Mohon tunggu...
Ali Anhar
Ali Anhar Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

Guru PAI SMPN 3 Lembang, Penulis 9 Buku, Alumni IPAI UPI 2021, Alumni Youlead 1 Bandung, Alumni Mentor Muda Youlead, dll.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manusia Pilihan

22 Mei 2021   21:30 Diperbarui: 23 Mei 2021   11:12 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditulis Oleh: Ali Anhar Syi'bul Huda (Mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama Islam, Universitas Pendidikan Indonesia)

Judul dalam tulisan ini nampak berlebihan, namun sebenarnya apa yang akan dibahas dalam tulisan ialah datang dari perenungan menjelang magrib saat makan sore hari, dimana sebelum makan seperti biasa melihat berita terkini mengenai kondisi Palestina utamanya Masjidil Aqsa. Lebih-lebih secara jujur jauh-jauh hari ingin membuat kembali tulisan namun belum terbetrik insipirasi akan menulis apa dan sekarang adalah waktunya.⁣
.⁣
Sebagai pendahuluan yang ingin dibicarakan di bagian awal ini, penulis mengajak untuk memikirkan secara kritis apa-apa yang diberitakan di berbagai media baik skala internasional, nasional, dan regional mengenai situasi Palestina nampaknya hal-hal mencekam. Dikatakan mencekam karena pemberitaan yang tampil di berbagai lini gambar penembakan tentara dan polisi zionis kepada warga Palestina, tak lupa ditayangkan pula situasi serangan rudal oleh Israel terhadap Gaza, pokonya serba takut.⁣
.⁣
Tetapi, apabila ditelusuri lebih mendalam dengan penuh penghayatan, dengan pembacaan secara komperhensif maka penulis berkesimpulan dalam situasi tertekan, pembunuhan, penghancuran, dan pendiskriminasian terhadap hak-hak warga Palestina dalam pandangan penulis sesungguhnya mereka adalah manusia pilihan.  ⁣
.⁣
Setidaknya ada beberapa data pendukung bahwa orang-orang Palestina adalah manusia pilihan. Tidak akan pernah sedikipun diberitakan dalam berbagai media bahwa sesungguhnya di tengah gempuran akibat penjajahan Zionis manakala peluru menghampiri dan menghujani diri pada saat-saat seperti itulah penantian yang mereka damba-dambakan karena artinya dalam konteks nilai ajaran Islam mereka mati dalam keadaan syahid. ⁣⁣⁣
.⁣⁣⁣
Berdasarkan penuturan dari Bang Muhammad Husein Gaza (Relawan/Aktivis Kemanusiaan Indonesia Untuk Gaza) bahwa para orangtua sangat bangga mempersembahkan anak-anaknya untuk melindungi tanah suci al-Haram al-Syarif (Masjidil Aqsa) dengan sepenuh jiwa, mengorbankan nyawa dan tidak akan pernah mundur sedikit pun untuk mempertahankan tanah para Anbiya. 

Sehingga apabila ditanya apakah mereka sedih ketika rudal mengenai dirinya hingga syahid, maka jawabannya tidak! Karena hakikatnya mereka sangat senang mempersembahkan nyawa untuk melindungi tanah Palestina. Ujar beliau, “Kalau antum mau tahu di depan rumah-rumah para warga Gaza Palestina itu terpampang baliho besar, apa isinya? Kalau di Indonesia mungkin baliho-baliho besar dihiasi oleh gambar para pejabat, tapi kalau di Palestina gambar itu ialah anak-anak mereka dengan bertuliskan Syuhada.” Bayangkan sejak sedari awal sikap syaja’ah (keberanian) mereka sudah ada, jadi tidak ada lagi rasa takut dalam benak mereka. Dan itulah alasan pertama mengapa mereka manusia pilihan. ⁣⁣⁣

.⁣
Kedua, alasan mengapa mereka manusia pilihan, berdasarkan penuturan dari Bang Abdillah Onim (Bang Onim) Relawan Indonesia di jalur Gaza menjelaskan bahwa dalam kondisi serba sulit, kekurangan, ketegangan, dan ketidapastian akibat gempuran Zionis apabila kita berkunjung ke rumah orang Palestina maka mereka akan sangat senang hati menyambut kita dan berusaha untuk menyuguhkan apapun yang mereka miliki walau hanya segelas air. Dari sini maka dapat kita simpulkan bahwa akhlak/budi yang amat luhur dijunjung tinggi dan melekat pada orang-orang Palestina. ⁣
.⁣
Alasan ketiga menurut penulis amat spesial mengapa orang Palestina adalah manusia pilihan, melansir dari https://suarapalestina.com/ (09/09/2019) menyatakan bahwa berdasarkan statistik menunjukkan persentase buta aksara pada masyarakat Palestina yang berusia 15 tahun ke atas turun dari 13,9% pada tahun 1997 menjadi 2,8% pada 2018. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu pun bangsa di dunia yang dalam keadaan terjajah tidak buta huruf ihwal dari orang-orang Palestina. Sebagai penguat, bagaimana tidak bahwa setiap anak-anak di Palestina notabene adalah para penghafal Al-Qur’an (hafiz).
.⁣
Untuk menutup tulisan yang penulis buat ini, penulis ingin menyampaikan bahwa hari ini seluruh umat manusia telah melihat kekejaman yang dilakukan oleh Zionis Israel dan mengambil pelajaran akan pentingnya nyawa manusia. Namun dari penglihatan penulis dari berbagai media, berita mengenai Palestina sedikit banyak tidak mengenakan karena yang ditampilkan hanyalah derita. Padahal apabila ditelisik lebih dalam dan komperhensif seharusnya yang diberitakan oleh media adalah upaya-upaya yang menolong mereka baik itu kebutuhan medis, bahan makanan, dan lain-lain. Lebih tragis lagi berita cenderung mendukung upaya pembunuhan yang dilakukan oleh negara penjajah Israel. Kalau hal tersebut tetap dibiarkan maka sejatinya telah membiarkan HAM dari orang-orang Palestina terenggut dan terabaikan.⁣
.⁣
Adapun posisi kita sebagai bangsa Indonesia sungguh amatlah jelas dan terarah bahwa kita mendukung penuh upaya perdamaian dan kemerdekaan untuk Palestina dan tidak akan pernah mundur sedikit pun. Namun lagi-lagi ada saja statement yang mendeskriditkan bangsa Palestina tidak perlu dipikirkan, nampaknya orang tersebut lupa/amnesia sejarah dimana sudah menjadi amanat konstitusi bahwa penjajahan apapun bentuknya harus dihapuskan dari muka bumi, juga amanat dari founding father kita yaitu bapak Ir.Soekarno yang telah memandatkan untuk senantisa selalu membersamai setiap langkah perjuangan rakyat Palestina tahun 1962 silam hingga Palestina merdeka.⁣
Mengakhir tulisan, penulis menutup dengan semangat perjuangan dan pengorbanan dari rakyat Palestina, Birruh Biddam Nafdika Ya Aqsa!
.⁣
#Palestina #IndonesiaBersamaPalestina #Al-Aqsa #Gaza #Kemanusiaan⁣

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun