal. Didalam forum tersebut mungkin ada teman dekat yang selalu melakukan candaan dan perkataan yang tidak pantas tetapi diforum yang formal akan lebih menjaga cara berkomunikasi untuk tidak meyinggung pihak manapun.Â
Didalam pengembangan ini saya sebagai masyarakat desa dan hidup di lingkungan dengan etika yang tinggi yang harus selalu diajarkan. Harus andap asor dan sopan santun. Dalam hal ini pelaku komunikasi harus memahami kultur mitra berbicaranya sehingga timbul saling pengertian dan penyesuaian gaya komunikasi dapat terjadi. Dengan memahami bahasa dan kondisi orang lain berarti berusaha menghargai orang lain.
Didalam kehidupan desa, masyarakat desa harus menerima informasi yang sangat jelas dan benar,. Komunikasi juga memberikan dampak yang luar biasa jika kita tidak bijak dalam menyampaikan. Artinya pesan yang disampaikan juga harus dapat dimengerti oleh semua orang.
Misal akan ada kegiatan workshop dan travel pattern. Pada saaat itu, istilah tersebut belum familiar di telinga mereka, didalam diskusi yang dilakukan kami pernah menjelaskan hal itu tetapi mereka tidak paham karena kemungkinan kami masih menggunakan bahasa yang teori dengan tidak menggunakan arti yang bisa cepat dimengerti oleh mereka.
Maka dari itu penyebutan istilah harus sangat diperhatikan. Pesan yang disampaikan juga harus sampai dimengerti karna jika tidak,masyarakat desa akan terjadi kesalahpahaman. Karena dari kejadian yang pernah dialami selama proses pengembangan kebudayaan , informasi yang disampaikan oleh pihak tertentu, pada kenyataan dapat menyebarkan ke semua  masyarakat dengan cepat. Â
Dari kegiatan kemarin, informasi yang disampaikan mulut ke mulut mendapatkan manfaat karena kegiatan yang dilakukan dapat diketahui oleh banyak orang tetapi dampak yang diperoleh ketika mereka salah memberikan informasi, banyak tanggapan masyarakat yang salah mengartikan yang berbeda dari  maksud dari tujuan di kegiatan yang kami akan lakukan. Sehingga terdapat kesalahpahaman, penolakan dan kebingungan pada saat proses pembuatan kegiatan bersama masyarakat.
Tidak hanya itu, dalam kegiatan pengembangan kebudayaan dengan melibatkan masyarakat dari anak anak, dewasa, sesepuh, tokoh masyarakat, pemerintah desa,ibu-ibu dan bapak -bapak yang diantara mereka semua memiliki karakter yang berbeda,dari status sosial yang berbeda.Â
Dengan mengetahui audiens kami harus cerdik di dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan informasi atau buah pikiran kita.. Berbicara dengan orang dewasa tentunya akan sangat berbeda dibandingkan kita berbicara dengan anak-anak. Begitu pula berbicara dengan atasan tentunya akan sangat berbeda ketika kita berbicara dengan bawahan atau teman sejawat.
Ketika dalam kegiatan kebudayaan yang melibatkan banyak anak anak, kami berusaha untuk berkomunikasi menyesuaikan dengan karakter mereka yang ceria kami tidak menggunakan bahasa yang terlalu formal dan menggunakan bahasa yang tidak mudah di mengerti. Tidak dengan forum yang formal, membaur satu sama lain. Menjalin kedekatan dengan  menganggap mereka sebagai teman mereka.
Semua komunikasi tersebut, tergantung dengan siapa orangnya. Memahami karakkter orang juga diperlukan. Mana yang bisa diajak untuk bercanda mana yang tidak. Menyesuaikan dan memahami adalah sebuah usaha belajar saya dan tim sampai saat ini didalam lingkungan masyarakat desa saya.Â
Dari kegiatan program pengembangan kebudayaan desa ini lah,beradaptasi untuk berkomunikasi dengan semua kalangan. Bagaimana kami bisa masuk kedalamnya tanpa ada batasan antara kami sebagai penggerak dari masyarakat dan masyarakat sebagai pelaku dari pengembangan desa tapi masih dengan aturan dan budaya yang ada didesa. Dalam menyampaikan pendapat,. Menganggap dalam forum tersebut semua sama karena tujuannya juga bekerja sama dalam mencapai tujuan kebudayaan yang sama. sehingga mereka berhak untuk menyampaikan pendapatnya secara maksimal.
Program pengembangan kebudayaan desa memerlukan komunikasi yang baik. Bagimana harus menggali informasi, menyampaikan informasi serta mengajak masyarakat untuk ikut bersama-sama memajukan desa dalam bidang kebudayaaan. Masyarakat yang memiliki karakter masing pastinya sebagai tantangan dalam komunikasi, bagaimana harus memahami, mengerti dan menahan secara emosial dengan mengikuti keinginan dari masyarakat.Â
Pelibatan masyarakat dimulai dari anak anak, dewasa, ibu-ibu, bapak-bapak, sesepuh hingga pemerintah deesa menjadi suatu keharusan didalam lingkungan desa untuk mencapai tujuan bersama. Untuk itu, perlu adanya penyesuaian komunikasi terhadap audiens agar pesan yang disampaikan sampai di audiens mudah dimengerti, benar dan dipercaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H